BAB: Strange

1.4K 105 11
                                    


STRANGE

Duduk, hanya itulah yang dapat Erza lakukan. Dimana dirinya berada sekarang masih menjadi tanda tanya besar bagi Erza. Tidak hanya itu, sekarang Erza bahkan bingung harus menyebut dirinya sudah mati atau hidup.

Karena daripada merasa berada dialam lain setelah kematian, Erza lebih merasa jika dirinya seperti terkurung diruang gelap tanpa ujung ini tanpa sebuah petunjuk untuk melakukan apa atau menemukan apa. Dan hal membosankan lain yang bisa gadis itu lakukan selain duduk dan berdiri hanyalah mengulang ingatan kehidupan masa lalunya sendiri.

Menghela nafasnya panjang, gadis itu menoleh kearah replika dirinya sendiri. Menatap warna biru cerah mata gadis itu dipadu dengan rambutnya yang berwarna golden bronze, terlihat bercahaya diantara kegelapan disekelilingnya.

"Ada apa?" tanyanya berhenti mengayunkan kaki untuk balik menatap Erza sambil tersenyum kecil.

"Kita terlihat seperti anak kembar" ucap Erza dengan nada bercanda, berharap dapat mencairkan suasana.

Tertawa, replikanya menjawab. "Jika saja kita benar benar anak kembar, aku berharap kau memiliki hidup yang lebih baik dariku"

Senyum kecil diwajah Erza perlahan menyurut mendengarnya, apa yang replikanya itu katakan membuatnya teringat akan hal menyedihkan dari kehidupan masa lalunya. Dan kembali membuatnya teringat dengan satu satunya pria berwajah buram didalam ingatannya.

"Apa kau ingat siapa nama pria itu?"

"Maaf, aku tidak mengingatnya. Apa yang kutunjukkan, hanya itulah yang kuingat"

Mengangguk kecil, tidak ada gunanya bertanya kepada replikanya itu. Semakin lama didengar, dia hanya mengulang kata 'maaf aku tidak mengingatnya' berulang kali setiap Erza menanyakan detail ingatan.

Memejamkan matanya, Erza kembali memutar ulang ingatan masa lalunya. Melihat betapa dekatnya dia dengan pria itu sebelumnya, hubungannya bahkan terlihat normal seperti sepasang kekasih pada umumnya.

Bahkan kedekatannya dengan Amon pun juga terlihat wajar. Hanya saja, saat suara tembakan terdengar dengan dirinya yang tergeletak, Erza dapat melihat jika kedua pria itu bertengkar sebelum ingatannya berakhir.

Kembali membuka matanya, Erza melepaskan tangannya dari genggaman gadis itu. "Apa yang harus aku lakukan ditempat ini, kenapa aku tetap terkurung ditempat ini?" tanya Erza melirik kearah replikanya.

"Tidak ada yang harus kau lakukan, aku disini hanya untuk memberikan kembali ingatanmu yang telah Amon hapus secara paksa"

"Dan membantumu, kurasa" lanjutnya terdengar sedikit ragu.

"Kenapa seperti itu?" sahut Erza menanyakan nada keraguan yang replikanya berikan.

"Kau tau, saat aku membantumu kupikir semua berjalan seperti yang tidak semestinya terjadi. Walaupun terkadang terasa lebih baik jika seperti itu"

Mengerutkan keningnya, Erza memiringkan sedikit kepalanya penasaran akan sesuatu. "Apa yang terjadi kepadamu saat malam penyergapan terjadi di Red Moon pack?"

"Penyerangan itu tidak pernah terjadi karena Reon tidak sedekat itu denganku, aku terculik oleh kawanan Alex ketika mencari bunga untuk hadiah papa dihutan dan terkurung di Red Moon Pack"

Semakin mengerutkan keningnya, Erza baru menyadari jika semua ini terasa tidak benar dan terdengar tidak masuk akal. "Tunggu, bukankah ingatan yang kau berikan hanya sebatas masa lalu. Dimana aku terbunuh dihari pernikahanku?" menjeda ucapanya Erza menoleh.

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang