Bagian 54 : Korban Pencuci Otak

9 4 0
                                    

Kejelasan mulai nampak dari pandangan yang tadinya mengabur, Lyra berencana untuk mengikuti seseorang yang sejak tadi berjalan perlahan-lahan di depannya. Lyra sadar kalau dia berada dalam ingatan Luo Qing saat itu, tetapi dia merasa dia sungguh berada di sana bersama Luo Qing yang sama sekali tidak menyadari kehadirannya di sana.

"Kau yakin masih tidak ingin berada di sini?"

Luo Qing menoleh ke sumber suara yang ada di sampingnya, sosok pria tua renta yang menakutkan baginya itu sangat mengganggu. Namun, dia benar-benar merasa tidak berdaya jika berada di sekitar pria tua itu.

Dengan begitu berat hati dan terpaksa menganggukkan kepalanya, Luo Qing tidak sadar kalau dia sudah dicuci otak oleh Carlos. Dan itu tidak akan pernah lepas darinya sampai ada seseorang yang mungkin akan membantunya melawan Carlos.

Apa yang sudah-sudah dikatakan Carlos hanya sebuah opini menjual yang tidak pernah diberikan harga setimpal. Luo Qing yang takut mati karena dia belum benar-benar mahir melakukan sihir dan trik-trik apapun, mau tidak mau membiarkan dirinya menjadi boneka Carlos dan terus dicuci otaknya oleh orang tua yang sok tahu tentang banyak hal tersebut.

Cukup ironis bila Luo Qing terus menuruti kehendaknya dan melakukan tindakan yang sosok pria tua itu inginkan karena Luo Qing sudah tidak tahu siapa gerangan dirinya itu

"Baiklah, kalau begitu aku akan membuatkan tempat tinggal khusus untukmu, karena aku tidak mau kawananku akan memperebutkan yang sudah menjadi milikku." tukas Carlos dan mulai berjalan menjauh dari jalanan utama, diikuti Luo Qing di sampingnya.

Lyra menarik napas dalam-dalam dan mengatur udara yang keluar masuk melalui paru-parunya. Dia melihat Tobias yang sedang memangkunya dan Luo Qing dengan wajah setengah panik.

"Terima kasih." ujar Lyra kepada Tobias, kemudian matanya melirik Luo Qing. "Apa sekarang kau sudah menyadarinya?"

Luo Qing mengangguk sebagai balasan, dia tidak bertanya ada apa atau sekedar berbasa-basi tentang bagaimana Lyra tahu. Sebab Tobias sudah mengatakannya dan menjelaskan secara terperinci kalau Lyra bisa memanipulasi aroma sihir yang dia hirup menjadi ingatan-ingatan yang membawanya bisa melihat apa yang sudah terjadi pada pemilik sihir atau si perapal mantra sihir.

"Jadi kau sekarang sudah tahu 'kan apa keinginanku? Aku ingin kembali ke tempat di mana teman-temanku berada." Suara Luo Qing terdengar agak sumbang. "Aku hanya masih ingat sedikit tentang mereka." Akunya.

"Aku kenal beberapa teman penyihir dan pernah singgah di tempat di mana mereka sekedar untuk singgah." Sahut Lyra, dia menarik dan mengembuskan napasnya dengan tidak teratur.

Luo Qing mendengus, seakan sesuatu masuk ke dalam rongga hidungnya. Dia menyentuh ujung hidungnya seraya menggosoknya pelan alih-alih menghilangkan gatal. "Kau tidak serius, kan?"

Senyuman muncul di wajah Lyra yang tampak kelelahan tidak bertenaga, rona wajahnya semakin menghilang. Lyra bersandar di kursi lalu menutup matanya, dia masih saja mengatur napasnya yang semakin sulit dikendalikan karena dia terlalu memaksakan dirinya sendiri. Jika Rick ataupun Sean melihat kelakuannya itu, mereka sudah pasti memarahi Lyra dan memintanya untuk tidak lagi melakukan hal tersebut.

"Aku bukan tipe yang suka menipu orang dan jika kau melihat ampul ini," jemari Lyra merogoh ke saku celananya. "kau pasti sudah tidak asing karena kau memilikinya juga di dalam tasmu.." Lyra membuka matanya perlahan. "yang disembunyikan Carlos agar kau tidak bisa memberi sinyal kepada temanmu tentang di mana keberadaanmu yang sebenarnya."

Lyra menunjukkan ampul pemberian Onyx yang memang memiliki ciri khasnya sendiri. Luo Qing menerimanya dengan ragu-ragu kalau-kalau itu hanya jebakan. Namun, dia salah mengira, Lyra memang seseorang yang sepertinya tidak mengenal apa itu kebohongan ataupun tipuan.

Silver FeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang