Suara langkah setengah berlari terdengar dari kejauhan. Edo melihat Pak Ridwan berjalan tergopoh menuju kearahnya. Wajahnya tentu saja panik.
Setelah menerima telvon dari Edo, beliau langsung bergegas setelah melimpahkan pekerjaan kepada orang kepercayaannya.
"Fadil gimana, Do?" tanyanya panik.
"Sedang dalam penanganan, Om."
"Kenapa bisa?"
"Kurang tau detailnya, Om. Tadi Fadil cuma izin ke UKS. Terus jam istirahat Edo samperin udah susah napas. Terus pingsan."
Pak Ridwan mengusak rambutnya kasar. Ruang IGD terbuka, tetapi tirainya ditutup sehingga Ridwan hanya bisa melihat beberapa pasang kaki yang berdiri di dalamnya.
"Ada-ada aja sih Fadil," gerutunya.
Tak lama Pak Tio, yang tadi ikut mendampingi datang. Bersama dengan seorang perempuan.
"Selamat siang, Pak. Saya Tio guru di Kelas Fadil. Dan ini Bu Sinta dokter UKS yang tadi kebetulan sedang berjaga"
Ridwan menjabat tangan keduanya.
"Maaf Pak sebelumnya. Tadi saya sedang diskusi dengan kepala sekolah saat kejadian. Jadi sedikit terlambat melakukan pertolongan pertama."
Ridwan hampir menghelas napas berat mendengarnya. Namun pada akhirnya ia tahan.
"Sudah kejadian, Bu. Kesehatan Fadil memang sedikit bermasalah akhir-akhir ini."
"Sekali lagi saya mohon maaf, Pak."
Ridwan hanya mengangguk. Sebelum dia melihat sendiri keadaan Fadil saat ini dan benar tidak terjadi hal serius pada anaknya masih sulit rasanya memaklumi kelalaian orang lain.
"Keluarga pasien atas nama Fadil."
Ridwan yang sedari tadi menunggu kabar langsung menghampiri seorang perawat perempuan di tengah pintu UGD.
"Mari masuk, Pak. Ada yang perlu disampaikan."
Edo menahan napas. Ada raut serius saat perawat tadi keluar. Mungkinkah terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan pada Fadil?
Di dalam ruang UGD Ridwan berjalan cepat menuju bilik tempat Fadil memperoleh tindakan.
Hatinya mencelos ketika melihat anak semata wayangnya terpejam dengan wajah tanpa rona. Masker oksigen yang terpasang menyamarkan bibir pucat anaknya.
Namun ada hal yang lebih membuatnya kaget lagi ketika ia melihat lebam besar dan lebar di area dada ke bawah. Dan beberapa kabel juga tertempel disana. Ridwan semakin kebingungan.
"Ini kenapa?" Tanya Ridwan tanpa basa-basi.
"Ini alasannya Pak. Anak anda sempat henti napas karena ini."
Ridwan masih menatap lurus memar yang terlihat sangat jelas di kulit putih Fadil. Lebam berwarna ungu kemerahan. Seperti belum lama terkena pukulan atau sejenisnya.
"Tulang dada sepertinya sudah pernah retak. Dan terjadi trauma dada berulang yang menyebabkan tulang dada bergeser. Saat kejadian terjadi syok dan kesulitan bernapas. Kami sudah melakukan beberapa prosedur pemulihan jalur napas. Akan terus kita pantau perkembangannnya.."
"Untuk saat ini dengan bantuan oksigen saturasi sudah mendekati normal."
Ridwan menghembuskan napasnya. Agak sedikit lega begitu mengetahui kondisi Fadil mulai stabil.
"Apa perlu operasi?" tanya Ridwan.
"Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pasien mengalami syok namun tidak ada tanda pneumothorax atau hemothorax. Kami mengkhawatirkan ada trauma abdomen pada rongga dalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
FADIL
Teen FictionFadil itu pintar tapi standar menurut Papanya. Mereka sudah seperti anjing dan kucing pokoknya. Tidak ada yang pernah mau mengalah. Tapi Papanya cukup menyenangkan. Mama Fadil itu tegas sekali, kadang Fadil sampai canggung dengan Mamanya sendiri. Me...