BAB 6: Sorry

25.5K 1.6K 76
                                    


SORRY

Erza berjalan pergi tanpa menoleh dan mengatakan apapun lagi kepada pria itu, sebagai pemilik perusahaan yang besar dia sangat menyayangkan sikap Alex. Erza berharap seseorang akan menggantikan posisi pria itu nantinya.

Berjalan masuk kedalam lift, Erza menekan lantai 8 dimana ruangannya berada. Seorang wanita menyambutnya ketika lift yang dinaikinya terbuka lebar. Wanita itu tersenyum lalu membungkuk dihadapan Erza memperkenalkan dirinya.

Erza mengangguk angguk saat tau jika wanita itu adalah sekertaris barunya, dia memang sudah lama merasa tidak nyaman dengan sekertaris lamanya saat terakhir kali dia mengunjungi perusahaan ini. Dia ingat wanita itu terlalu mencari perhatian, terlebih ketika papanya berada ditempat wanita itu pasti akan memakai pakaian yang terbuka.

Mendengus kecil mengingatnya, wanita itu pikir bisa merebut hati papanya dengan cara seperti itu. Untung papanya adalah pria yang setia, jadi dia tidak tertarik dengan wanita manapun kecuali mendiang mamanya.

Memeriksa perkembangan bisnisnya dan tugasnya yang Amon ambil alih, Erza hanya bisa tersenyum puas melihatnya. Tidak hanya dapat mengambil alih tugasnya dengan sempurna, pria itu juga menandai beberapa orang yang membuat kecurangan didalam perusahaan. Menunggu keputusannya untuk menindak lanjuti prilaku mereka.

Peningkatan yang cukup drastis juga terjadi selama kepergiannya, semua tampak berjalan begitu lancar. Memang tidak bisa dipungkiri, Amon sangatlah hebat.

"Bagaimana dengan karyawan baru?" tanya Erza kepada wanita itu setelah melihat jika perusahaannya baru saja selesai membuka sebuah lowongan pekerjaan dalam banyak sekali bagian.

"Mereka masih dalam masa training nyonya" jawab wanita itu memberikan data semua karyawan baru dalam masa training kepada Erza.

Erza tersenyum kagum melihat semua data karyawan baru itu, kelihatannya dengan kebijakan baru Amon dapat menjaring karyawan muda berpengalaman.

"Kapan masa training mereka berakhir?"

"Sekitar 2 bulan lagi nyonya, saya bisa mengirimkan pekerjaan mereka jika nyonya ingin memantaunya secara langsung" ucap wanita itu menawarkan jika Erza ingin melihat pekerjaan karyawan baru secara langsung.

"Boleh, kau bisa mengirimkannya secara pribadi" jawab Erza menjadi sedikit penasaran.

Membereskan mejanya, Erza bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan kantornya. Mengatakan jika wanita itu tidak perlu mengikutinya. Gadis itu kembali kelantai pertama sambil mengirimkan pesan pada Amon.

"Amon, bisakah kau mengambilkan SS-2 dan MAGNUM 30 yang aku tinggalkan digudang dekat gedung produksi A-3?"

Pria itu langsung memberi balasan kepada Erza. "Tentu nona, saya akan mengambilkannya"

"Aku menunggumu dilobby"

Mendudukkan dirinya disofa lobby, Erza menyandarkan punggungnya sambil mengadah keatas melihat langit langit. Sepertinya dia harus memberikan cuti panjang pada Amon, pria itu pasti lelah seharian bekerja nonstop tanpa istirahat.

Pria itu bekerja dirumah, diperusahaan, dan tetap bekerja ketika menemaninya keluar. Dia jadi sedikit merasa bersalah saat melimpahkan tugasnya sebagai direktur perusahaan juga kepada Amon.

Merunduk menatap ke arah ponselnya, gadis itu terlihat bingung harus melakukan apa saat menunggu Amon yang tidak juga datang. Pria itu pasti tidak akan memperbolehkannya untuk pergi ke choco cafe setelah kejadian semalam, dan tidak mungkin jika Erza harus kembali pulang kerumah.

Membuka tutup galerynya, Erza hanya menggeser geser layar ponselnya dan beberapa kali menghitung berapa aplikasi yang dimilikinya.

Erza mendongak saat mendengar suara langkah kaki itu berjalan mendekatinya, namun senyumnya seketika luntur saat mengetahui bukan Amon yang menghampirinya melainkan Alex. Entah kenapa dia selalu terbawa kesal hanya dengan bersitatap dengan pria itu.

Seolah pria itu terlihat begitu menjengkelkan dimata Erza. Gadis itu mengalihkan tatapannya ketika menyadari Alex benar benar menghampirinya bahkan duduk dihadapannya tanpa permisi. Tidak peduli akan penilaian buruk yang akan pria itu berikan kepadanya.

"Ehem, apa yang sedang kau lakukan Erza?" tanya Alex terlihat ragu untuk mengatakannya.

Seketika rasa kesal gadis itu memuncak hingga ke ubun ubun, menatap Alex memincing. "Apa kau tidak bisa melihatnya, aku sedang bermain ponsel" jawab Erza ketus.

"Dan sejak kapan kita dekat hingga kau bisa memanggil namaku" imbuh gadis itu terlihat marah ketika Alex menyebutkan namanya.

Alex pun terdiam kebingungan harus mengatakan apa melihat gadis itu begitu tidak menyukainya. Mungkin inilah yang dia dapatkan setelah mereject gadis itu tanpa alasan waktu itu.

"Aku ingin meminta maaf" ucap Cain mengambil alih tubuh Alex ketika pria itu lengah.

Erza menaikkan alisnya dan menatap Alex dengan wajah apakah kau sedang bercanda.

"Aku hanya ingin meminta maaf jika kau tersinggung dengan sikap aroganku dicafe waktu itu" ulang Cain ketika melihat gadis itu menatap ke arahnya.

"Bagaimana jika aku tidak memaafkanmu?"

Menelan ludah mendengarnya, Cain siap menerima semua resiko dari apa yang sudah Alex perbuat dengan otak pendeknya. "Itu adalah pilihanmu, aku akan menerimanya apapun itu"

Menautkan alis sambil memiringkan sedikit kepalanya, gadis itu terlihat kebingungan dengan cara dan sikap pria itu saat berbicara kepadanya. Namun sebelum dia mengatakan sesuatu, Amon lebih dahulu muncul dihadapannya membawa dua koper hitam dimasing masing tangannya.

Bangkit dari duduknya, Erza berjalan menghampiri Amon. Membuat sedikit salah paham jika gadis itu akan datang ke arahnya, Cain menurunkan tangannya.

Tanpa mengatakan apapun, dengan cepat Erza mengambil alih dua koper yang Amon bawa untuknya. Memberi cium jauh pada pria itu sebagai ucapan terima kasih, Erza pergi begitu saja dari hadapan Amon dan Alex.

"Ternyata anda belum pulang" ucap Amon sambil menunjukkan senyumnya.

Cain yang melihatnya tanpa sadar bergidik takut, dia tidak tau apa hubungan pria itu dengan Erza. Namun melihat dari perlakuan gadis itu, mereka telihat dekat. Menelan ludahnya sendiri, Cain membiarkan Alex kembali mengambil alih.

"Aku baru saja akan pulang" ucap Alex merasa sedikit kesal saat Cain membiarkannya mengambil alih tubuh tepat dihadapan Amon yang tersenyum mengerikkan.

"Benar, lebih baik jika anda segera pulang. Terima kasih atas kunjungannya" ucap Amon menuntun Alex untuk keluar dari dalam perusahaan dengan halus.

Berjalan ke arah parkiran dimana Daniel sudah menunggunya didalam mobil, Alex masuk kedalam mobil dengan wajah kebingungan. Membuat Daniel yang siap melajukan mobilnya menatap ke arah pria itu bertanya tanya.

"Ada apa Al?" tanya Daniel.

"Aku ingin kau mencari tahu apa hubungan Amon dan Erza"

'Darimana gadis itu menemukan iblis seperti Amon, dan kenapa mereka terlihat sangat dekat' batinnya.

.

.

.

Tbc

EDIT: 15/10/2023

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang