Bagian 3 : Pemalsuan Identitas

65 8 0
                                    

Bukannya teriak ketakutan karena sudah dibekap dengan kuat oleh seseorang yang sebelumnya tidak dia ketahui siapa, Lyra malah menahan tawa meski sebenarnya rasanya mau pingsan saja saat itu. Takut kalau-kalau orang itu adalah salah satu Pemburu Feroces.

"Kenapa kau terlambat?" tanya orang itu berbisik. "Aku hampir dilihat oleh mereka karena menunggumu." lanjutnya lagi seraya melepaskan bekapan dari mulut Lyra.

Lyra mencoba bernapas tenang, menyadari bahwa serigala Amerika bukanlah ancaman, tetapi dia akan tetap harus waspada terhadapnya.

"Sebenarnya," Lyra menimbang-nimbang sebentar apakah harus dia katakan bahwa dia sudah tidak diperbolehkan berkeliaran malam-malam lagi. Dia rasa tidak. "aku sudah berada di sini sejak tadi, tapi aku berusaha menghindari mereka." katanya seraya melihat ke arah Feroces. Lyra terpaksa berbohong dan dia berharap Rick tidak mengetahuinya.

Rick melihat ke arah yang sama sekilas, "Siapa mereka?"

"Ah ya, mereka adalah Feroces, yang kemarin kau tanyakan. Mereka berburu setiap malam dan berpatroli, seperti sekelompok polisi pada umumnya." jelasnya.

"Maksudnya bagaimana? Aku tidak mengerti." tanyanya lagi.

Lyra ingin memakinya kala itu, tetapi karena dia merasa Rick harus tahu bahwa mereka memiliki golongan tertentu dan tidak semua orang bisa menjadi Alpha dan Beta sesuka hati mereka.

"Begini," matanya melirik awas alih-alih mengintai Para Pemburu Feroces yang ternyata sudah menghilang entah sejak kapan. "dulu, leluhur kami diserang oleh manusia dan menghabiskan sekitar 89% dari populasi kami. Bisa kau bayangkan betapa mengerikannya hal itu, kan?" dia sendiri bahkan bergidik ngeri dengan cerita itu.

"Kalian diserang?" Rick cepat-cepat bicara sebelum Lyra melanjutkan. "Aku pernah mendengar cerita ini."

"Hei, jangan menginterupsiku, aku belum selesai menjelaskan. Tapi sebelum ku lanjutkan, lebih baik kita pergi agak jauh dari wilayah ini. Aku takut kalau-kalau Feroces akan kembali." katanya cepat.

Rick seperti berpikir sejenak dan kemudian berjalan seraya menarik tangan Lyra.

"Aku tahu di mana tempat yang nyaman, eh, maksudku aman."

Lyra mendengus dan berjalan membuntutinya, menarik tangannya secara paksa dan Rick tidak melepaskannya begitu mudah.

Jika diceritakan sepertinya perkenalan mereka cukup aneh, mereka bertemu mata dengan tidak sengaja dan Lyra bertemu dengannya dalam rupa yang membuat manusia mana saja kalang kabut agar tidak mati konyol. Lalu bertemu lagi secara diam-diam dengan menyusuri hutan tanpa takut apapun kecuali dengan para Pemburu Feroces. Sebenarnya bukan takut, lebih kepada tidak ingin berurusan dengan mereka yang sudah mulai menaruh curiga kepada Civitas, di mana golongan itu ada Lyra di dalamnya.

"Kenapa kau diam?"

"Aku?" hampir saja Lyra tergagap menjawabnya.

Langkahnya semakin besar dan Rick melepaskan tangannya, ada sedikit rasa kecewa dengan hal itu tetapi Lyra mencoba waras bahwa semuanya hal wajar. Lagi pula mana mungkin serigala Amerika sempat-sempatnya berpikir untuk hidup dengan serigala yang jelek sepertinya ditambah lagi dia jauh berbeda dengan yang lainnya.

"Kau memikirkan apa sih?" desak Rick.

Lyra menggeleng cepat dan menggenggam tangannya sendiri. "Bukan apa-apa." balasnya.

Tak lama mereka sampai di tempat di mana Rick biasanya berjalan-jalan setiap malam, Lyra belum tahu alasan dia melakukan hal itu karena apa dan sejak kapan dia melakukannya.

Sebuah pohon rindang yang lumayan tinggi dengan tumbuhan merambat yang memenuhi dedaunannya, sehingga ketika berada di bawah pohon tersebut agak sedikit gelap karena cahaya Bulan tidak mampu menembus celah sempit sebab tumbuhan merambat itu sangat rimbun dan tumbuh dengan merapat.

Silver FeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang