─ ✰್
Memaafkan seseorang atas apa yang mereka lakukan atau katakan kepada kita memang tidak mudah, karena membutuhkan hati yang seluas samudra serta ketulusan hati untuk melakukannya.
Namun, jika kita dengan ikhlas dan lapang dada memaafkan orang lain dengan apa yang telah mereka lakukan di masa lalu, hal tersebut membuat hati kita lebih tenang dan penuh kedamaian.
Seperti Nana dan Jeno yang kini sudah berdamai dengan masa lalu. Belajar dari kesalahan dan memperbaiki semua kesalahan agar tidak terulang. Belajar menjadi orangtua yang baik untuk sang anak.
Awalnya tidak lah mudah untuk mereka mulai kembali berjuang dari nol. Keungan yang harus mereka perbaiki, ego remaja yang sering kali meluap, serta nafsu remaja yang terkadang susah untuk mereka kontrol. Sering kali mereka berbeda pendapat dan membuat keributan kecil yang harus dilihat sang anak.
Memang tidak mudah berumah tangga di awal kepala dua. Tapi dengan mereka saling percaya dan memahami, semua masalah akan lebih mudah dilewati bersama.
"Sayang? Kamu beneran gapapa?" Jeno mengetuk pintu kamar mandi dapur, di mana sang istri sedang memuntahkan isi perutnya.
"Sayang?"
Ceklek
Nana keluar dengan wajah pucatnya, dengan cekatan Jeno membantu sang istri untuk duduk di bangku makan.
"Ayah, telornya gosong!"
Teriakan Jiandra membuat Jeno kembali panik saat mengingat sang istri tengah memasak.
"Matiin aja Jev, itu pancinya siram air biar nggak panas." Suruh Nana dengan suara lemah, ia berdecak kesal melihat Jeno yang berlebihan melihat panci yang berisi air kini sudah gosong.
"Makan paginya pesan aja ya, sayang? Jian mau mam apa?"
"Bunda, bunda kenapa ngga mau berobat sih? Nanti bunda tambah sakit kalau ngga berobat." Jiandra kini menatap sang ibu dengan kerutan di dahi dan bibir mengerucut, mengabaikan pertanyaan ibunya.
"Iya, bundamu ini bandel." Jeno beringsut memeluk sang istri setelah selesai dengan urusan dapur. "Ayo kita ke obgyn, sekalian nanti cari makan paginya. Ke rumah omanya ditunda dulu gapapan kan jagoan?"
"Eum gapapa, yang penting bunda sembuh dulu."
Jiandra memang paling mengerti kedua orangtuanya.
"Kok ke obgyn sih? Ini aku cuma masuk angin?" Protes Nana.
"Ya kamu muntah-muntah terus, yang. Dari kemarin juga permintaannya aneh-aneh."
"Apa sih, bulan kemarin aku masih dateng bulan tau!" Sangkal Nana dengan tubuh mulai menjauh dari Jeno, kesal dengan sang suami.
"Cuma flek doang kamu bilang."
Nana mengigit bibir bawahnya risau, datang bulannya memang tidak lancar, kadang cuma flek biasa setelah itu tidak lagi. Kalau memang benar ia hamil lagi...
"Ayo yang. Hasilnya bisa kita bicarain nanti ya? Sekarang periksa dulu, muka kamu udah pucet banget."
Jeno tidak membiarkan Nana kembali membantah, ia dengan cepat mengambil kunci mobil dan tas milik Nana serta dompet miliknya.
Sedikit berharap kalau istrinya memang mengandung. Jiandra pun sama, berharap ia akan diberikan adik lucu.
💮💮💮
Suasana mobil sangat hening, suara radio pun tidak terdengar karena memang dimatikan oleh wanita satu-satunya di sana. Setelah tadi Nana diperiksa dan pernyataan sang dokter membuat kedua orangtua muda itu sangat terkejut, sesampainya mereka di restoran pun masih hening, membuat sang anak tak berani bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luce Luminosa ✔
Fanfiction●Nomin Rasa cemburu selalu hadir bersama rasa cinta. Tapi, ia belum tentu pergi dengan rasa cinta itu. Karena, cinta tidak melulu tentang perasaan yang berbalas atau sebuah kebersamaan. ● ⚠Genderswitch (Gs)⚠ - Lil bit Mature🔞 - Bahasa campur aduk ...