─ ✰್
Teriakan kesal dan makian menggema di lorong kamar rawat VIP itu. Dua wanita yang berada di luar kamar terus mengetuk pintu kamar rawat yang dikunci sejak dua jam lalu.
Sedangkan di dalam kamar rawat itu, Nana masih terbaring lemah dengan alat bantu napas serta dikelilingi lima orang.
"Buka pintunya brengsek! Nana!" Mayang mengetuk pintu dengan tempo cepat. Air matanya sudah tak bisa dibendung sejak tadi.
"May, tenang. Semua baik-baik aja."
"Dimana bisa baik-baik aja?! Nana di dalam masih kritis! Mereka--"
Caca menghela napas lelah. Membawa Mayang untuk duduk kembali di bangku depan kamar rawat. Temannya itu tak bisa lagi melanjutkan perkataannya dan berakhir menangis lagi, kakinya pun sudah tak bisa menopang tubuh lelahnya.
"Minum dulu, May."
"Thanks."
Caca menatap Mayang dengan nanar. Mereka sudah mengerahkan semua tenaga dan waktu sejak Nana melahirkan, menjaga Nana berganti sampai nanti wanita itu sadar.
Tapi, yang mereka dapat saat meninggalkan Nana empat jam lalu adalah kekecewaan.
"May, gimana sama tawaran gue?" Caca memecah keheningan setelah yakin Mayang mulai tenang. "Ini kesempatan baik buat kita."
"Tapi, gimana sama Nana dan anaknya?" Tanya Mayang dengan serak.
"Sekarang semua udah mudah May. Lo gak perlu mikirin itu, semua udah gue atur." Caca meremat kedua pundak Mayang saat temannya hanya diam menatap dirinya dengan perasaan berkecamuk.
"Untuk Nana dan untuk kita juga, May. Apa lagi yang lo raguin? Lebih cepat lebih baik, ini gak makan banyak waktu, gue janji."
"Oke... Gue terima tawaran lo. Thanks Ca."
"Nope, gue ngelakuin ini buat lo." Jawab Caca dengan lirih. "Gue pengen ngembaliin semua yang terlewat. Gue juga pengen liat lo senyum lagi May, gue kangen kita yang dulu."
"Maafin gue."
"Gue yang harusnya minta maaf. " Caca terkekeh miris dengan air mata menggenang saat kemudian Mayang memeluknya.
"Sehabis ini gue mau kita bertiga lagi ya May, sama Rere."
"Iya Ca."
"Gue janji gak egois lagi, gue gak mau kehilangan kalian lagi hiks..."
"Ca, udah, gue udah maafin lo." Mayang menepuk punggung Caca yang menangis dengan sesegukan.
"Jangan nangis lagi, nanti gue mau nangis juga." Kekeh Mayang saat Caca mengangguk dan menghapus air matanya kasar.
"Teh Caca."
Keduanya menengok serempak saat seorang bocah berdiri dengan tak enak karena harus mengganggu waktu dua sahabat itu.
"Maaf ya, Alan ganggu. Cuma mau kasih tau kalau teh Nana udah bisa dijenguk lagi, barusan habis diganti infus juga sama dokter."
"Oke, nanti teteh ke dalam."
"Satu lagi teh."
"Iya?"
"Mama minta tolong buat kasih susu dedek bayi. Tapi kata mama susunya habis."
Caca yang pahan akan susu habis segera menoleh pada Mayang. Yang diberi tatapan pun mengerti, lalu beranjak masuk ke dalam kamar rawat dengan wajah kesal.
"Makasih ya Alan udah nyampein pesannya."
"Heheh sama-sama teh."
💮💮💮
"Hei anak ayah, selamat pagi."Jeno, ayah muda yang tak pernah absen untuk sekedar menyapa dan mengajak bicara sang anak yang masih berada di dalam inkubator.
Disetiap penyesalannya selalu tersemat doa pengampun pada Tuhan. Dalam penyesalan selalu ada hikmah untuk berjalan di jalan yang lebih baik. Seperti perubahan sifat Jeno, yang kini lebih giat untuk kuliah dan lulus dengan cepat. Yang dipikirnya sekarang, ia perlu lulus dan bekerja diusia muda untuk mencukupi hidup anaknya nanti. Hanya mengandalkan cafenya tidak akan bisa.
