BAB XVI: School 2

11.6K 973 66
                                    


SCHOOL 2

Erza tertawa terpingkal pingkal diujung sana, sambil memegangi perutnya yang sudah sakit karena tawa berlebihnya.

Glenn hanya bisa menatap tajam gadis itu sambil mencoba bersabar. Gadis itu memang bukan lawannya, Erza terlalu nakal untuk diajaknya bercanda.

Lihat saja apa yang dilakukan gadis itu kepadanya, dikerubungi wanita yang menariknya kesana kemari sambil berteriak memperebutkannya. Itu sungguh hal yang tidak diinginkannya.

“Papa Glenn!” teriakan keras gadis itu membuatnya bahkan semua wanita itu menoleh.

“Jangan lupa cari mama buat Erza ya” imbuh gadis itu lalu berlari menjauh begitu saja.

Mata Glenn terbelak mendengarnya, ingin ia kejar gadis nakal itu lalu menghukumnya tapi tarikan itu menyadarkannya. Kalau dirinya dalam posisi yang tidak menyenangkan sekarang.

‘Tamat sudah’ batinnya menderita.

.
.
.

Erza menoleh kebelakang, memastikan kalau Glenn tidak mengejarnya. Menghentikan larinya lalu berjalan santai sambil tertawa sesekali.

Namun langkahnya terhenti saat ada 5 orang gadis menghadang jalannya, sebelah alisnya naik seketika. Erza tidak tau apa maksud gadis gadis tahun pertama ini menghadangnya.

“Ada perlu apa?” tanya Erza kebingungan, dia sedikit menunduk menatap kelima gadis itu.

Tapi tampaknya gadis yang berdiri ditengah itu malah terlihat kesal. “Tidak tau diri! Jangan menatapku serendah itu manusia!” teriak gadis itu Erza semakin bingung.

“Maaf, kau lebih pendek dariku. Bagaimana aku tidak menatapmu rendah? Apa aku harus jongkok untuk menatapmu?” tanya Erza sambil memiringkan kepalanya, tidak paham dengan gadis satu ini.

Gadis itu menghentak hentakkan kakinya lalu menoleh kearah temannya. “Mari ikut kami”

Erza hanya mengedikkan bahu dan mengikuti kemana 5 gadis itu membawanya pergi, lagi pula dia juga tidak tau harus melakukan apa setelah meninggalkan Glenn dengan guru guru cantik tanpa rasa bersalah.

Setelah memperhatikan sekitar dengan seksama, Erza sadar kalau kelima gadis itu menggiringnya menuju salah satu kelas kosong. Setelah memasuki kelas itu, mereka mulai mengelilinginya.

‘Apa aku akan dibully?’ pikirnya tak paham.

“Hei mata empat!-“

“Mataku dua” potong Erza, tidak suka jika dirinya dipanggil mata empat saat memakai kacamata seperti ini.

“Terserah aku mau memanggilmu apa!” ucap gadis itu berteriak kesal.

“Kalau begitu terserah aku memanggilmu pendek?” balas Erza.

“Jangan memanggilku pendek!”

“Tapi kau memang pendek, apa harus aku memanggilmu kecil?” tanya Erza sambil tersenyum.

“Jangan mengubah namaku!”

“Aku bahkan tidak tau namamu, kecil” sahut Erza, dia merasa seperti berdebat dengan anak kecil sekarang.

“Diam atau kucabik perutmu!” ancam gadis itu, membuat raut wajah Erza menjadi datar seketika.

“Apa mau?” tanya Erza seketika, membuat suasana terasa mencekam.

Apalagi ditambah dengan wajah datar dan tatapan Erza yang tajam, membuat gadis yang tadinya berkoar koar hebat sekarang sedikit menciut. Aura kelam yang dipancarkan Erza seolah membuat mereka tercekik tidak dapat berbicara apapun.

“Kalau kau hanya mau berbasa basi, bukan aku orang yang harus kau datangi. Berhentilah mengoceh dan jangan menggangguku lagi. Kau bukannya menakutkan malah membuatku jijik” ucap Erza menerobos gadis gadis itu lalu keluar dari kelas kosong itu.

.
.
.

Dengan wajah muram dan aura kelamnya yang menguar, Erza berjalan mengelilingi sekolah mencari Glenn. Namun pria itu tak kunjung ditemukannya.

“Erza, kau harus di-“ Glenn yang barusaja datang langsung menelan kembali ucapannya saat mendapat lirikan tajam dari Erza.

Ditambah aura kelamnya membuat pria itu merinding seketika, Glenn mencoba tersenyum walau bulu kuduknya berdiri semua.

“Ah, apa kau lapar Erza? Akan kubelikan makanan” tawar pria itu mencoba mencairkan suasana dan menarik mood Erza.

Gadis itu menoleh, menatapnya sebentar lalu berjalan menuju cafetaria. “Aku mau beef steak paket A, 5 piring. Jangan lupa pakai black papper” ucap gadis itu membuat Glenn melongo.

Erza memang gila soal makan, lihat saja beef steak paket A dengan daging berbobot 1 kg itu dimakannya sendiri. Bukan, tapi 5 kg dimakannya sendiri.

Ingin rasanya Glenn mengatakan betapa rakusnya gadis itu saat makan, namun saat teringat wajah gadis itu Glenn jadi mengurungkannya.

.
.
.

Glenn tersenyum melihat gadis itu makan dengan lahapnya, lihat saja bagaimana kedua pipi itu menggembung lucu. Jangan lupa tatapan dan cicitannya yang seperti kucing kecil kelaparan saat minta tambah.

“Pelan pelan Erza, nanti tersedak” tuturnya sambil mengambil tisu dan membersihkan saus yang ada dipipi Erza.

Ditumpuk piring itu lalu menatap Glenn lagi. “ Papa, mau steak lagi” ucap gadis itu dengan pandangan memelasnya. Selalu tau jika Glenn tidak tahan dipandang seperti itu.

“Sudah habis berapa piring, hm?” tanya Glenn mencoba menghiraukan pandangan memelas yang Erza pancarkan.

“Sembilan belas” jawab gadis itu sambil mengerucutkan bibirnya.

Glenn mengalihkan pandangannya lalu mengusap dahi dan kelapanya sambil membuang nafas. “Ah, baiklah. Satu lagi, setelah itu ayo kita kembali”

“Sayang papa” sahut Erza senang lalu kembali membeli steak yang ingin dia makan.

“Habis uangku hari ini” gumannya sambil meratapi nasip dompetnya.

Erza kembali, gadis itu datang membawa sepiring besar steak dengan saus yang meleleh diatasnya. Terlihat mengepul dan mengingatkannya pada suatu hal menjijikkan yang pernah Amon hidangkan untuknya.

Saat gadis itu duduk Glenn bangkit sambil memegang perutnya yang terasa tidak enak. Berjalan keluar dari cafetaria meninggalkan Erza yang sedang bertanya tanya.

“Papa mau kemana?” teriak gadis itu kesekian kalinya.

Glenn hanya mengisyaratkan agar gadis itu tetap makan sedangkan dirinya diluar. Mencoba menghilangkan ingatan tentang semenjijikkan apa masakan Amon.

Mungkin bagi Erza memang terlihat enak dan menggiurkan, namun tidak bagi vegetarian seperti dirinya. Manusia memang makanan gadis itu setiap harinya, jadi pantas saja dia tidak pernah kenyang saat memakan daging hewan.

‘Tentu saja manusia makanannya, dia adalah Demon Blood’ pikirnya sambil memijat pelipisnya.

‘Kau hebat Amon, bisa mencari manusia penuh dosa setiap hari untuk dijadikan makanan Erza yang selalu kelaparan’ batinnya takjub.

.
.
.

Tbc

Ternyata lebih dari 3 bab😂 kurang 1 buat besok😆

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang