Trap
"Baik Luna, akan kami buatkan" ucap mereka dengan wajah semangat dan segera pergi setelah pamit.
Setelah memastikan kalau dua wanita itu pergi, Erza berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sebelum makan.
Beberapa menit berlalu setelah gadis itu keluar dari dalam kamar mandi sambil menatapi ruang pakaian. Bukannya kenapa, tapi tempat itu penuh sesak baju yang seukuran dengannya, belum saat Erza melirik kearah sebuah meja tinggi dengan laci panjang yang penuh dengan acsesoris.
Erza benar benar baru tau, kemarin dirinya memang menolak untuk mandi karena panik ingin keluar dari tempat ini.
Mengernyit, gadis itu mengambil sebuah pakaian yang menurutnya cukup simple untuk dipakai. Dengan setelan celana kain sepanjang lututnya saja. Menurutnya pakaian lain yang tersedia disana terlalu mewah untuknya, lagipula dia tak terlalu menyukai gaun.
"Luna, apa anda perlu bantuan?" tanya dua orang wanita dibelakang Erza yang tidak diketahui kapan datangnya.
Tersenyum kecil, Erza hanya bisa membalasnya dengan gelengan setelah itu masuk kedalam ruang ganti dengan membawa pakaian yang dipilihnya.
Dua omega wanita itu saling menatap sejenak lalu berpencar, mereka mencarikan sepatu juga acsesoris yang sekiranya cocok dengan pakaian yang dipilih oleh Luna mereka. Saat melihat Erza keluar, dengan semangat mereka menarik Erza untuk dirias.
"Apa? Tidak tidak, aku tidak mau" tolak Erza saat tau wajahnya akan dipoles.
"Tidak apa apa Luna, hanya sedikit saja" bujuk salah satu wanita itu, sedangkan yang satu lagi sedang menyisir rambut Erza.
Namun tampaknya 2 wanita itu tidak berniat mendengarkannya, mereka tetap merias gadis itu walau memberontak. Alhasil gadis itu benar benar ter rias, dan Erza hanya bisa menatap pantulan wajahnya yang terlihat bersinar walau tak berminyak.
Mengesampingkan hal tersebut perutnya mulai protes sekarang, dengan wajah pasrah gadis itu menatap dua orang wanita yang menjadikannya wajahnya seperti sekarang.
"Aku lapar" ucap Erza.
"Oh, benar Luna. Makanan anda sudah siap didepan, maaf membuat anda kelaparan"
"Mari kami antar"
Bangkit mengikuti dua wanita itu, Erza jadi ingat akan Amon lagi. Dia ingin Amon yang menyiapkan makanannya, memilihkan baju untuknya, lalu mengajaknya jalan jalan atau berlatih.
.
.
.
Mendengus untuk kesekian kalinya, Erza benar benar bosan didalam ruangan ini tanpa bisa keluar. Tidak ada satupun hal didalam ruangan ini yang menarik perhatiannya.
Berjalan masuk kedalam kamar tidurnya lalu kembali keluar, atau menatapi pemandangan luar lewat sebuah jendela. Bahkan saat beberapa kali dirinya membunyikan lonceng hanya untuk mengatakan. "Aku ingin keluar" dan tiada satu pun dari mereka yang menanggapinya.
Mereka hanya diam sambil tersenyum sopan kepadanya lalu kembali keluar. Ia juga masih tidak paham kenapa dirinya tak dapat melangkah mendekati pintu, dengan sebuah pita yang tak dapat dia lepas dari kakinya, dan panggilan Luna yang mereka lontarkan.
Erza membutuhkan sebuah penjelasan disini, namun sepertinya tiada satupun dari mereka bersedia memberitahunya. Dengan perasaan kesal gadis itu tiba tiba berteriak. "Argh! Keluarkan aku!" sambil membunyikan lonceng disampingnya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sniper Mate: Demon Blood
WerewolfUpdate setiap hari - RANDOM- ON REVISI! Alex adalah seorang werewolf, dan Alpha adalah nama panggilan dari gelarnya. Memiliki kehidupan yang dipenuhi oleh kesempurnaan membuat Alex memiliki sifat arogan, sadis, kejam, dan terobsesi dengan kata sempu...