Kim Jiyong memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Kelakuan anak-anaknya selalu saja berhasil membuat tubuhnya panas dingin dan kepalanya terasa mau pecah. Pertengkaran, adu mulut, perdebatan, apapun sebutannya, keempat anaknya selalu melakukan hal itu hampir setiap hari. Padahal mereka sudah dewasa. Jisoo bahkan sudah pantas ikut andil dalam mengurus perusahaan, tapi anak itu malah lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan bermain game sepanjang hari.
Jennie.. Anaknya yang satu ini terlalu cerewet, terlalu sinis dan mulutnya terlalu tajam. Yang mana hal ini memancing percekcokan-percekcokan lain diantara anak-anaknya. Lalu Rosé dan Lalisa, anak kembar itu adalah segala sumber dari kekacauan yang ada di kediaman Kim. Mereka berisik, suka berdebat dan selalu mencari gara-gara dengan kakak-kakaknya. Jika ada yang mau menukarkan mereka dengan patung Buddha, sepertinya Jiyong tidak akan keberatan.
"Eomma selalu menyalahkanku! Chaeng yang salah Eomma! Dia yang merusak konsol Jisoo Unnie!" Jerit Lalisa, si bungsu. Mereka kini sedang berada di ruang keluarga, tengah melakukan sidang. Jisoo baru saja mengamuk karena mendapati konsol game kesayangannya terbelah menjadi dua dan tersangka utamanya tentu adalah si kembar. Jadi mau tak mau Taeyeon harus menyelesaikan persoalan ini agar anak-anaknya bisa kembali berdamai. Dan sialnya, Jiyong yang baru pulang dari kantor harus rela diseret sangat istri untuk menyaksikan keributan yang diciptakan anak-anaknya ini.
"Aku tidak merusak konsol siapapun! Jangan sembarangan menuduhku, ayam busuk!" Sangkalnya sengit. Keduanya saling menatap tajam hingga jika sebuah tatapan bisa saling menyentuh, dapat dipastikan mata keduanya sudah tertusuk oleh tatapan masing-masing.
"Aku melihat kalian berdua keluar dari kamar Unnie bersamaan." Timpal Jennie memperkeruh suasana. Jisoo menatap berang tupai dan anak ayam itu, "Jujur saja dan Unnie akan memaafkan kalian, iya kan, Sooya?" Tanya Taeyeon berusaha sabar, membuat si kembar itu saling menatap seakan berbicara lewat tatapan mata.
Jisoo hanya mengangguk, agar semua cepat dan si perusak sialan bisa terungkap secepatnya. Urusan memaafkan itu bisa dibicarakan nanti. "Yah! Tidak seru, Unnie! Habisi saja mereka langsung!" Jennie si provokator tak mau kasus ini berakhir damai. Setidaknya Rosé dan Lalisa harus mendapatkan hukuman dari ayah dan ibunya, seperti apa yang selalu dia dapatkan jika membuat kesalahan.
"Jen!" Tegur Jiyong membuat si gadis bermata kucing mengerucutkan bibirnya.
"Jen Unnie memang bajingan." Bisik Lisa pada Rosé namun sialnya hal itu masih bisa didengar oleh semua orang, terutama Jennie. "Apa katamu?!" Pekiknya menarik hidung besar sang adik.
"AKH! UNNIE LEPAS! AMPUN!" Lisa berusaha melepaskan tangan Jennie dari hidungnya namun itu tidak berhasil karena si kucing menjepit nya dengan kuat.
"Jennie lepaskan adikmu!" Tegur Taeyeon kesal. Rumah ini selalu berisik dan dirinya mulai menyesali kenapa tidak memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi sejak awal? Sial.
"Tidak akan!"
"Lebih kuat, Jen!" Teriak Jisoo memberi semangat.
"UNNIE AKU BISA MATI!!" Lisa menjerit dengan mulutnya yang terbuka berusaha meraih udara. Namun Jennie tampaknya masih tidak peduli dan malah menjepit hidung adiknya semakin kuat.
"Hentikan, anak-anak!" Tapi tak ada yang mendengarkan. Anak-anak itu malah semakin berisik dengan Jisoo yang mendukung Jennie dan Rosé yang membantu Lisa. Jiyong meremas rambutnya kuat kali ini. Dirinya benar-benar lelah dan kepalanya sungguh pusing menghadapi anak-anaknya ini.
"Hentikan!"
"APPA BILANG, HENTIKAN!!!"
Dan semua senyap.
-25 November 2020-
Hi! semoga ada yang suka haha!
All the love, Sin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone✔
FanfictionJisoo, Jennie, Rosé dan Lisa tak lebih dari anak-anak manja yang hanya bisa mengandalkan kedua orang tua mereka, Jiyong dan Taeyeon Kim. Lalu apa yang akan terjadi jika pada suatu hari, kedua orang tua mereka tiba-tiba menghilang tanpa jejak?