🌿Part 4: Tethering

97 22 29
                                    

Jam istirahat aku tidak ingin ke kantin. Karena apa? Biar gak ketemu kak Azhar lagi. Rencananya aku ingin menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan. Namun aku tidak menemukan kartu pelajar. Jika di ingat-ingat aku menaruh di saku. Namun sakunya kosong.

Di kotak pensil, loker, tas pun juga gak ada. Bahkan aku sampai mengeluarkan semua bukunya. Tapi tak dapat ku temukan. Mejaku sudah penuh dengan barang-barangku. Namun tetap tidak aku temukan kartu pelajarku.

"Izma! Dicariin orang!" teriak Abizar dari luar kelas membuatku beranjak dari bangku. Dan ternyata orang yang dimaksud Abizar adalah kak Azhar. Mengetahui itu rasa malas menghampiri.

"Ada apa!?"

"Santai aja lah, jangan nyolot, nyolot mulu bawaannya."

Tiap ketemu kak Azhar bawaan pengen nyolot aja. Jangan tanya kenapa. Karena aku gak tau jawabannya.

"Kalo gak penting mau masuk lagi aku. Lagi cariin barang," ucapku pelan.

"Lo cari ini?" tanyanya menunjukkan kartu pelajar yang sejak tadi aku cari. Otomatis aku melotot melihat benda yang sejak tadi aku cari berada di tangan kak Azhar.

"Kenapa bisa ada di lo?" tanyaku ingin mengambil kartu pelajarku.

"Eits, gak semudah itu."

Kak Azhar mengangkat kartu pelajar itu ke atas. Ia tau jika aku tak setinggi dirinya. Bahkan sekalipun aku melompat, tetap tak bisa meraih itu.

"Kalo lo mau kartu ini, lo harus mau jadi pacar gue."

Mendengar itu aku memutar bola mata malas. Aku terlalu jengah dengan pernyataan itu lagi. Orang ini mungkin lagi tidak seratus persen.

"Apa-apaan syarat kayak gitu."

"Mau gak?" tawarnya.

"Gak ada syarat lain?"

"Gak, cuma itu."

"Ambil aja kartunya!" kesalku meninggalkan pria bernama Azhar.

"Yakin? Izin keluar gak bisa, pinjem buku di perpus gak bisa, mau lomba juga gak bisa."

Mendengar itu aku mengembuskan nafasku pelan. Izin keluar sekolah, kalo gak bawa kartu pelajar, gak diizinin sama satpam. Mau lomba juga butuh itu. Dan kartu pelajar itu satu paket dengan kartu perpustakaan. Sial!

"Lo maunya apa sih?" tanyaku memutar badan.

Seakan aku gak peduli jika di situ ada Rania and the geng. Terlihat sekali mereka menatapku tak suka. Bahkan terpancar sekali kebenciannya.

"Tadi kan udah aku bilang. Gimana? Mau?"

"Amit-amit pacaran sama lo!"

Mungkin saat ini seisi kelas mendengar. Bukannya gak peduli. Tapi laki-laki itu gak mau pergi dari sini.

"Yakin nih gak mau? Kata Haqi minggu depan lo ada tugas kan? Gak butuh?"

Sial! Bener-bener ini orang. Niat banget ngerjain.

"Gak!"

Aku segera merapikan mejaku. Percuma mengeluarkan semua buku. Barang yang aku cari ada di kak Azhar.

"Beneran nih?" tanya kak Azhar dari balik jendela. Kebetulan bangkuku berada di dekat jendela. Memudahkan kak Azhar untuk menggangguku.

"Ambil aja! Sampe kapan mau nahan kartu pelajar?"

Izma menutup jendela kasar. Tangan kak Azhar yang berada di situ segera ia pindahkan agar tidak terjepit jendela. Untung aja gak kejepit. Kalo kejepit bisa berurusan dengan BK karena pasti berdarah.

MaHar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang