Alex
Tidak nyaman dan risih, itulah yang dirasakannya sedari bangun tidur. Bagaimana tidak, tiga orang itu terus mengikutinya atau setidaknya mengawasinya yang melakukan pergerakan sekecil apapun. Memangnya apa yang akan dilakukannya sampai mereka mengawasinya seperti sekarang.
Erza menghela nafas, mendorong piringnya menjauh padahal makanan disana belum dirinya habiskan, lalu menoleh kebelakang. "Kalian kenapa?" tanya Erza bingung, dia sudah merasa mulai terganggu saat mengetahui mereka tidak setengah setengah dalam mengikutinya.
"Tidak ada nona" jawab Lina yang berdiri diantara Albert dan Amon.
"Kalian aneh sekali hari ini, aku mau pergi mengunjungi Vano saja" ucapnya mendorong kursinya kebelakang, berjalan melewati 3 pelayannya yang terlihat aneh hari ini. Lagi pula bagaimana dirinya bisa lupa jika sahabatnya itu pastinya masih sakit sekarang.
Masuk kedalam mobil ferrari la ferrari hitamnya, Erza langsung meninggalkan rumah begitu saja. Tidak sadar jika Albert melesat mengikutinya di kejauhan.
.
.
.
Namun kenyataan memang tidak semudah dengan apa yang mereka rencanakan, lihat saja Lina yang terburu buru menyusul nonanya. Lalu bagaimana dengan Albert yang tadi juga mengikuti Erza.
Albert ada di bawah sana, diikat dengan tanaman rambat yang penuh duri dan tentu saja beracun pada sebuah pohon. Albert tak melakukan perlawanan apapun disana, tetap diam merunduk layaknya memang sudah pasrah dengan keadaan. Sedikit kepalanya menoleh untuk menatap seorang enchanter yang dengan berani mengikatnya seperti ini dengan sihir murahannya.
Saat dirasanya dia tidak asing dengan wajah itu, Albert mendongak menunjukkan wajahnya. "Oh, kau belum mati ternyata? Senang bisa bertemu denganmu lagi" ucapnya diakhiri dengan senyum manis, membuat enchanter itu terkejut dan gemeratan.
Beberapa tahun yang lalu, enchanter itu juga pernah menyerangnya diwaktu Heronie diculik. Sekarang malah dirinya yang diculik, ini adalah pengalaman keduanya menjadi korban penculikan semasa hidup.
"Untunglah kalau kalian sudah saling kenal, itu akan memudahkan pekerjaan kalian" celetuk seseorang membuat Albert mengerutkan alisnya setelah itu menoleh.
"Apa maksudmu?" tanya Albert menatap seorang pria yang dirinya tau bernama Alex. Mereka pernah bertemu saat Amon mengajaknya untuk mengurus perusahaan nonanya.
"Aku ingin membuat perjanjian denganmu" ucap Alex dengan nada serius. Albert memutar bola matanya lalu tersenyum mengejek kearah Alex.
"Kau itu sebenarnya pemimpin werewolf atau bukan? Aku tidak tau kalau semakin lama mereka akan selemah ini" ejek Albert tetap santai dengan duri duri yang menanjap ditubuhnya itu.
"Siapa yang kau bilang lemah!" marah Alex tidak terima jika dirinya dikatai seperti itu.
'Pada dasarnya memang bodoh, diajak bicara sekali tetap saja tanya' batin Albert tertawa geli.
"Kau, memangnya ada orang bodoh lain disini?" kata Albert mengejeknya lagi.
Alex menggeram marah, tubuhnya hampir berubah dalam bentuk serigala jika tidak karena darah yang merembes diperutnya itu menghentikan aksinya. Albert sama sekali tidak takut dengan apa yang akan dilakukan werewolf kecil dihadapannya ini, hanya menatap Alex yang sepertinya tidak bisa membalasnya.
"Dengar, kami hanya menerima perjanjian dengan manusia. Kami tidak menerima perjanjian sesama makhluk mortal karena itu sama dengan menghina diri. Manusia itu lemah, pantas jika mereka membuat perjanjian dengan makhluk mortal, karena mereka butuh kekuatan. Sedangkan kita makhluk mortal, kita sama sama punya kekuatan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sniper Mate: Demon Blood
Manusia SerigalaUpdate setiap hari - RANDOM- ON REVISI! Alex adalah seorang werewolf, dan Alpha adalah nama panggilan dari gelarnya. Memiliki kehidupan yang dipenuhi oleh kesempurnaan membuat Alex memiliki sifat arogan, sadis, kejam, dan terobsesi dengan kata sempu...