Suhu semakin dingin di sekitar, atmosfer yang mencekam menyelimuti daerah coklat yang kini mulai dipenuhi salju. Hanya geraman serta auman yang terdengar di ambang, seolah tidak ada rasa iba di setiap wajah-wajah berbulu dari serigala itu. Pepohonan tua yang bertengger di sekeliling mereka hanyalah bagai sketsa tanpa arti apa-apa. Padahal, beberapa serigala dengan tubuh yang sama besar dengan yang lainnya masih bersembunyi dalam bayang-bayang. Mereka seakan menunggu suatu pertanda dari sang Alpha.
Meski angin dingin sudah membawa beberapa butiran salju menjauh dari wilayah tersebut, itu tidak mempengaruhi pertarungan sengit yang rasanya sebentar lagi akan terjadi. Namun, seekor serigala dengan bulu-bulunya yang lebat beserta tatapan matanya yang sangat tajam akhirnya muncul dari bayang-bayang, yang sepertinya tidak menggoyahkan keinginan kubu lawan untuk melakukan pertarungan.
"Jauh-jauh kau datang hanya untuk mencari keponakanmu, wahai saudaraku?" Tanya serigala itu. Bulu putih bersihnya yang tebal bergerak-gerak tertiup angin, dia sama sekali tidak mengindahkan butiran salju jatuh di wajahnya.
Sang Alpha dari kubu lawan membalas tatapan sinis. "Selama keadilan tidak pernah berdiri dengan tegak, aku akan selalu melakukan tujuanku!" Serunya seraya mendesis.
Sementara pada barisan belakang, presensi Lyra yang tidak diketahui oleh siapapun, berdiri dengan gemetar meski bulu-bulu yang ada di kakinya menutup sempurna kakinya di salju, dia tetap merasa dinginnya menusuk hingga pernapasannya terganggu. Wajah sang Alpha dengan bulu hitam gelap pada seluruh bagian tubuhnya kini tidak lagi mengerikan seperti awal Lyra bertemu dengannya, tetapi matanya yang masih saja memancarkan kobaran api kebencian sekaligus amarah tidak pernah menghilang dari sana.
"Aku hanya mencoba melindungi ras kita, walaupun aku tahu hampir semua hal di dunia ini tidak pernah berjalan adil sebagaimana yang kita harapkan." Serigala itu mencoba menenangkan, tetapi rasanya dia gagal karena reaksi sang Alpha kubu lawan tidak semestinya.
Dia membuka lebar kedua kaki depannya seakan mengambil ancang-ancang seraya mengaum dengan keras memberi tanda. Sedetik kemudian beberapa serigala muncul dari balik bayang-bayang, menatap serigala yang lain dengan sinis seraya mendesis geram.
"Aku senang bila banyak yang mati, itu untuk menemaninya di sana." Gumam sang Alpha kubu lawan, semakin banyak yang mati, maka mimpinya akan tercapai. "Kemudian dia tertawa, kau sama sekali tidak peduli dengan saudaramu sendiri!"
Suasana hati serigala berbulu putih yang tadinya merasa tenang, kini dipenuhi rasa bersalah, dadanya sesak seakan besi panas telah menancap menembus tubuhnya.
"Semua tidak seperti yang kau pikirkan."
"Itu hanya alasanmu, pengecut! Karena kau selalu dibanggakan oleh ayahmu! Sementara kami, hanya mendapatkan cacian dan kemurkaan seorang ayah! Kau itu hanya beruntung dan kau tidak mengenal rasa sakit!" Sergah sang Alpha kubu lawan yang mulai mengeluarkan aura keunguan di seluruh tubuhnya seolah menjadikannya sebagai perisai.
Lyra yang melihat itu untuk kedua kalinya kini menyadari satu hal, si mata merah itu—Cravene palsu, dia bisa mengendalikan sihirnya ketika sedang dalam rupa serigala, dia bahkan menghipnotis semua serigala di sana. Pasukan serigala berbulu putih terdiam begitu saja, kemudian mereka di bantai habis oleh kubu lawan. Sementara itu, Cravene palsu, menuju ke barisan paling belakang. Lyra melemah di tempatnya..
Untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu lamanya, Lyra kembali memimpikan hal yang ganjil menurutnya. Dia tidak sedang bersama Orance, tetapi mimpi itu datang begitu saja padanya. Sesaat ketika sadar kalau dia sedang terbaring di sofa rumah kaca milik Onyx, matanya mencari-cari seseorang.
"Siapa yang kau cari?" tanya orang itu, Lyra langsung menoleh ke sumber suara.
Orang itu sedang membasuh wajahnya dengan air hangat yang ada di dalam wadah di depannya, air yang menetes dari wajahnya masuk kembali ke dalam wadah. Orang itu berbalik melihat Lyra juga tanpa menghiraukan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Feather
FantasyBuku 1 [TAMAT] Tetua, akan selalu ada sebagai penengah untuk semuanya dan mereka dibagi menjadi beberapa golongan yaitu Ducis, Feroces, Civitas. Sampai suatu waktu, warna bulu menjadi masalah besar bagi Tetua G, mereka mencari sosok pembangkang yang...