"Hari ini bunda kamu belum juga mau bangun. Kamu cepat bangun ya nak, biar kamu bisa bangunin bunda." Jeno mengusap kaca bening inkubator dengan sendu.
"Ayah selalu berdoa untuk kalian. Cepat sehat ya."
"Ayah janji gak jahatin kalian lagi, ayah akan jagain kalian."
Tok
Tok
Tok
"Permisi pak Jeno. Susu untuk adik bayinya."
Seorang perawat datang dengan Mayang membuntuti di belakang. Jeno segera bangkit untuk memberi akses pada perawat.
"Makasih ya, May. Semalam gue baru dikasih tau kalau stok susu anak gue habis. Jadi sorry ngedadak nyuruh lo."
"Hm."
Setelah beberapa menit menunggu perawat memberikan susu pada anak Jeno yang sampai saat ini belum diberi nama, kini kedua teman itu saling berhadapan dengan tatapan yang berbeda.
"Ini, gue tadi pompa banyak asinya Nana. Karena emang dari dua hari belum dipompa, jadi asinya keluar banyak." Mayang memberi Jeno dua botol susu dengan ukuran besar.
"Bisa untuk stok seminggu." Lanjut Mayang.
"Kayaknya nggak cukup sampai seminggu, May. Kata dokter adek bayi udah mulai berkembang, kemungkinan sekarang dikasih asinya tiga kali sehari." Jelas Jeno setelah botol itu berada di tangannya.
Mayang mengangguk. "Oke, mungkin gue baru bisa pompa asi Nana dua hari lagi."
"Nanti nanti juga gapapa, May."
"Nggak bisa." Jawab Mayang dengan cepat dan sinis.
"Gimana?"
"Kalau dipompanya nanti nanti gak bisa. Air asinya Nana nanti numpuk, kasian Nananya pasti sakit!"
"Oke, sorry gue gak tau."
"Apasih yang lo tau? Yang ada di otak lo cuma ngew e."
Jeno tak membalas perkataan Mayang. Setelah Nana melahirkan, ia banyak mendapatkan kata-kata kasar yang terkadang menyakiti namun memang kenyataan. Jadi, ia hanya diam dan tak ingin membalas.
"Ck, puas puasin deh lo liat Nananya. Kali aja pas Nana bangun, dia gak mau liat lo lagi..." Mayamg menepuk bahu Jeno dengan tempo pelan namun kencang.
"Ya syukur syukur Nana bangun, nggak mati."
"Maksud lo apa?!" Jeno menarik kerah baju Mayang dengan tatapan nyalang.
"Ups keceplosan deh." Mayang terkekeh sebentar lalu merubah ekspresinya menjadi datar kembali.
"Mikir sendiri. Lo punya otak kan? Jangan dipake buat mikirin gimana cara ngew e doang."
Mayang melepas cengkeraman Jeno dengan kasar, setelahnya meninggalkan ruangan. Pintu dibanting tak perduli akan rusak atau tidak.
Sedangkan Jeno, menghela napas lelah, mencoba untuk mengontrol emosinya. Perkataan Mayang seharusnya tak perlu dibawa hati, karena sejak Nana dinyatakan kritis, Mayang selaku melemparkan kata kasar dan mencoba untuk menyingkirkannya.
Namun, Jeno sekarang tak perlu khawatir akan takut kehilangan Nana. Nana sudah menjadi miliknya. Sejak pertama pun, Nana memang sudah menjadi miliknya.
─ ✰್
Note, dibaca ya🙇♀
Halow semua, karena book ini sudah mau dipenghujung ending. Gimana perasaan kalian?
Aku mau buat work baru setelah work ini selesai. Tapi belum ada inspirasi🤦♀
Jadi... Kalian lagi pengen/minat baca cerita kayak gimana? Jawab ya, biar membantuku😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Luce Luminosa ✔
Fanfiction●Nomin Rasa cemburu selalu hadir bersama rasa cinta. Tapi, ia belum tentu pergi dengan rasa cinta itu. Karena, cinta tidak melulu tentang perasaan yang berbalas atau sebuah kebersamaan. ● ⚠Genderswitch (Gs)⚠ - Lil bit Mature🔞 - Bahasa campur aduk ...