─ ✰್
Nana mengerucutkan bibirnya, wajahnya tertekuk kesal sedari tadi, serta decakan dan umpanan kecil tak hentinya keluar dari bibir mungilnya. Kakinya sudah ter-ayun dengan malas.
Sudah dari pagi ia berada di rumah-- entah milik siapa-- bersama Jeno yang dari awal berkutat dengan kertas yang tidak Nana mengerti, serta beberapa teman Jeno yang ikut bergabung sesekali mendiskusikan sesuatu.
Nana sangat kesal, Jeno datang di pagi hari ke rumahnya, menyuruhnya untuk bersiap karena berkata akan mengajaknya jalan-jalan mengitari kota Bandung. Dengan semangat Nana mandi dan berdandan karena sudah membayangkan akan berfoto diberbagai tempat bagus, untuk feeds instagramnya.
Namun, sepertinya pria seperti Jeno tidak bisa benar-benar dipercaya sepenuhnya.
"Jevan, ayo pulang, gue udah bosen." Rengek Nana pada Jeno di sampingnya.
"Bentar."
"Jevan." Nana masih saja merengek memanggil nama Jeno berulang kali.
"Sebentar Nana!"
Bentakan dengan suara berat dan tegas itu membuat Nana berdecak tak suka.
"Lo ngucapin itu udah dari lima jam lalu, kalau lo mau tau." Ucap Nana dengan suara pelan namun ada nada kesal di sana.
Jeno menghela napas berat, segera membereskan kertas kertas yang sangat penting untuknya, serta mematikan tablet berisi data data keuangan. Mendengar kalimat Nana tadi, ia sepertinya memang terlalu larut hingga melupakan sosok mungil yang ia paksa untuk ikut.
"Loh mau kemana Jen? Ini belum selesai loh." Caca menahan lengan Jeno saat pria itu akan beranjak.
"Laporan keuangannya lo kirim ke gua malem ini aja Mark." Jeno tak mengindahkan ucapan Caca, memilih melepas genggaman wanita itu.
"Ck, gak tanggung jawab. Lo harusnya nyelesaiin ini, gak bisa ditunda, gimana pun lo bosnya."
Nana sedikit mengernyit dengan pernyataan Caca, namun juga sedikit kesal dengan Caca yang terus menahan Jeno.
"Besok masih hari minggu Ca, biasanya juga kita nyelesaiin ini bisa sampe besok. Lo kenapasih?!" Dari perkataannya sedikit nada tak suka dari Jeno.
Rencana Jeno yang ingin mengajak Nana keliling Bandung harus terus tertunda karena Caca selalu ada saja alasan untuk menggagalkannya.
Kalau seperti ini terus, rencananya akan semakin lama berjalan. Sudah melewati waktu dua minggu ia bisa dekat dengan Nana, tapi rencananya masih saja tak berjalan dengan semestinya.
"Lanjutin aja Jev kerjaan lo. Lain kali kalau gak bisa nepatin janji, gak usah bikin janji terus." Nana berdecak kesal dengan bibir mengerucut. Bisa ia lihat di ujung bangku, Caca tersenyum puas.
"Gue pulang duluan."
Nana beranjak untuk meninggalkan kediaman entah milik siapa. Mulutnya masih saja mengeluarkan umpatan serta tangannya tak henti menggulir ponsel.
"Na!"
"Nana! Tunggu gue!" Jeno menatap nyalang Caca yang kini menatapnya tanpa bersalah. "Anjing." Umpat Jeno sambil beranjak menyusul Nana.
"Jeno!" Caca meneriaki Jeno dengan kesal, wajahnya sudah merah padam. "Dia kenapasih jadi sedikit waktu buat gue, buat kita setelah deket sama jalang itu." Teriak Caca dengan kesal.
Kini Jeno sudah berhasil menahan lengan Nana sebelum wanita itu memesan taxi online.
"Ayo." Ajak Jeno dengan lembut, namun tak ada gerakan dari Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luce Luminosa ✔
Fanfiction●Nomin Rasa cemburu selalu hadir bersama rasa cinta. Tapi, ia belum tentu pergi dengan rasa cinta itu. Karena, cinta tidak melulu tentang perasaan yang berbalas atau sebuah kebersamaan. ● ⚠Genderswitch (Gs)⚠ - Lil bit Mature🔞 - Bahasa campur aduk ...