Prediksi Jisoo sepertinya akan meleset.
Sudah hampir 3 hari penuh dan orang tua mereka belum juga kembali ke rumah. Jisoo sudah berusaha menghubungi nomor keduanya, menghubungi orang-orang kepercayaan mereka, bahkan mendatangi kantor Jiyong dan Taeyeon. Tapi nihil. Tidak ada jejak sama sekali. Kepalanya bahkan terasa sudah hampir pecah karena hampir setiap hari harus meladeni tingkah laku adik-adiknya yang terkadang bisa sangat ajaib dan tak masuk akal.
Seperti sekarang misalnya. Lisa dan Rosé terus saja berdebat tentang siapa yang paling banyak memakan Nutella terakhir di rumah mereka hingga benda itu habis tak bersisa, sementara Jennie terus berteriak kesal menyuruh adik-adiknya untuk diam, namun pada akhirnya berujung dengan menambah kekacauan karena mereka bertiga kini malah bertengkar. Dan Jisoo, dia tidak hidup untuk setiap hari menyaksikan pertengkaran konyol anak-anak itu.
"Unnie sebaiknya jangan ikut campur! Ini urusan antara hidup dan mati!" Ujar Lisa menatap tajam kakak keduanya yang juga tak kalah tajam menatap dirinya.
"Aku hanya menyuruh kalian untuk diam! Kalian sangat berisik, tau tidak?!" Teriak Jennie dengan mata kucingnya yang berkilat marah. Lisa hampir mengerut takut tapi delikan tajam dari Rosé yang seakan menyuruhnya untuk melawan membuat semangatnya kembali naik. Loh, bukannya mereka sedang bertengkar juga? Entahlah. Jalan pikiran mereka memang kadang tak bisa ditebak oleh orang normal.
"T-tapi Unnie juga berisik! Unnie mengganggu pertengkaranku dengan Rosé!" Sergahnya kemudian. Jisoo menepuk keningnya tak habis pikir. Mana ada orang menganggu sebuah pertengkaran? Walaupun yaa, sejujurnya Lisa benar. Bukannya menengahi, Jennie memang hanya mengganggu dan menambah rusuh pertengkaran anak kembar itu. Tapi kata-kata mengganggu pertengkaran itu terdengar sangat aneh dan lucu di telinganya.
Jennie kembali membuka mulutnya bersiap untuk kembali berteriak namun urung karena Jisoo mengangkat tangannya, mengisyaratkan agar mereka berhenti berbicara. "Jennie hanya menyuruh kalian diam karena kalian memang berisik. Dan Jennie, kau juga menambah berisik, jadi perintahmu tidak berguna sama sekali." Tukas Jisoo membuat adik-adiknya mengerucutkan bibir bersamaan. Kebiasaan.
"Mianhae, Chaeng, Unnie." Ucap Lisa duluan dan dibalas dengan hal yang sama oleh Jennie dan Rosé.
"Kita harus berbelanja. Uang kita bisa habis jika terus memesan makanan dari restoran." Ujar Jisoo yang disetujui oleh adik-adiknya. Selama tiga hari ini, mereka terus-terusan memesan makanan karena memang tidak ada apapun di lemari pendingin. Dan uang bulanan yang diberikan orang tua mereka tidak akan cukup jika masih menjalankan kehidupan hedon seperti hari-hari biasa ketika Jiyong dan Taeyeon menanggung hidup mereka. Apalagi mereka tidak tau akan sampai kapan orang-orang tua itu bertahan meninggalkan keempat anaknya.
"Apakah kita bisa membeli snack?" Tanya Rosé dengan mata berbinar. Jisoo mengangguk. "Bisa." Jawabnya membuat Rosé dan Lisa bersorak.
"Jadi cepat kumpulkan uang kalian. Kita patungan." Timpal Jisoo membuat sorakan anak kembar itu berhenti seketika. "Ku kira Unnie yang akan membayar." Ucap Jennie memutarkan matanya jengah.
"Memangnya kalian anakku?" Balas Jisoo dengan seringai menyebalkan dibibirnya.
***
"Lalu kita akan membeli apa?" Tanya Rosé ketika mereka sampai di pusat perbelanjaan terdekat. Jisoo mengambil ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan berisi note belanja ke grup chat yang berisikan mereka berempat. "Buka grup. Itu hal-hal yang harus kita beli. Kalian masing-masing boleh memilih dua hal diluar daftar itu, tidak lebih." Jelas Jisoo yang memancing Rosé untuk protes namun dengan cepat gadis itu memotongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone✔
FanfictionJisoo, Jennie, Rosé dan Lisa tak lebih dari anak-anak manja yang hanya bisa mengandalkan kedua orang tua mereka, Jiyong dan Taeyeon Kim. Lalu apa yang akan terjadi jika pada suatu hari, kedua orang tua mereka tiba-tiba menghilang tanpa jejak?