Bagian 59 : Semoga Semakin Jadi Lebih Baik

10 4 0
                                    

"Oh.. kau, maaf aku tidak seharusnya berada di tempat ini. Aku akan keluar."

Luo Qing menyunggingkan senyum, "ini memang ruang kerja ku, biasanya aku akan marah sekali jika orang asing masuk tanpa seizinku."

Sean menunduk, "kalau begitu maaf karena sudah lancang." katanya seraya melihat Luo Qing sekilas dan kemudian berbalik berjalan ke arah pintu untuk keluar.

"Tapi kali ini dengan senang hati ku izinkan." tukas Luo Qing yang langsung membuat Sean berhenti, kemudian berbalik lagi untuk melihat laki-laki itu. "Aku tahu situasinya canggung dan tidak enak untukmu, gunakanlah ruangan ini untuk beristirahat. Kau boleh duduk di kursiku dan bersantai, lagi pula Rick memintaku untuk mengecek kondisimu."

"Oh.. terima kasih, untuk tempatnya. Aku memang butuh waktu agar bisa mengendalikan diri." Sean memunculkan senyum terpaksa kepada laki-laki sipit yang sedang berbagi oksigen dengannya itu.

Luo Qing mengangguk, dia berpikir setidaknya laki-laki itu masih nampak baik-baik saja meskipun Sean terus saja menekukkan wajahnya yang penuh tekanan.

Memang bukan hal mudah bagi siapa saja untuk nampak baik-baik saja dihadapan semua orang jika sudah mengalami patah hati yang serius, bahkan sepertinya itu lebih sakit dari cedera parah yang tiada kunjung sembuh. Namun, Luo Qing tahu kalau Lyra tidak bisa melakukannya 'bersama' Sean dengan alasan takut kehilangan sosok teman baiknya. Bahkan dengan Rick, dia nampak berusaha memaksakan diri dan membiarkan dirinya mencintai laki-laki yang kuat itu.

Luo Qing mengakui kalau dua orang yang sedang bersama Lyra itu adalah laki-laki yang beruntung, terutama Sean. Lyra hampir tidak bisa berkata-kata lagi selain meminta Rick untuk memahami situasinya, dia begitu merasa bersalah atas ketidaknyamanan yang terjadi di antara mereka.

"Ya sudah, aku akan keluar dari bunker, beristirahat lah." Luo Qing berjalan keluar ruang kerjanya sendiri seraya mengambil beberapa serbuk yang ada di dalam botol kaca bening. "Oh ya, pesan dariku, kau sebaiknya tidak usah bermain-main dengan benda itu." dia menunjuk ke sebuah benda yang berada di paling sudut meja, benda itu terlihat seperti jarum suntik dengan cairan kental berwarna biru gelap di dalam tabung mungilnya. "Sampai jumpa." kemudian Luo Qing menghilang dari balik pintu.

Sean menghela napas saat sudah menyandarkan tubuhnya di kursi kerja Luo Qing. Kain yang menyelimuti kursi tersebut memang sudah robek di beberapa tempat. Bahkan disudut kiri paling luar kursi tersebut hanya tersisa plastik hitam yang mana itu sebagai wadah busanya, tetapi itu tidak menghilangkan rasa nyamannya mengingat Sean memang sudah lama tidak menemukan tempat yang empuk untuk tubuhnya.

Sekilas ingatan mengenai kejadian beberapa waktu lalu kembali muncul dipikiran Sean, membuatnya tidak habis pikir sekaligus agak kecewa. Dia sempat mengira kalau semua itu hanya omong kosong Rick yang mungkin memiliki dendam dengannya karena sudah menurunkannya di tengah jalan saat dia sudah memantapkan diri untuk ikut dan melindungi mereka berdua, tapi saat mendengar Lyra yang secara tidak langsung mengatakannya, itu sudah membuktikan bahwa semua perkataan Rick adalah benar. Dia tidak pernah sekalipun berkata perihal kebohongan, bahkan dia ingin Sean tetap melihat Lyra sebagaimana sebelumnya. Meski Sean sudah merasa hatinya patah tanpa kejelasan, Sean tidak bisa berpura-pura tidak tahu hal itu.

"Seperti seseorang yang egois sekali." dia mendengus, memarahi dirinya sendiri.

Kalau saja dia bisa lebih menahan diri dan tidak bertindak aneh di depan semua orang, kecanggungan di antara mereka tidak akan terjadi. Apalagi sampai membuat Lyra begitu merasa bersalah sebab memikirkan perasaan Sean padahal dia juga berhak bahagia dengan pilihannya.

"Kenapa aku selalu saja menghalangi dan terus mencoba menjadi yang paling diandalkan padahal menjamin keselamatan Lyra saja aku tidak bisa." dia terus berceloteh sendiri, bahkan hampir ingin membenci dirinya sendiri.

Silver FeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang