Pemanasan duluuu..
Jangan lupa vote comment. Nggak wajib, tapi thanks yang mau repot-repot
Selamat membaca
Masuknya Fadil dan Edo menjadi panitia acara hari jadi sekolah disambut dengan baik oleh anggota Osis, panitia inti lain dan Pembina, termasuk Kepala Sekolah.
Fadil juga langsung menghubungi Papanya untuk meminta izin. Awalnya ada penolakan dari Pak Ridwan mengingat cidera Fadil yang kemarin belum sembuh total. Namun Fadil kekeuh untuk tetap ikut. Menambah pengalaman katanya. Mau tidak mau Pak Ridwan mengijinkan, tentunya dengan beberapa syarat yang panjangnya minta ampun.
"Oke kan, Dil?" tanya Edo yang sedari tadi menunggu dengan was-was. Kalau Fadil tidak boleh ikut, mampuslah dia menjadi panitia sendirian.
"Oke."
Wajah Edo langsung sumringah.
"Alhamdulillah, direstui juga sama si Om." Seru Edo membuat beberapa pasang mata menoleh kearahnya. Edo dengan semangat merangkul bahu Fadil dengan senyum yang terus mengembang.
Tuh kan mereka beneran maho. Bisik-bisikan mulai terdengar di telinga Fadil.
Fadil memutar bola matanya malas. Sudah terlanjur diasumsikan demikian, Fadil berinisiatif meyakinkan mereka kalau dia benar-benar terlihat maho.
Fadil melepas tangan Edo yang merangkul bahunya, kemudian menggandeng tangan itu dan berjalan dengan wajah bahagia yang dibuat senatural mungkin.
Fadil mode gila.
"Lah tumben lo?" tanya Edo heran.
"Biar lebih meyakinkan mahonya."
"Hah? Gimana?"
"Ah budek lo ya?"
"Tumbenan aja lo mau mahoan gini. Gue sih jijik ya."
"Lo kira gue nggak jiijik."
"Lha terus ini kenapa dah?" Edo mengkat tangannya yang masih digenggam Fadil.
"Kita dikira maho. Jadi sekalian kabulin aja asumsi mereka."
"Oooo gitu. Bilang kek dari tadi."
Edo menanggapi ide Fadil dengan semangat. Dengan gemas mengacak rambut sahabatnya itu agar terlihat romantis.
Padahal dalam hati keduanya rasanya ingin muntah. Jijik banget sumpah.
Nino dan Nia dari kejauhan yang melihat itu menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan tingkah Fadil dan Edo yang mendadak gila.
"Bukan temen gue sih," ujar Nia.
"Bukan temen gue juga."
**
Minggu-minggu sibuk sudah Fadil dan Edo jalani. Beberapa ide yang mereka cetusnya cukup menarik. Pertama, mereka mengadakan acara bagi-bagi sembako dan pakaian gratis kepada orang-orang yang 1 hari sebelumnya mendapakan kupon dari anak-anak panitia yang menyebarkan kupon tidak jauh dari jalan sekolah. Mulai dari tukang becak, ojol, pedagang kaki lima, pengamen, sopir angkot . Mereka yang mendapatkan kupon bisa langsung mengambil haknya dikeesokan harinya.
Kedua, bazaar kewirausahaan. Siswa bisa membuat apapun baik makanan, pakaian, asesoris dan lainnya untuk dipamerkan dan dijual. Acara ini menghadirkan seorang pemilik Rumah Makan yang terkenal, pemilik brand sambal terkenal, designer pakaian, dan juga pemilik brand kaos ternama. Mereka datang untuk mencicipi, melihat dan mencoba. Jika ada yang kurang mereka akan mengatakan pada siswa. Namun jika sudah pas mereka meminta siswa untuk menitipkan produknya di tempat usaha mereka sebagai jembatan untuk membuka bisnis pribadi mereka ke depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FADIL
Teen FictionFadil itu pintar tapi standar menurut Papanya. Mereka sudah seperti anjing dan kucing pokoknya. Tidak ada yang pernah mau mengalah. Tapi Papanya cukup menyenangkan. Mama Fadil itu tegas sekali, kadang Fadil sampai canggung dengan Mamanya sendiri. Me...