BAB XLIX: New Life

4.3K 391 25
                                    


New Life 


Pagi mulai datang menyambut, membangunkan setiap makhluk yang sedang terlelap dalam tidurnya. Sinarnya yang hangat mulai merambat menerangi hutan yang semula gelap gulita, bahkan merambat masuk kedalam sebuah ruangan dimana seorang gadis masih tertidur pulas diatas ranjangnya.

Mulai mengerjapkan matanya, gadis itu menatap linglung sekitar. Sambil menarik nafasnya gadis itu mendudukkan dirinya dirinya lalu menatap pakaiannya yang telah berganti. Ia memakai sebuah dress putih panjang penuh renda dan bukan lagi seragam sekolahnya.

Ingatannya tentang kejadian dimalam hari itu terulang dalam benaknya, dimana dirinya terjebak dalam perangkap yang Alex buat dan berakhir ditempat ini. Menutup mata sambil menarik nafasnya sejenak, Erza menyikap selimut yang menutupi separuh tubuhnya. Hingga gadis itu mengernyit heran kepada seutas pita yang terikat pada salah satu kakinya.

"Pita apa ini?" bingungnya namun tak dihiraukannya.

Erza turun dari atas ranjang itu lalu menoleh kesana kemari untuk memperhatikan sekitar, ruangan ini begitu luas jikalau hanya untuk tidur saja. Ia bahkan menemukan sofa, beberapa kursi santai dan rak buku. Menelan ludahnya Erza pikir kalau ruangan ini memang bukan hanya diperuntukkan untuk tidur.

Ia berjalan menuju pintu diseberang sana setelah berkeliling, karena setelah gadis itu periksa. Setiap jendela disana terpasang sebuah teralis besi, yang pastinya tidak ada jalan lain untuknya keluar selain melewati pintu.

Erza terhenti, dengan wajah bingung gadis itu menoleh kebawah. Kakinya berhenti ditempat dan tak dapat digerakkannya, bahkan diangkatnya saja tidak dapat dilakukannya. Gadis itu mencoba untuk kembali mundur dan kakinya dapat melangkah seperti yang sebelumnya.

Namun saat kembali maju mendekati pintu, sebelah kakinya seolah terpaku disana dan tak dapat digerakkannya. Gadis itu tercengang kebingungan dengan kakinya yang tak dapat bergerak, padahal dirinya bisa menghampiri rak buku yang berada dipojok ruangan tapi kenapa dia tak dapat menghampiri pintu yang ada dihadapannya.

"Ada apa dengan kakiku ini" bingung gadis itu sambil menarik narik kakinya sendiri namun tidak ada yang terjadi.

Lalu mencoba untuk menggayuh gagang pintu yang ada dihadapannya. Hampir, hanya hampir dan gadis itu tidak dapat menggayuhnya.

Mendengus kesal Erza berjalan kembali kedalam, masuk kedalam tempat pertamanya terbangun dan menghampiri jendela terbuka itu.

Gadis itu menempelkan jidatnya pada teralis besi jendela, berniat untuk mengetahui dilantai berapa dirinya berada. Namun hal itupun tak dapat dilakukannya karena teralis teralis itu menghalanginya. Dan karena kesal Erza memukul mukul teralis itu kasar tanpa memperdulikan tangannya yang terluka akibat ulahnya sendiri.

Ia melirik kearah sebuah kursi kayu yang berada tepat disampingnya, diangkatnya kursi itu lalu dipukulkannya pada teralis teralis itu. Berusaha setidaknya dapat merusak besi besi itu.

Namun malah kursi yang dibawanya yang rusak dan besi itu baik baik saja. Melemparnya kesembarang arah. Erza lagi lagi mencoba menenangkan dirinya agar dapat berpikir jernih, dia tidak suka jika apa yang dilakukannya akan gagal begitu saja.

Tidak tau harus melakukan apa, Erza menghempaskan dirinya diranjang sambil mengusak rambutnya frustasi. Jalan mana yang dapat membuatnya keluar dari tempat ini.

Cklak?

Walau Erza mendengar suara pintu ruangannya terbuka, gadis itu tidak berniat sedikitmu merilik untuk melihat siapa yang datang. Hanya satu nama yang terlintas dikepalanya saat pintu itu terbuka, yaitu Alex. Sambil memandangi langit langit kamar yang berlukis awan dengan corak emas yang mewah, gadis itu menunggu orang yang telah membuatnya kesal hingga mendatanginya.

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang