BAB XXII: Friends?

9.7K 764 22
                                    


Friends?

Beberapa jam berlalu, tampak Glenn tertidur dimeja kerjanya tanpa sadar. Pintu ruang istirahatnya terbuka lebar dan gadis itu masih terbaring pulas disana.

Sssshhh...

Sebuah bayangan tiba tiba keluar dari sebuah foto bergambar siluet hitam seseorang. Bayangan hitam bermata merah itu berjalan mendekati Erza perlahan, menatap tubuh gadis itu penuh rasa senang.

'Raga muda yang cantik' ucapnya mengabaikan semua luka yang bersarang ditubuh Erza. Tangan itu terulur perlahan dan terhenti seketika saat menatap gadis itu terlihat mengerjapkan mata.

Dengan cepat bayangan hitam itu membubarkan dirinya dan kembali masuk kedalam foto tanpa meninggalkan jejak sama sekali.

Erza membuka matanya perlahan lalu bangkit, rasa pening seketika menyerang kepalanya. Rasa pening yang seharusnya tak pernah dirasakannya hadir begitu saja. Gadis itu menggeleng cepat, sambil berharap rasa pening itu akan menghilang dari kepalanya.

Merasa tidak berhasil dia menoleh kekanan dan terpaku saat melihat ruangan ini dipenuhi oleh foto seseorang yang tampak asing. Setelah kebingungan dia menoleh kekiri dan mendapati hal yang sama, namun ada 1 pintu putih yang terbuka dan memperlihatkan Glenn yang tertidur dimejanya.

Gadis itu menyibak selimut yang melingkupi tubuhnya lalu menurunkan kaki, menunduk sambil memejamkan mata sejenak, Erza berharap peningnya berkurang.

Ia bangkit, berdiri tegap walau sedikit terhuyung pada awalnya. Berjalan melangkahkan kakinya menuju Glenn perlahan.

'Hei~'

Panggilan selirih angin semilir lewat itu membuatnya menoleh kebelakang, tidak ada apapun disana selain dinding penuh sesak oleh foto.

Tanpa sadar panggilan itu menariknya, Erza berjalan kearah sebuah foto besar. Difoto itu ada seorang pria bersurai pirang yang tengah tersenyum lebar, tangannya merangkul seorang wanita bersurai silver yang tersenyum lembut dengan perut buncit.

"Hamil? Pria ini terlihat seperti papa Glenn, hanya surainya yang tidak sependek ini" komentar Erza sambil menaikkan sebelah alisnya.

Selain foto wanita bersurai putih itu yang mendominasi ruangan, ada foto seorang gadis cantik yang juga mendominasinya. Gadis yang terlihat seumurannya dengan surai blode dengan manik shapire yang indah, foto gadis itu membuat Erza takjub.

Gadis itu terlihat anggun, cantik, dan lembut secara bersamaan. "Aku tidak pernah melihat gadis seperti ini sebelumnya, aku yang perempuan saja baru melihatnya langsung terpesona. Apalagi kalau laki laki" komentar Erza terpukau, bahkan sampai melupakan kepala peningnya.

Set-

Erza terkejut dan secara reflek memundurkan diri. Mata seorang gadis dalam foto itu tiba tiba berubah menjadi merah dan melirik kearahnya. Mulutnya terbuka ingin mengatakan keraguannya namun tak ada suara yang keluar dari sana.

Sekelebat bayangan hitam keluar dari dalam foto itu, menapakkan kakinya dilantai dan berdiri tegap dihadapan Erza yang terbelak kebingungan.

'Raga yang cantik, kau mau menukarnya denganku?' ucap bayangan itu menghampirinya perlahan.

Erza tetap menjaga jarak dengan bayangan itu, karena dia tidak tau apa yang bayangan itu bicarakan.

'Kau tidak lelah hidup dengan tubuh rusak seperti itu?'

Gadis itu menaikkan sebelah alisnya, sekilas ia tanpa sadar menatap tangannya. Kepalanya kembali pening, bahkan lebih sakit dari awal dirinya bangun.

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang