ventuno ②①

4K 501 61
                                    

─ ✰್

Caca duduk di hadapan Mark dengan jengah. Pasalnya, ia sudah duduk di hadapan pria itu dari satu jam yang lalu, ditambah suasana perpustakaan kampus yang sangat sepi membuatnya sangag bosan.

"Mark! Lo tinggal kasih tau gue, dimana alamat rumah Mayang?! Gue udah ke panti asuhan, ibu panti juga gak tau dia dimana."

Mark menutup buku bacaannya, menopang dagu untuk menatap Caca lebih jelas.

"Kenapa tiba-tiba lo minta alamat Mayang? Udah sebulan setelah gue tawarin, lo baru dateng ke gue sekarang?"

Caca berdecak, menyilangkan kedua tangan di dada dan membalas tatapan Mark. "Gue udah mikirin ini selama sebulan dengan kepala dingin. Gue... Mau minta maaf sama Mayang, gue gak bisa diam aja disaat hubungan persahabatan gue diambang kehancuran."

Mark menganggung paham. "Jadi lo serius mau memperbaiki hubungan lo sama Mayang? Gimana sama Nana?"

Caca berdecak, membuang wajah ke kanan enggan menatap Mark. "Gue masih mikirin itu."

"Gue gak mau kasih alamatnya ke lo, kalau lo gak minta maaf juga sama Nana. Jangan larut sama rasa benci cuma karena orang yang lo sayang--"

"Gue gak benci Nana! Gue cuma masih kesel sama dia." Caca mencicit pada ucapan terakhirnya. Ia menatap Mark kembali, kini dengan tatapan lembut.

"Kasih tau alamatnya ke gue, gue janji minta maaf sama Nana juga. Gue juga janji memperbaiki semuanya."

Mark menghela napas panjang, kini kedua tangannya menangkup pipi gembil Caca. "Mungkin ini bikin lo kaget. Tapi gue suka sama lo, Ca."

Mark melihat jelas wajah terkejut Caca, ia tersenyum miris. Mark melepas kedua tangannya dari wajah Caca. "Dari pada lo cinta sama orang yang udah jelas gak cinta lo lagi. Gue bisa kasih seluruh hati bahkan dunia gue buat lo, jadi lo gak perlu cape ngejar cinta yang gak pasti."

Mark terkekeh sumbang, memilih merobek kertas dan menulis alamat tempat Mayang tinggal sekarang, mengabaikan keterdiaman Caca.

"Mayang masih netap di Bandung, gue yang bawa mereka ke tempat aman, jauh dari jangkauan media." Mark mendorong secarik kertas berisi alamat pada Caca. "Gue nemuin mereka di malam setelah berita itu nyebar dan malam dimana lo maki maki Mayang karena mau gagalin rencana lo. Mayang nolongin Nana yang waktu itu mau bunuh diri."

Caca menunduk dalam, mengamati alamat yang ia tak tau. "Ini... Di daerah mana?"

Mark menjelaskan pada Caca detail alamat tempat Mayang dan Nana tinggal. Tanpa sadar telah memberitahu alamat itu pada pria yang juga terus mencari keberadaan Nana. Dengan senyum mengembang hingga membuat matanya menyipit, pria itu bangkit keluar dari perpustakaan kampus.


💮💮💮


Nana memasukkan bekal ke dalam tas kerja Mayang. Hari ini, Mayang mendapat shift malam di pabrik tempatnya bekerja, jadi Nana dengan senang hati membuatkan bekal.

Enam bulan tinggal bersama Mayang, Nana banyak belajar hal kecil hingga besar dari wanita panti asuhan itu. Ia lebih banyak bersyukur akan hal yang ia dapat. Rendah hati dan mengesampingkan egonya. Mayamg benar-benar membawa dampak positif untuk Nana. Dan sekarang, Nana benar benar menyayangi wanita itu.

"Udah Na?" Tanya Mayang saat keluar dari kamar kecil mereka.

"Udah. Ini." Ucap Nana dengan semangat, ia memberikan tas pada Mayang.

"Gue berangkat ya. Lo kalau ada apa apa langsung ke tetangga sebelah aja, jangan lupa minum susunya, jangan tidur malem malem."

"Iya Mayang." Jawab Nana dengan lucu.

Luce Luminosa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang