BAB XXIV: Going to mall

8.3K 689 30
                                    

Going to mall


Aaauuuu

Reon melolong menjawab perkataan Erza, dia menggoyangkan ekornya senang sambil mengusapkan kepalanya pada sisi kepala gadis itu. Tapi jujur, selain rasa senang ini. Ia juga sedikit tergelitik dengan nama panggilan yang dibuat Erza untuknya.

'Flufy? Nama macam apa itu' batinnya.

"Ah, aku akan memanggilmu Flufy. Itu sangat cocok untukmu" ucap Erza membuat Reon seketika tidak mengerti namun tetap menerimanya. Nama itu terdengar terlalu imut untuk roggue sepertinya.

"Kau sangat imut" lanjut gadis itu sambil memegang moncong Reon dan mengusapnya perlahan.

"Bulumu sangat lebat" lanjutnya lagi sambil mengusap area leher. Membuat Reon sampai terkantuk kantuk merasakannya.

"Dan kau sangat besar" ucap gadis itu senang sambil memeluknya sekali lagi.

'Apa aku sungguh seperti itu?' pikir Reon kebingungan.

Reon menguap lebar, Erza yang melihat itu menahan tawanya. Menghampiri Erza disore hari memang bukan waktu yang tepat, sore hari adalah waktunya tidur. Apalagi ditambah usapan ringan yang gadis itu berikan di sekitar lehernya, membuatnya semakin mengantuk.

"Nona"

Erza melirik kesamping dan mendapati Amon yang membungkuk sopan. "Langit mulai menghitam nona, anda harus segera mandi. Ada jadwal latihan sistema beberapa menit lagi" ucap Amon tanpa ekpresi dan jelas tanpa basa basi.

Raut senang itu seketika menghilang terganti oleh rengutan yang Erza buat. "Aku baru saja bertemu dengan Flufy, Amon" protes Erza mengeratkan pelukannya, tidak rela melepaskan serigala yang sedang dipeluknya sekarang.

Amon menatap Reon dan begitu juga sebaliknya. "Serigala ini sudah mengantuk nona, anda harus membiarkannya pulang"

Mendengarnya, gadis itu mundur beberapa langkah lalu mendongak. Reon menguap lagi dan matanya terlihat meredup.

Ia menatap Amon sekilas, merasa tidak terima jika serigala besar ini benar benar mengantuk seperti yang Amon bilang.

"Baiklah, kau boleh pulang Flufy. Tidur yang nyenyak ya" pamit Erza sambil mengusap pelan moncong itu lalu mencium sisi lainnya.

Tanpa menoleh kebelakang, Erza berjalan kembali menuju rumahnya. Sedikit kecewa karena dirinya baru saja bertemu tapi, waktunya sama sekali tidak tepat.

Setelah Amon memastikan nonanya telah masuk kedalam rumah, ia menatap serigala itu lamat lamat. "Aku mengijinkanmu, kau boleh mendekatinya. Tapi pegang janjimu! Dan tetap lihat batasanmu" ucap Amon lalu menghilang seperti biasa.

Reon menghela nafas panjang, usahanya berhasil. Sekarang dirinya tau kenapa demon guard itu melarang keras dirinya untuk mendekati Erza, mungkin tidak hanya dirinya. Tapi semua, semua makhluk immortal sepertinya.

Gadis itu seorang Demon Blood yang dalam masa pemulihan. Seseorang yang lahir sebagai manusia, dan terikat penjanjian kehidupan dengan seorang iblis. Erza bukanlah sepenuhnya manusia, gadis itu seorang iblis. Dan saat masa perjanjian itu berakhir, ia akan sepenuhnya menjadi iblis dan memakan tumbal terakhirnya, yaitu ayahnya sendiri.

Amon bahkan menceritakan kondisi Erza sebelum terikat perjanjian dengannya. Erza lahir dengan kondisi yang tidak memungkinkan, gadis itu mengalami kelumpuhan otak dan gagal jantung. Dan gadis itu hidup bergantung kepada alat medis yang tidak bisa selamanya ia dapatkan karena ekonomi keluarga.

Bahkan ibu Erza sendiri yang memanggil iblis iblis itu secara langsung, memintanya menolong putri satu satunya. Meski setelah perjanjian itu dibuat, wanita itu sendirilah yang akan menjadi tumbal pertama ia tetap menyetujuinya.

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang