BAB LXIX: I'm Demon

2.3K 275 27
                                    


I'm Demon

Gelap, sangat gelap. Erza tidak bisa melihat apapun selain kegelapan disekelilingnya, disisi lain semua rasa sakit yang menjalari tubuhnya perlahan mulai menghilang. Membuatnya tidak tau harus merasa senang atau tidak atas hilangnya rasa sakit itu, kerena seingatnya dia jatuh kedalam sebuah sumur dan tenggelam didalam sana.

'Hey, apa kau bisa mendengarku?' melirik kekanan dan kiri, Erza mencari asal suara tersebut dengan sedikit kebingungan karena tidak dapat melihat apapun.

'Owh, kau tidak perlu mencariku. Karena aku adalah kau' menautkan alisnya tidak paham, gadis itu mulai semakin kebingungan dengan apa yang suara itu katakan. Selain itu, kenapa dia baru sadar jika suara mereka terdengar sama.

"Apa maksudmu? Apa kau semacam suara yang saat aku sedang berpikir?" tanya Erza dengan linglung.

Tertawa, suara itu menjawab pertanyaan lucu yang Erza lontarkan. 'Tentu saja tidak, bisa dibilang aku adalah pribadi lain yang ada didalam dirimu, seperti sisi jahat"

Berjeda singkat, suara itu kembali melanjutkan ucapannya sambil tertawa keras. "Mungkin lebih tepatnya, iblis didalam dirimu'

Semakin menautkan alisnya kebingungan, Erza pikir keadaan terasa semakin aneh untuknya disini. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab didalam benaknya dan suara itu muncul hanya untuk menambah rasa ingin tahu juga penasarannya. Belum selesai Erza menuntaskan apa yang sedang dipikirkannya, suara itu kembali mengintrupsinya.

'Jangan memikirkan hal hal yang aneh, diriku. Kau hanya punya 5 menit disini, jadi jangan buang waktumu' ucapnya terdengar sedikit kesal, masalahnya mereka berada didalam 1 tubuh yang sama. Jadi saat Erza memikirkan sesuatu, suara misterius itu pasti mengetahuinya.

"Apa maksudmu dengan 5 menit?" tanya Erza malah kebingungan.

Terdengar suara helaan nafas setelah Erza melontarkan pertanyaan konyolnya. 'Kau sekarang berada didalam air, kau ingat? Jika dalam 5 menit kau tidak segera berenang kepermukaan, kau akan mati"

'Dan aku berbicara denganmu disini untuk menawarkan sebuah bantuan' lanjut suara itu dan dalam sekejap mata tempat yang semula hanyalah kegelapan berubah. Erza kini sedang berdiri ditengah tengah sebuah ruangan besar dengan menghadap sebuah foto seseorang yang teramat mirip dengannya.

Hanya saja surai gadis itu berwarna pirang dan miliknya terlihat sedikit lebih gelap dari miliknya. "Siapa dia?" gumannya bingung.

Sesaat setelah memandangi foto itu, Erza menoleh kearah suara langkah kaki yang terdengar tepat berada disebelahnya dan menemukan dirinya yang lain, sedang menatapnya datar sambil mengulurkan tangan.

"Apa kau mau menerimaku juga semua bantuanku? Aku bisa menjawab semua rasa penasaranmu dan mengatakan dimana Celin juga Celina berada sekarang" ucapnya sambil memiringkan kepala.

Menegup ludahnya, sebenarnya Erza masih tidak percaya dengan seseorang yang berada dihadapannya sekarang. Tapi mengingat hanya dia yang bisa menolongnya saat ini dan tau dimana keberadaan Celin juga Celina, mau tidak mau Erza menyambut uluran tangan itu.

Sedetik setelah Erza menyambut uluran tangannya tanpa pikir panjang, sosok lain itu tersenyum dengan sangat mengerikkan, dan setelahnya Erza merasa dirinya seperti tertarik sesuatu dengan sangat cepat. Perlahan semuanya kembali menjadi hitam dan rasa sakitnya kembali dapat Erza rasakan saat itu juga. Membuka matanya seketika, gadis itu dengan segera berenang kepermukaan untuk mengambil nafas.

Mengatur nafasnya yang sedikit berat sambil terbatuk, Erza mendongak keatas. Erza tidak percaya jika dirinya benar benar sadar, namun setelah melihat betapa dalamnya sumur ini dan dirinya berada sekarang. Dengan tangannya yang terluka, Erza tidak yakin bisa memanjat hingga sampai keatas.

"Sekarang bagaimana caraku untuk sampai diatas sana" gumannya, kebingungan memikirkan cara untuk sampai diatas sana.

'Tentu saja dengan bantuanku' jawab seseorang membuatnya terbelak tidak percaya. Seseorang yang memiliki suara juga wajah yang mirip dengannya itu benar benar berbicara didalam benaknya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan" tanya Erza penasaran sambil menatap kesekitar sumur, mencari sesuatu benda yang mungkin bisa digunakannya. Namun tidak ada apapun didalam sumur ini selain batu juga lumut.

Tertawa, suara itu menjawab. "Kita satu tubuh dan aku adalah kau, Erza. Biasakan diri untuk memanggil kita, kita bisa berbicara seperti ini adalah sebuah kebetulan yang luar biasa"

"Setelah ini kita tidak akan bisa berbicara seperti ini lagi, semua sepenuhnya akan menjadi milikmu sendiri"

Erza diam membeku, ada satu hal gila yang sedang dia pikirkan saat bisa mendengar suara itu dari telinganya. Melirik lengan tangan kirinya perlahan, gadis itu menahan teriakannya saat melihat beberapa mata muncul dilengannya dan sebuah mulut di lengan atasnya.

"Baru sadar matamu sebanyak ini?" mulut itu bergerak dengan sendirinya, membuat Erza takut melihat keanehan yang terjadi pada tubuhnya.

"Aku ingin menjelaskannya padamu, tapi kita tidak punya waktu. Kau harus memakan sesuatu sekarang juga, ular, cacing apapun itu yang ada didalam sini sebelum Jaeger melakukan suatu hal kepada Celin juga Celina" ucapnya membuat Erza mendapatkan semua keberaniannya lagi juga tujuannya setelah sadar.

.

.

.

Berjalan jalan mengelilingi pack besar ini, Amon berhenti setelah menuruni tangga menuju ballroom. Sebuah lukisan besar disana menyita perhatiannya, lukisan seorang gadis yang sedang tersenyum manis dan terpajang tepat ditengah ruangan itu benar benar membuatnya merasa bersalah.

'Aku tidak tau siapa kau, tapi mateku sangat mempercayaimu. Aku mohon jaga dia dengan baik, gadis itu istimewa. Karena bukan hanya aku saja yang bisa mencium aromanya'

Ucapan yang dulu tidak dipaham seakan menjadi jelas setelah semuanya terlambat. Amon baru tau jika dunia ini tidak hanya dihuni oleh manusia, ada banyak makhluk lain yang menyamar diantara mereka dengan wujud yang serupa.

Dan bagi werewolf, aroma pheromone yang dapat mereka cium hanyalah berasal dari satu satunya mate mereka.

Sedangkan, lain masalahnya dengan yang Erza miliki, siapapun bisa mencium aroma manis dari tubuh gadis itu tanpa terkecuali manusia sekalipun. Satu hal yang membedakan semua orang dengan matenya adalah, aroma tersebut akan tercium benar benar pekat dan akan berubah sesuai dengan mood Erza.

Bahkan jika Erza sudah berada jauh diluar dan pria itu didalam rumah, aroma itu akan tetap tercium. Mengingat semua hal itu, Amon kembali teringat pertemuan pertamanya dengan Erza memang hanya sebuah kebetulan. 

.

.

.

Tbc 

Wah wah, aku gk tau lagi cari waktu buat updatenya gimana😭 keterjang ulangan dan praktek terus. 

Dan lagi aku pikir Flasbacknya bakalan ngikut juga di bab ini, ternyata tidak!. Yang pasti setelah kalian baca Flasbacknya, kalian bisa ingat ingat apa yang terjadi diawal awal cerita. Termasuk scene dimana Alex yang mereject Erza, Amon yang selalu mencoba mencoba membuat Erza tetap dirumah, dan why Erza bisa menjadi seorang militer saat dia masih sekolah. 

(Walaupun sekolahnya bebas masuk kapan aja😅) Untuk penjelasan kenapa sistem sekolahnya seperti itu ada dinovel Eden's😭 dan ya, dia anaknya Erza. 

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang