ventotto ②⑧

3K 416 8
                                    

─ ✰್

'Kedekatan pengusaha Johnny Suh dengan designer pendatang baru Chitta Lee menuai antusia masyarakat.

Hmm, mereka memang terlihat sangat serasi ya. Apalagi wajah imut Chitta Lee ini menjadi salah satu daya tarik dan jangan lupakan otaknya yang sangat pintar--'

Lagi, wanita dengan dress putih duduk mengepalkan kedua tangannya setelah tv dimatikan. Kedua matanya memandang lurus ke arah layar tv yang sudah mati dengan pandangan bergetar.

Suara langkah kaki terdengar mendekatinya, membuatnya kembali mengontrol deru napasnya.

"Jangan lakukan apapun lagi."

"Maaf nona?"

"Jangan lakukan apapun lagi pada mereka. Kita berhenti sampai sini."

"Baik."

Setelah langkah kaki itu terdengar menjauh, kini kembali terdengar langkah kaki, namun langkahnya terdengar kecil dan riang.

"Buna!" Teriaknya dengan ceria.

"Hai, sayang."

Nana, wanita itu menyambut hangat pelukan sang anak. Matanya terpejam sambil mengucapkan kata sayang pada sang anak.

"Beltemu yayah jadi?" (Bertemu ayah jadi?)

Nana melepas pelukan merek, membawa sang anak ke pangkuannya. Dengan senyum tipis dan mata berbinar, Nana mengusap wajah sang anak. Waktu untuk ia bermain main sudah harus diakhiri. Benar apa yang dikatakan Caca, mereka sudah sengsara, sudah cukup Nana membalaskan dendamnya. Bagaimana pun, Nana sangat tidak bisa harus menghancurkan mereka dengan sangat.

Sesuai dengan janji yang Nana buat pada dirinya sendiri. Setelah Jiandra berumur dua tahun, Nana akan menemui semua kesayangannya. Karena, selama ini Nana hanya ingin membuat mereka sadar atas apa yang telah mereka lakulan itu merugikan dirinya dan oranglain.

"Jadi dong. Tapi sebelum bertemu ayah, kita bertemu oma dulu ya?"

"Oma?" Tanya Jian dengan antusias.

"Iya, Jian suka?" Tanya Nana dengan kekehan gemas.

"Cukaa!"

Nana menciumi pipi gembil Jian, tak tahan dengan tingkah imut sang anak.

"Pamit dulu sama aunty Caca dan aunty Mayang. Jangan lupa bilang terima kasih karena sudah merawat Jian." Ucap Nana dengan pelan. Setelah sang anak mengangguk semangat ia bangkit, berniat untuk menghampiri kedua orang yang sudah menolongnya sampai sekarang.

"Oh, itu aunty." Ucap Nana saat kedua temannya datang, ia segera menurunkan Jian saat Caca dan Mayang sudah di hadapannya.

"Anti Caca, anti May. Telima kacih cudah lawat Ian dan cudah cayaaang cama Ian." Jian memeluk kaki Caca dan Mayang berganti, membuat kedua orang dewasa itu menghela napas berat. Menyambut keponakan mereka dengan haru, tak rela harus berpisah secepat ini.

"Sorry kalau kata-kata gue kemarin nyakitin lo, Na. Jangan pergi secepat ini."

Nana menggeleng mendapat pernyataan dari Caca, ia mendekat untuk memeluk Caca dan Mayang.

"Iya, ini terlalu cepat buat kalian pergi."

"Nggak kok, kan emang udah waktunya gue pergi dan perbaikin semua masalah. Benar kata lo Ca, gue ngga bisa terus menghindar dari masalah." Nana melepas pelukannya dan mengusap air matanya dengan kekehan saat kedua temannya juga menangis. "Lagi pula, gue harus nemenin Mami. Kasian mami harus hidup sendiri."

Luce Luminosa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang