4. Semoga

2.6K 332 6
                                    

            Fadil menyelesaikan seluruh pekerjaannya tepat pukul 07.25, saat itu juga terdengar suara mobil memasuki perkarangan rumah mamanya. Di pagi hari seperti ini biasanya tidak ada yang berkunjung. Ingin melihat, tetapi hasrat ingin tidur jauh lebih besar.

Fadil kembali merapikan seluruh berkas dan keperluan yang dibutuhkan mama Gina di meja sebelah laptop. Seketika ia teringat sesuatu. Ia sama sekali belum melihat HPnya sejak siang kemarin. Terakhir ia ingat, hpnya ia letakkan di ransel miliknya.

Saat menyalakan hpnya Fadil lebih dulu memilih pergi ke kamar mandi. Ia yakin akan ada banyak sekali notifikasi dari papanya. Membayangkannya saja Fadil sudah ingin tertawa. Papanya tidak akan betah lama-lama berpisah darinya.

36 messege from PAPA

15 missed Call from PAPA

7 messege from Edo

1 missed Call from Edo

1 messege from MAMA

Itu adalah pesan teratas yang muncul di HP Fadil. Ketiga nomor itu sengaja ia pin karena ia anggap lebih penting daripada grup kelas dan pesan lainnya. Pesan dari papa tidak pernah berubah, hanya menanyakan tentang kabar, sudah makan atau belum, dan... kenapa ia bisa jatuh kemarin. Mata FAdil membulat, nama Edo langsung terlintas di fikirannya. Fadil segera membuka pesan Edo, kemungkinan sahabat embernya itu yang sudah koar-koar ke papanya.

Edo

Bokap lo tadi nelvon gue, sekalian gue kasih tau kalau lo nyungsep wkwkwk

"Edo bego, anak tuyul."

Fadil segera mengetik pesan untuk papanya, kasian Pak Ridwan pasti sudah menunggu dan mengkhawatirkannya.

To PAPA

Pa, Fadil ok.

Kemarin jatuh soalnya pusing mikir dompet engap minta diisi yang warna merah hehe

Setelah memastika pesan terkirim, Fadil menyempatkan diri untuk melihat pesan dari mamanya yang masuk beberapa menit yang lalu.

MAMA

Fadil jangan keluar dulu ya, ada Kakek.

Fadil istirahat aja.

Fadil mengusap wajahnya kasar. Bosan dengan drama yang terjadi antara ia, mama dan kakeknya. Jika kakeknya tau ia sedang berada di rumah mamanya, maka tidak menutup kemungkinan ia akan berakhir babak belur, yang terparah adalah sakit hati. Perkataan kakeknya itu lebih tajam dari belati sekalipun.

BRAK

Tuh kan. Batin Fadil ketika pintu kamarnya tiba-tiba dibuka secara kasar. Disana ada kakeknya yang berdiri pongah. Kakek Fadil masih tampak gagah, berdiri tegap. Hanya keriput saja yang menunjukkan bahwa umur beliau tidak lagi muda.

"Kakek." Fadil beranjak dari duduknya. Menghampiri sang kakek untuk sekedar menyalaminya sebagai rasa santunnya kepada orang yang masih ada hubungan darah dengannya.

Kakek Pandu namanya. Hidup sebagai pembisnis. Menuntut anak perempuan satu-satunya yaitu mama Gina untuk meneruskan bisnisnya. Bahkan memaksa mamanya bercerai dengan papanya hanya karena papa Ridwan menyarankan Gina untuk menjadi Ibu rumah tangga saja.

"Kenapa disini?" tanya Kakek Pandu tanpa membalas uluran tangan Fadil.

"Maaf, Pa. Aku yang meminta Fadil untuk menginap."

Kakek Pandu begitu menakutkan bagi Fadil. Bahkan lebih menakutkan dari mamanya. Jika mamanya selalu menyuruhnya ini itu tanpa melihat situasi dan kondisi. Maka Kakeknya akan menyuruhnya pergi dan tidak ikut campur dengan cara yang lebih keras.

FADILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang