Hari ini adalah puncak acara hari jadi Sekolah. Panitia sudah terlihat semenjak matahari belum muncul sepenuhnya.
Edo sedari tadi mondar-madir di tempat parkir sembari menunggu seseorang yang kemungkinan akan muncul dari depan gerbang.
Tadi saat baru datang Olivia sempat menyampaikan sesuatu. Tentang seseorang yang dianggap 'mama tiri' oleh gadis itu.
"Gila kemarin tu sampe didorong-dorong si Fadil sama nyokap tirinya. Mana bentak-bentak lagi."
Edo meringis saja saat itu. Yaa..memang kelakuan Bu Gina seburuk itu kan, sampai-sampai si Oliv mikir kalau itu mama tiri Fadil. Padahal mah mama kandung. Ya mau gimana lagi. Covernya udah macam emak tiri.
"Nah. FADIL!" teriak Edo sembari berlari menghampiri sahabatnya.
"Lo nggak apa-apa kan?" Edo meneliti tubuh Fadil yang masih berdiri tegak. Tidak ada tanda-tanda ada luka sih.
Fadil mengangguk, langsung paham arah pembicaraan Edo.
"Tau dari Oliv atau Kak Banu?" tanyanya.
"Loh Kak Banu juga di TKP kemarin?" Edo cukup terkejut.
"TKP pale lo." ujar Fadil kembali berjalan.
"Lah iya kan. Tempat Kejadian Penganiayaan."
Fadil terkekeh, "Suka bener lo kalo ngomong."
Edo ikut tertawa. "Jadi nyokap lo ngapain kemarin?"
Edo sangat tidak yakin kalau Gina tidak melakukan apapun pada Fadil. Ingat saat terakhir kali Fadil bertemu dengan mamanya dan hampir dilempar vas bunga? Itu yang membuat Edo sangat khawatir ketika Olivia menginformasikan pertemuan Fadil dengan Mamanya.
"Ya kaya yang dibilang Oliv pokoknya."
"Dorong doang? Bentak-bentak?" tanya Edo memastikan.
Fadil berbelok ke koridor utara, diikuti Edo.
"Ya emang lo berharapnya gue diapain? Nggak ada vas bunga. Adanya pot semen di pinggir jalan."
"Yee nggak gitu maksud gue. Secara kan nyokap lo serem abis. Siapa tau lo diculik. Wah bisa ngamuk tuh Pak Ridwan."
Fadil terkekeh. Sudah pasti lah papanya ngamuk. Buang nafas agak keras aja khawatirnya minta ampun. Takut banget anaknya bengek.
Apa lagi diculik? Bisa perang dunia tuh sama si penculik.
Apa lagi kalau sampai diculik mamanya. Bisa dateng-dateng bawa golok tukang ayam hasil minjem di pasar kali.
"Ntar lo pulang bareng gue. Nyokap gue udah anteng di rumah nggak bakal ngrepotin lagi."
"Durhaka lo bilang direpotin nyokap. Elo kali yang ngrepotin mulu."
"Jarang gue tuh ngrepotin gitu..." Elak Edo.
"Woi Dil udah nyampe?!" sapa Banu setengah berteriak dari ujung ruang panitia.
"Belum, ini setan yang dateng," Fadil mode resek.
"Wah Zam Azzam bisa ruqyah nggak lo?"
"Apaan?" tanya Azzam.
"Ruqyah."
"Siapa yang mau di ruqyah?"
"Tuh si Fadil." tunjuk Banu.
Azzam menoleh sebentar.
"Setan mana ada yang mau deket-deket sama dia. Setan baru buka pintu aja dimarahin."
Banu dan yang lain terbahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
FADIL
Teen FictionFadil itu pintar tapi standar menurut Papanya. Mereka sudah seperti anjing dan kucing pokoknya. Tidak ada yang pernah mau mengalah. Tapi Papanya cukup menyenangkan. Mama Fadil itu tegas sekali, kadang Fadil sampai canggung dengan Mamanya sendiri. Me...