"Pansos!" ujarnya mendorong bahu wanita yang dianggap musuhnya hingga jatuh ke luar kelas. Wanita itu pergi tanpa merasa bersalah.
Dalam hati ia hanya bisa bersabar. Ia berharap kapan teman-temannya bisa menerimanya?
"Lemah!"
Ia mendongak menatapku asing. Apa karena aku terlalu tampan hingga dia menatap seperti itu? Ah rupanya tidak. Penampilanku aja yang lagi acak-acakan.
Di siang hari memang sudah gerah untuk berpenampilan rapi. Waktu upacara pagi saja sudah gerah. Oke biar aku jelaskan penampilanku sekarang. Tanpa dasi, tanpa ikat pinggang, kancing bagian atas terbuka dan baju yang tak dimasukkan. Dan itu sudah jadi kebiasaanku ketika tidak ada jam pelajaran.
Aku mengulurkan tangannya untuk menolongnya. Jarang banget nih aku ngulurin tangan buat bantu orang. Karena kasihan saja kali ini. Tapi wanita itu bukannya menerima uluranku malah memilih untuk berdiri sendiri.
"Tangan gue bersih ya!"
"Tau kok,"
"Lo tuh jadi cewek jangan terlalu lemah! Lawan dong! Jang-"
Wanita itu memilih meninggalkanku yang mengoceh tak jelas. Gila! Gue ditinggal gitu aja?
"Woyy! Baru pertama kali gue ngomong ditinggal pergi gitu aja."
Cewek gini nih yang gue suka. Gak cari muka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MaHar [END]
Teen FictionSekali ditolak udah menyerah? Azhar aja ditolak puluhan kali masih diperjuangkan? Karena baginya mengejar wanita cantik itu biasa. Tapi mengejar wanita berprinsip itu luar biasa. Apalagi cantik dan berprinsip. Izma, wanita yang tingginya kurang dari...