14. Retak

2.1K 260 7
                                    

Ridwan terduduk resah di kursi tunggu. Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam, namun dokter dan para perawat yang sedang memeriksa kondisi anaknya belum juga keluar.

Ridwan sangat panik ketika anaknya yang sedang mengobrol dengannya tiba-tiba diam tidak bergerak. Bahkan dalam ketidak sadaran Fadil, Ridwan hampir tidak bisa melihat pergerakan napas anaknya. Akhirnya dengan bekal seadanya berupa dompet, hp dan kunci mobil Ridwan segera membawa Fadil menuju Rumah Sakit terdekat. 

Seseorang menepuk pundak Ridwan ketika dirinya tengah sibuk melamun. Dokter rupanya sudah keluar. Seorang dokter perempuan dengan senyumnya yang begitu cantik menyapa Ridwan dengan ramah.

"Bagaimana kondisi putra saya, Dok?"

"Sepertinya habis kecelakaan ya? Kemungkinan ada retak di area tulang dada. Semoga saja tidak sampai patah."

Mata Ridwan membulat, setaunya jika tulang rusuk patah maka kebanyakan akan berefek pada organ sekitar karena patahan tulang rusuk itu tajam, sehingga sangat berpotensi melukai organ yang ada di area dada. 

"Jangan khawatir, Pak. Semoga saja hanya retak." Dokter bernametag Hani tersenyum menenangkan.

Ridwan mengangguk saja.

"Satu lagi. Putra anda hipoglikemia?" tanya dokter itu.

"Iya. Sudah lama"

Dokter cantik itu mengangguk paham. "Kemungkinan sesak nafasnya bukan karena patah tulang rusuk, melainkan karena gula darahnya yang sangat rendah tadi. Dilihat secara fisik sepertinya tidak ada patahan, namun untuk memastikannya putra anda akan kami bawa ke ruang CT-Scan."

Ada sedikit rasa lega ketika mendengar penuturan dokter Hani. Perkataan dokter itu cukup tertata dan menenangkan.

"Lakukan apa saja dan pastikan putra saya tidak mengalami hal serius."

"Kami akan berusaha."

Setelahnya Ridwan hanya bisa memandangi brankar tempat anaknya tidak sadarkan diri di dorong keluar menuju ruang pemeriksaan. Harapan Ridwan saat ini hanya satu. Tidak ada masalah serius pada putranya.

**

Hari minggu pagi, Nia dengan pakaian yang sudah rapi tengah berada di teras rumah Edo. Sempat heran ketika melihat mobil yang biasa dipakai Fadil terpakir di depan garasi. Ia pikir sedang ada Fadil. Maka dari itu Nia sedari tadi memilih duduk di teras menunggu hingga seseorang keluar. Padahal satpam rumah Edo sudah menyuruhnya memencet bel.

"Lama banget sih," gumamnya.

Sebenarnya ada rasa sedikit khawatir dibenaknya. Takut yang tiba-tiba keluar nanti malah Fadil, bukan Edo si pemilik rumah.

"Ngapain lo?"

Sebuah suara berhasil mengalihkan atensi Nia dari hobby barunya -membayangkan yang tidak-tidak.

"Edo! Ngagetin aja sih lo."

Edo mengernyit bingung, kenapa jadi dia yang salah sih?

"Lagian ngapain lo pagi-pagi di rumah gue. Nggak pencet bel aja, udah kaya orang hilang lo," sungut Edo.

Laki-laki itu mempersilahkan Nia masuk, namun gadis itu menolak.

"Nggak usah," tolak Nia takut.

"Kenapa sih?" Edo semakin penasaran.

"Fadil di dalem?" tanya Nia memastikan.

Baru Edo mengerti, rupanya Nia salah paham. Karena ada mobil Fadil, gadis itu jadi mengira kalu Fadil ada di rumahnya.

FADILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang