22. Dipaksa dan Terpaksa

1.4K 193 46
                                    

Nungguin yaaa?

Nih baca nih


Jangan lupa kasi vote dan komen. OK!


Sebenarnya Edo dan Nia sudah kepo. Tumben sekali ketua osis yang bahkan tidak kenal dekat dengan mereka memanggil Fadil tiba-tiba. Selamat ini mereka hanya sebatas tau nama dan jabatannya. Tidak pernah sekalipun dekat dan mengobrol. Kalau Nino sih dari tadi dia santai, sekarang malah asik main game di Hpnya.

Walaupun terkenal pintar, Fadil dan Edo memutuskan tidak mengikuti satu kegiatan eskulpun atau bahkan organisasi sekarang. Walaupun keduanya dibujuk para guru pun mereka enggan. Alasannya, yaa kalau Fadil sih simpel, takut capek dan akhirnya tumbang. Kalau Edo, nggak dibolehin Mama kalau nggak ada Fadil. Alasan!

Senyum Edo dan Nia merekah saat Fadil kembali memasuki kelas. Namun dibelakang remaja tinggi itu sudah ada Bu Ninung yang mengekori.

"Padahal gue sama Nia udah kepo banget," bisik Edo setelah ketua kelas memberi salam.

"Kepo kenapa?"

"Ada urusan apa lo sama ketos?" tanya Edo.

Fadil berpikir sejenak, kemudian memandang Edo serius. "Lo....mau nggak jadi ketua osis?" tanya Fadil tiba-tiba.

"Dih ogah."

"Kenapa?"

"Ya kan lo tau sendiri gue nggak suka ikut gitu-gituan."

"Lo nanti nggak bakal punya cerita kalau masa SMA lo gini-gini aja, Do."

"Lo sendiri kenapa nggak ikut?"

"Ya kan lo tau sendiri gue nggak suka ikut gitu-gituan."

Edo mendelik. "Kalimat lo kaya nggak asing di telinga gue?"

Fadil mengangkat kedua bahunnya. Pura-pura tidak tau.

"Yee si goblok pake copas omongan gue lagi." Edo refleks memukul kepala Fadil dengan buku paket Fisika yang lumayan tebal.

"Ehm.. Ada masalah apa Edo?" tanya Bu Ninung mengintrupsi.

"Eh, nggak kok Bu."

Bu Ninung menggelengkan kepalanya, "Kamu nggak apa-apa kan Fadil?"

"Aman, Bu." 

Edo merotasi ke dua bola matanya. Namanya juga murid kesayangan, dijaga seperti porselen, diperhatikan seperti anak sendiri oleh beberapa guru. Sungguh beruntung menjadi Fadil..... di sekolah.


**


Kabar pengunduran diri Adinda sebagai Ketua Osis cukup menggemparkan dan beredar cepat. Padahal baru tadi pagi setelah ia menemui Fadil dia menyampaikan perihal pengunduran dirinya pada Waka Kesiswaan sekolah. Namun saat jam istirahat pertama berita itu sudah menyebar cukup luas.

"Jadi maksud lo nawarin gue jadi Ketua Osis tadi gara-gara ini?" tanya Edo begitu mendudukkan dirinya di salah satu kursi kantin setelah selesai membeli makanan.

"Iya."

"Lo tadi juga ditawari, Dil?" kali ini Nia yang bertanya.

"Iya."

Tau sendiri kan Fadil paling tidak suka acara makannya diganggu. Perlu diingat, untuk memiliki niat makan saja bagi Fadil itu sudah sangat berat. Jadi ketika makan, dia paling tidak suka ada yang mengajaknya ngobrol atau apapun yang menyelanya untuk makan. Makanya dari tadi jawabannya iya iya terus.

FADILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang