quattordici ①④

3.5K 431 74
                                    

NinuNinu harap berhati hati saat membaca

─ ✰್

Hanya duduk berdua dengan keadaan mereka yang tidak bisa dibilang baik, membuat suasana semakin canggung. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring bergesekan hingga selesainya acara makan malam.

"Nek." Panggil Nana menghentikan sang nenek yang akan beranjak.

"I-itu... Nana besok boleh main? Cuma besok aja kok nek." Tanya Nana penuh harapan.

Nana menatap sang nenek dari ujung ekor matanya. Bisa ia lihat, neneknya bersandar pada bangku makan dan membuang napas pelan.

"Kalau nggak boleh juga gapapa nek. Nana cuma--"

"Kebiasaan kamu ya, belum nenek jawab udah ngomong lagi. Nggak sopan."

"Maaf nek."

Helaan napas kasar terdengar jelas di telinga Nana. Langkah kaki mendekat membuat Nana mendongakkan wajah.

"Kamu bisa main besok, kapan aja sebenarnya kamu boleh main. Tapi, kamu cuma boleh main sampai wisuda sekolah, setelah itu kamu nggak bisa main bebas. Kamu harus siapin berkas untuk berangkat ke Chicago."

Nana memekik tertahan, senangnya bukan main. Ia berdiri untuk memeluk sang nenek tanpa sadar. Mengucapkan terimakasih berkali kali.

Nenek yang mendapat perlakuan mendadak itu dibuat tersentak kecil. Namun, senyum tipis mengembang, tangannya terangkat untuk mengelus lembut rambut hingga punggung sang cucu.

"Berarti kalau Nana nginep, boleh?" Tanya Nana merenggangkan pelukan mereka, mendongak untuk menatap neneknya dengan senyum bahagia.

"Felly dan Ryu?" Tanya sang nenek memastikan.

"Iyaa. Boleh?"

"Boleh."

Nana memekik dengan kencang, kembali memeluk neneknya dengan erat.

"Tapi ingat, jaga diri Nana untuk nenek. Jangan bikin nenek kecewa. Dan tolong, jangan terlalu percaya sama teman-teman kamu sepenuhnya."

Nana hanya mengangguk semangat, tidak mendengar jelas perkataan sang nenek. Yang ia ingat, ia boleh bermain dengan bebas, membuatnya terlonjak senang.


💮💮💮


Sore itu Nana berdiri menunggu Jeno. Dengan balutan celana pendek dan sweater berwarna lilac, Nana terlihat sangat manis. Ditambah pita yang menghiasi rambut hitam halusnya.

"Jevan!" Pekik Nana dengan sangat senang saat mobil Jeno berhenti tak jauh dari rumah sang nenek.

"Langsung masuk Na."

Nana yang mendapat perintah, langsung masuk ke dalam pintu penumpang. Membalas pelukan Jeno saat Nana sudah benar-benar duduk dengan nyaman.

"So, shall we have some fun now!"

"Ya!!" Jawab Nana dengan semangat.

Nana berbohong pada sang nenek. Sebenarnya ia akan bermain dengan Jeno, menginap di rumah Jeno karena sudah sangat merindukan kehangatan keluarga Jeno. Kalau ia berkata jujur dengan sang nenek, pasti tidak akan boleh. Yang lebih parah, mungkin ia akan dimaki habis-habisan.

Jadi, sekarang berbohong lebih baik.

"Main sama teman-teman gue dulu, oke? Kita nginep di rumah yang biasa gue sama teman-teman tempatin buat main. Kebetulan hari ini kita mau ngerayain selesainya ujian."

Nana mengernyitkan alis, duduk miring untuk menatap Jeno sepenuhnya. "Tapi kan gue udah janji sama tante Doy mau nginep. Lagian, gue juga gak begitu nyaman sama teman-teman lo."

Luce Luminosa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang