sei ⑥

3.6K 529 41
                                    

─ ✰್

Kumpulan beberapa anak di sebuah cafe, membuat beberapa pengunjung menatap dengan minat. Apalagi para wanita menatap kumpulan itu dengan wajah berbinar.

Jeno dan kawannya memang sulit untuk dilewatkan.

"Jen, kamu gak akan bawa perasaan sama anak jakarta itu kan?" Suara lembut mengalun dengan manja.

Jeno menoleh, mengeratkan rengkuhannya di pinggang wanita yang bertanya.

"Nggak dong Ca. Kamu tau pasti hati aku cuma buat siapa." Jeno mencubit gemas ujung hidung Caca, membuat keduanya terkekeh.

"Jadi bener Jen?" Tanya Mark menggantung, yang membuat temannya mengernyit tak mengerti.

Jeno mengangkat satu alis, mengangguk dengan smirk. "Hm, dia anaknya."

"Tapi..." Mark menatap Caca dan Jeno bergantian. "Lo gak akan berbuat berlebihan kan sama dia? Inget Jen, yang salah orangtuanya, bukan dia."

Jeno mengangkat bahu acuh, mengeratkan pelukannya pada pinggang Caca. "Mereka semua sama aja."

"Ck, gue harap lo gak dalam masalah." Ucap Mark dengan pelan, hingga tak bisa ada yang mendengar.

"Jadi Jen, nanti aku temenan sama dia dong?" Tanya gadis itu dengan bibir mengerucut.

Jeno mengelus lembut pipi tembam Caca. "Sebentar aja kok, sampai kita lulus. Oke?"

"Eung." Caca mengangguk malas, menenggelamkan wajah di dada bidang Jeno.

Pemandangan seperti itu memang sudah menjadi hal yang biasa. Keduanya terus menebar kesayangan, namun tidak mempunyai hubungan apapun. Teman-teman mereka pun sudah mengerti.


💮💮💮


Nana menatap jengah kedua temannya yang terus saja ribut. Ia beranjak untuk memisahkan, kemudian tidak segan memukul pantat mereka dengan kencang.

"Anjir!"

"Sakit bego!"

"Lo berdua tuh ya!" Nana memijat pangkal hidungnya dengan lelah. "Hari minggu kita pergi dan gue yang bayar semua." Nana menengahi.

"Serius?!"

"Hm."

"Asiikk! Nana kita baik banget."

Nana mendorong kedua temannya yang memeluknya dengan erat, kemudian berlalu dari kelas untuk pulang diikuti Felly dan Ryu.

"Daah! Lo berdua hati-hati di jalan ya. Jangan kebut kebutan." Pinta Nana pada kedua temannya, mereka berpisah.

"Siap! Lo juga hati-hati di jalan beb!"

Nana mengangguk dengan semangat dan senyum lebar untuk kedua temannya. Namun, setelah kedua temannya tak terlihat, senyumnya mulai pudar. Ia berjalan gontai ke arah post satpam tempatnya biasa menunggu.

"Gue berharap jam sekolah ditambah, kalau bisa sampe malam." Lirih Nana.

Dirinya merasa kembali sendiri saat di rumah nanti, kesepian dan seperti terasingkan. Ia tak suka.

"Nana!"

Nana menatap jengah tiga gadis yang menghampirinya. "Apa?!"

"Ck, galak banget." Gadis berkulit tan itu berdecak kesal, namun tak lama tersenyum kembali. "Gue mau ajak lo ke cafe sama yang lain. Itung-itung permintaan maaf gue dan eum... Permintaan gue buat berteman sama lo."

Nana masih menatap ketiganya dengan datar, menggulir mata malas. "Gue gak bisa."

"Yah Nana, please ya."

Luce Luminosa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang