Bagian 27 : Penyihir yang Mengembara

9 4 0
                                    

Sejak berpisah dengan Chrysler di salah satu pondok tanaman, Irish mendapatkan Lyra dan dia terus mengoceh dalam perjalanan kembali ke dalam tenda miliknya. Sampai saat itu, Lyra masih belum bertemu Sean dan.. Rick.

Apakah lelaki itu masih bersama mereka di sana?

"Dia masih di tenda milik temanku." kata Irish saat Lyra bertanya padanya yang tengah membuka perban di lengan Lyra kemudian lanjut mengoceh lagi.

"Apakah nanti aku bisa bertemu mereka?"

"Lyra, mereka baik-baik saja, oke, kau pikirkan saja dirimu dulu. Lagi pula kau tidak mungkin bertemu mereka dengan penampilan yang begini, kan." ketus Irish, dia mulai lagi.

Semakin sering Lyra bertemu Irish, rasanya akan semakin mudah untuk dia mengenal perawakan perempuan itu. Irish lebih sering mengoceh dan terus berbicara tentang apa saja kepada siapapun, tidak terkecuali dengan Lyra, orang yang baru dia temui siang tadi.

Lyra memperhatikan Irish yang sedang membuka perban pada lukanya yang hampir selesai dan mengindahkan ocehan Irish yang rasanya tiada berhenti. Saat Irish menarik selembar daun yang masih utuh dari lengannya, ocehan itu berhenti tiba-tiba dari mulutnya dan Lyra hanya bisa diam terpaku. Keheningan itu menyiksanya sebenarnya karena Lyra mulai memikirkan hal-hal yang entah muncul dari mana, alih-alih menakuti dirinya dengan apa yang terjadi padanya.

Luka itu meninggalkan bekas hitam gosong yang cukup lebar seperti baru saja terbakar, kabar baiknya adalah pendarahannya sudah berhenti jadi dia tidak khawatir lagi kalau-kalau dia akan kekurangan darah tapi bukan itu permasalahan sebenarnya, tetapi kenapa bekas cakaran yang dibuat si pemilik mata merah menjadi mengerikan seperti itu.

"Kau tidak merasakan sakit, kan?" tanya Irish, lalu dia cepat-cepat bangkit, "kau tunggu di sini dan jangan keluyuran lagi." Irish memberinya teguran sebagai peringatan terakhir yang mau tak mau Lyra iyakan.

Irish meninggalkannya lagi, di sana, untuk kedua kalinya di tendanya. Sementara itu, Lyra yang kebingungan dengan apa yang terjadi masih melongo melihat lengan kirinya yang menghitam, itu benar-benar hitam.

Beberapa waktu setelahnya, Lyra mendengar derap langkah kaki seperti beberapa orang yang mengarah ke arahnya dan terdengar suara percakapan. Irish muncul dan diikuti oleh dua orang di belakangnya, yang mana salah satu dari orang tersebut sangat dia kenali. Orang itu tersenyum padanya seraya menghampirinya lebih dulu dari Irish dan satu orang lagi yang tidak dia ketahui siapa. Orang itu mengenakan baju luaran berwarna hitam dengan lengan panjang, rambutnya yang hitam pendek dengan ujung yang lancip membuat wajahnya terlihat seperti laki-laki, sampai Lyra tahu kalau orang itu adalah seorang perempuan saat dia berbicara tentang sesuatu, yang mana itu mengejutkan Lyra, membuat jantung Lyra kembali tidak karuan.

"Mundur!" teriaknya kepada Sean yang hampir memegang wajah Lyra.

Dia tahu Sean begitu khawatir dengan keadaannya dan Sean pun sebaliknya, walaupun kelihatannya luka Sean lebih serius dibandingkan dengan bekas cakaran di lengan Lyra yang sekarang menjadi hitam gosong tersebut. Sean terlihat cemas dan kesal, tetapi tetap mengiyakan perkataan perempuan itu.

"Itu akan menyebar, jadi jangan disentuh!" tukasnya, matanya berkilat-kilat melihat lengan Lyra.

Perempuan itu menghampirinya sendirian, sedang Irish hanya diam saja melihat. Lyra merasa kepergian Irish sesaat tadi itu memang untuk memanggil perempuan ini. Walaupun perawakannya terlihat seperti penyihir yang jahat, Lyra tahu bahwa perempuan itu tidak seperti dugaannya. Dia menarik lengan Lyra kemudian mengambil lampu senter, menerangi luka bekas cakarnya.

"Irish, sarung tangan." ujarnya tanpa melihat ke Irish sekalipun. "Kau, ambil pinsetnya." katanya lagi yang dituju kepada Sean.

Lyra melihat Sean kebingungan, dia melihat kanan dan kirinya bergantian. Mencari alat yang disebut perempuan itu.

Silver FeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang