BAB LXI

2.5K 323 11
                                    


Kriet!

Seorang anak berpakaian lusuh membuka pintu, menyambut Erza dengan tatapan tidak bersahabat yang seolah mengatakan. 'Siapa kalian? Untuk apa datang kemari?'

Berbeda dengan Celin dan Celina yang ketakutan mendapat tatapan yang dilancarkan anak laki laki itu, Erza menyambutnya dengan senyum lembut, menyembunyikan rasa ibanya kepada anak tersebut.

"Kau serigala kecil waktu itu bukan?" tanya Erza pelan pelan, ingin tau apakah benar anak laki laki itu adalah serigala kecil yang pernah ditolongnya. Tapi entah kenapa Erza sangat yakin akan hal itu, dia ingat bagaimana bentuk mata serigala tersebut.

Netranya begitu hitam menatapnya begitu tajam tanpa seutas kata waktu itu, sama halnya seperti sekarang. Dan bulu matanya yang lentik, menghalangi secercah matahari untuk masuk kedalam netra kelamnya.

Setelah mendengar perkataan Erza, anak laki laki itu mengangkat alisnya yang menaut. Dengan wajah dan tatapan yang lebih bersahabat, dia membungkuk dan mengatakan sesuatu dengan tangannya. "Benar Luna, anda yang menyelamatkan saya. Terima kasih"

Melihat hal itu, Erza menyurutkan sedikit pundaknya sambil menelan ludah. Gadis itu terkejut dengan apa yang dilakukan anak laki laki dihadapannya, saat tau kenyataan kalau anak tersebut bisu.

Karena tidak lekas mendapatkan jawaban dari Erza, anak itu kembali berkata dengan wajah merasa bersalah. "Maafkan saya, mengejutkan anda Luna. Saya terlahir bisu, dan saya tidak bisa menyambut kedatangan anda karena tidak memiliki apapun"

"Ah, tidak apa apa" ucap Erza buru buru menjawab sambil menampilkan senyum kikuknya.

"Kenapa kakak lama? Oh" beberapa anak lain dan lebih kecil datang menatap Erza dengan wajah terkejut dan takut.

Sekitar 5 anak kecil lain tertangkap oleh pengelihatan Erza, mengatupkan bibirnya gadis itu tidak tau harus mengatakan apa. Hatinya mencelos entah kemana melihat mereka. Gadis itu tidak habis pikir, bagaimana caranya anak anak itu bertahan hidup selama ini. Sedirian dan tanpa memiliki apapun.

"Kalian, sudah sarapan?" tanya Erza mengalihkan topik sambil menampilkan senyumnya dan mengangkat tas penuh daging yang dibelinya. Gadis itu sungguh terkagum dengan mereka, bisa survive tanpa bantuan orang dewasa.

.

.

.

Didalam hutan yang kian menggelap, terlihat seorang gadis dengan dengan gaun merah terduduk sendirian dibawah pohon ridang. Sedang membaca sebuah buku tebal dengan penerangan lentera yang berada tepat disebelahnya.

Dan saat gadis itu mendengar suara sesuatu berlari kearahnya, dia mendongak dan tersenyum lebar. Menyambut Reon yang hari ini kembali datang menghampirinya, melempar bukunya, dia memeluk serigala besar itu sambil tersenyum lebar.

"Aku sudah menunggu sedari tadi, kenapa kau baru datang?" tanya Erza mengubah mimik wajahnya menjadi marah dan menjaga jarak dengan Reon, seketika serigala besar itu menurunkan telinganya. Bisa Erza lihat wajah Reon yang semula gembira sekarang terlihat menyedihkan.

Erza tertawa kecil melihat betapa lucu reaksi yang Reon berikan kepadanya, dia mendekat lalu mengusap lehernya gemas, "Aku sangat merindukanmu Flufy, aku berharap kau bisa datang setiap hari" ucap gadis itu dengan wajah penuh harapan, membuat Rion yang tadinya terlihat murung kini kembali menaikkan telinganya sambil menggoyang goyangkan ekornya senang.

'Kalau saja bisa, aku juga ingin menemanimu seharian' batin Reon membuat Rion memutar matanya sambil menguap lebar, kembali merebahkan kepalanya setelah seharian harus berburu.

Gadis itu memiringkan kepalanya saat sadar jikalau Reon membawa sesuatu dipunggungnya. "Apa yang kau bawa Reon?" tanya nya, membuat serigala itu menundukkan kepalanya agar memudahkan Erza untuk mengambilnya.

Erza terbelak, Reon membawakannya 2 koper senjata miliknya. Koper pertama berisikan pistol kembar baru lengkap dengan peluru perak juga peluru cadangan, dan yang kedua berisi senapan dengan peluru perak juga.

Ia mengerutkan keningnya bingung kepada Reon, tidak tau maksud dari Albert juga Lina yang membawakannya senjata. Apakah ini untuknya berjaga jaga saat kabur, atau akan ada hal lain yang perlu dia lakukan, peluru ini sungguh banyak. Erza tidak yakin jika ini semua hanya untuk rencana kaburnya.

Lagi pula membawa senapan sungguh merepotkan saat harus menggandeng banyak anak anak bersamanya. Apalagi saat akan banyak warrior yang akan berubah menjadi serigala mengejarnya, jika sampai salah satu anak anak itu tertangkap. Erza benar benar akan menyerah begitu saja tanpa perlu melanjutkan rencananya, dia lebih mementingkan anak anak itu daripada rencananya.

"Untuk apa senjata senjata ini Reon?" tanya Erza kebingungan.

'Lina dan Albert pun tidak menjelaskan apapun kepadaku, mereka hanya meminta agar kau menyimpannya' mindlink Reon menjawab pertanyaan Erza.

"Kenapa?" tanya Erza lagi masih belum paham.

'Tuan Luis sering berkujung, dan mengatakan tidak baik membiarkanmu hanyut dalam rasa tenang sesaat sedangkan sesuatu yang buruk tengah menunggu. Kau harus kembali berlatih Erza, jangan biarkan santai itu mengambil waktumu yang kian terkikis' jelas Reon lagi dengan suara sedikit berbeda, terdengar nada khawatir yang terselip disana.

Mengangguk angguk, Erza tidak kembali bertanya kepada Reon. Apa yang Reon katakan dari yang Luis sampaikan memang benar, dia terlalu santai ditempat ini. Ia tidak pernah sekalipun melatih fisiknya atau pun skill menembaknya, lalu bagaimana dia bisa membawa anak anak itu nantinya.

Reon menunduk saat merasakan kakinya terasa sangat panas, lalu kembali mendongak menatap Erza yang masih hanyut dalam lamunannya. 'Erza?' panggil Reon, membuyarkan lamunan Erza.

"Ada apa Reon?" tanya Erza sambil mencium bau sesuatu yang hangus.

'Aku harus kembali sekarang' pamit Reon dan segera pergi dari sana sebelum mendengar jawaban Erza.

Gadis itu seketika memukul dahinya sendiri berulang kali, meruntukki dirinya yang membiarkan Reon tetap berada dihadapannya. Bau hangus itu pasti bagian adri tubuhnya yang terbakar. "Kau bodoh Erza" runtuknya merasa bersalah.

.

.

.

Disuatu tempat yang sangat asing, beberapa orang mengangkat tubuh seorang iblis yang begitu mengerikkan. Membuat orang lain yang melihatnya bergidik ketakutan dengan penampakan iblis tersebut, begitu besar, hitam, dan mengerikkan.

Anehnya iblis tersebut dibawa masuk kedalam sebuah castle yang setiap sisinya berlapis oleh pertama juga emas. Penuh oleh tanaman juga bunga bunga indah yang memanjakan pengelihatan juga penciuman.

Delapan orang itu menurunkan tandu yang membawa seorang iblis diatasnya, dan entah karena apa mereka menangis dihadapan iblis yang sedang memejamkan matanya.

"Bangunkan dia tuan, kami tidak sanggup harus hidup ratusan tahun lagi" pinta mereka sambil menangis.

.

.

.

Tbc

Kenapa ceritanya lebih panjang dari perkiraan? Padahal aku target bab 65 udah tamat, tapi belum selesai ternyata T-T

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang