BAB LXII

2.8K 328 23
                                    


Didalam sebuah ruang kerja, terlihat Alex yang memandangi kertas laporan dari perusahaannya dengan wajah datar. Dan dipahanya duduk Selina yang sedari tadi memeluknya sambil berbicara banyak hal dan tidak satupun masuk kepadalam pendengarannya.

Beberapa hari sudah dirinya tidak bertemu atau bahkan berpaspasan jalan dengan Erza, dan beberapa hari juga Selina selalu menempel kepadanya seperti lem. Entah kemana pun dia akan pergi, wanita itu akan mengikutinya.

"Kau mendengarkanku Alex?" tanya Selina mencebikkan bibirnya saat melihat Alex tetap fokus dengan pekerjaannya.

"Alex?" panggil Selina lagi dan berhasil membuat pria itu menoleh, menatapnya dengan pandangan resah dan kesal.

"Kau tidak lihat aku sedang bekerja Selina? Apakah kau tidak memiliki kegiatan apapun diluar sana selain menempel kepadaku sepanjang hari?" ucap Alex mengusap keningnya, pusing merasakan dengan keberadaan wanita itu.

"Madhia akan melahirkan sebentar lagi, dokter mengatakan dia butuh waktu untuk istirahat. Dan Daniel melarangku untuk datang walaupun hanya menjenguknya" jawab Selina menjelaskan kenapa dirinya hanya menempel kepada Alex dan tidak memiliki kegiatan lagi.

'Itu karena kau sangat berisik, pengganggu!' cecar Cain tiba tiba bersuara, Alex terkejut mendengarnya. Entah kapan serigala itu bangun.

'Kau pintar hari ini' sahut Alex memuji Cain, namun serigala hitam itu diam tidak menanggapinya. Tetap tidur membelakanginya seperti biasa.

Alex menoleh kearah lain sambil membuang nafas panjang, tidak tau cara lain agar dirinya dapat dekat dengan serigala hitam itu lagi. Dia sudah cukup frustasi saat Cain tidak membiarkannya berganti shift menjadi serigala, dan Cain akan menguasai tubuhnya dalam beberapa keadaan secara penuh tanpa mengatakan apapun kepadanya.

Mengesampingkan itu semua, dia benar benar ingin bertemu Erza sekarang. Setidaknya menatap raut kesal yang gadis itu berikan setiap kali bertemu dengannya.

'Daniel, Erza sudah pulang dari hutan?' mindlink Alex setelah menatap kearah jam kecil yang ada di meja kerjanya.

'Luna barusaja pulang, Luna masih berada didepan gerbang sekarang' ucap Daniel sopan.

'Baguslah, aku ingin melihat gadis itu' ucap Alex setelah itu dia mengakhiri mindlinknya.

Ia menatap kearah Selina yang masih berada ditempat yang sama, Alex menatap wanita itu datar. "Bisakah kau turun, Selina?" tanya Alex, menginginkan agar wanita itu lekas turun dari pahanya.

Selina menggeleng disana, dengan bibir yang tetap mencebik wanita itu masih menatap kesal kepadanya. "Tidak, kau pasti akan menemui gadis kurang ajar itu" ucap Selina, kokoh dalam pendiriannya.

"Asal kau tau, namanya Erza" ucap Alex membenarkan panggilan Selina kepada Erza.

"Aku tidak berniat mengubah nama panggilan gadis itu, gadis itu memang kurang ajar dan tidak memiliki sopan santun"

Menghela nafas, Alex meredam emosinya yang hampir saja meluap dihadapan wanita itu. Atau telinganya akan sakit mendengar tangisan keras wanita itu menggema dalam packnya. Alex mengangkat wanita itu dari pahanya, lalu dia dudukkan dimeja kerjanya. Setelah itu, dia pergi tanpa mengatakan apapun kepada Selina yang berteriak marah kepadanya.

Didalam perjalanan, dapat pria itu cium aroma manis yang mulai semakin tajam. Hanya 1 orang yang memiliki aroma semanis ini didalam packnya, hanya Erza yang memilikinya. Dan tidak membutuhkan waktu lama, pria itu sudah dapat melihat Erza yang sedang memetik bunga bunga kecil yang tumbuh liar di pinggiran gerbang.

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang