─ ✰್
Hembusan angin menerpa wajah dan rambut Nana, membuat dirinya terlihat begitu indah. Pejaman mata perlahan terbuka bersama ketukan keras di pintu kamarnya. Helaan napas kasar ia hembuskan sebelum membuka pintu kamarnya dengan decakan.
"Gak sopan kamu ya, dari tadi nenek ketuk pintu bukannya langsung dibuka."
"Maaf nek." Nana berucap dengan malas.
"Kamu udah ditunggu dari tadi buat sarapan. Jangan jadi kurang ajar buat semua orang nunggu kamu."
Nana mengepalkan kedua tangan, mata indah bak permata ia pejamkan sesaat sebelum menyusul sang nenek turun ke ruang makan.
Ruang makan tidak bisa dibilang hening dan tidak bisa dibilang berisik. Empat orang dewasa duduk dengan tenang bersama obrolan ringan, kemudian hening saat Nana duduk dan mulai mengambil nasi serta lauk.
"Dimana tatakrama kamu Nana! Nenek dan kakek belum menyentuh piring dan kamu dengan tidak sopan mengambil nasi."
Nana menghentikan suapan keduanya, meletakkan sendok dengan pelan setelah itu melipat kedua tangan di meja.
"Maaf."
"Sudah gapapa. Ayo kamu makan lagi yang banyak."
Nana tersenyum tipis saat sang kakek berbicara begitu lembut dengan tatapan teduhnya.
Meja makan kembali hening, hanya terdengar aduan sendok dan piring. Sesekali Nana melirik kedua orangtuanya dengan ekor mata. Kedua orangtua yang terlihat begitu berwibawa dengan setelan kerja masing masing.
"Nana, Mami sama Papi hari ini pulang ke Jakarta." Sang ibu bersuara saat sarapan telah selesai.
"Hm."
"Bulan depan Mami sama Papi berkunjung lagi kesini. Nana baik-baik ya, nurut apa kata nenek dan kakek."
Suara lembut sang Ibu membuat Nana enggan menatap wajahnya, itu hanya akan membuat pertahanannya hancur.
"Ya."
"Kalau gitu, mau antar Mami ke depan?"
"Pulangnya sekarang?" Tanya Nana dengan wajah lugu yang memias.
"Iya, Papi ada meeting. Cepat kalau kamu mau antar sampai depan."
Nana menatap ayah dan kakek neneknya yang sudah beranjak, menyisakannya bersama sang ibu.
"Ayo Nana antar."
Dalam diam Nana berjalan disamping ibunya. Dan tetap diam saat ayah dan ibunya mencium kedua pipinya dan berlalu bersama mobil hitam mewah.
"Kebiasaan. Memang kamu gak pernah bisa sopan."
Nana tersadar saat ucapan neneknya membentak. Kedua matanya berkedip cepat saat sang kakek mengusak rambutnya sebelum berlalu.
Helaan napas berat Nana hembuskan, langkah kakinya kembali memasuki kamar yang berada di lantai atas. Ia mengambil slingbag yang berisi dompet dan ponsel, tak lupa jaket yang ia sampirkan di lengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luce Luminosa ✔
Fanfiction●Nomin Rasa cemburu selalu hadir bersama rasa cinta. Tapi, ia belum tentu pergi dengan rasa cinta itu. Karena, cinta tidak melulu tentang perasaan yang berbalas atau sebuah kebersamaan. ● ⚠Genderswitch (Gs)⚠ - Lil bit Mature🔞 - Bahasa campur aduk ...