Seperti yang sudah dikatakannya, melakukan perjalanan malam malah membuat dirinya merasa tenang. Namun, malam itu, Lyra tidak menginginkan tubuh serigalanya berkeliaran, sebab nanti pikiran-pikirannya yang kacau akan terdengar oleh Feroces yang sedang berburu. Itu karena dia tidak ingin melibatkan siapapun dalam urusannya sendiri.
Dengan berjalan kaki menelusuri hutan tanpa rasa takut akan sesuatu yang mengancam dari balik pohon-pohon besar dan semak belukar yang menyeramkan, Lyra hanya berupaya untuk menenangkan dirinya sendiri. Berharap Alpha Civitas mampu mempertahankan kedamaian ini dan membuang ketidakadilan yang ditimpakan Ducis kepada golongan mereka.
Terus terang, untuk terpisah dari keluarganya, Lyra tidak mempermasalahkannya. Dia hanya tidak ingin melihat ibunya sedih dan merasakan kehilangan lagi. Mereka sudah membesarkannya dan terus berharap yang terbaik untuknya, dan sebagai orang tua mereka sudah sangat cukup melakukan ini dan itu agar supaya dirinya merasa betah tinggal di rumah nan nyaman. Betapa egoisnya dia, bukan?
Malam itu semilir angin berembus cukup kuat dan Bulan tanpa malu menampakkan dirinya yang bersinar membiru di langit yang tiada Bintang saat itu. Ketika sampai di ujung bukit, di mana biasa para Pemburu Feroces berkemah dan untuk malam itu mereka sudah berpindah lokasi, Lyra duduk sambil menikmati cahaya Bulan yang sebenarnya tidak mampu menembus rimbunan pohon-pohon yang ada di depannya. Bukit diseberang sana hampir sama tingginya dengan yang sedang dia duduki, jaraknya juga tidak terlalu jauh. Mungkin di malam lain dia bisa pergi ke sana, tetapi tidak dengan berjalan kaki. Sosok manusianya akan cepat kelelahan, tapi semoga saja bertambahnya usianya nanti dia akan jadi lebih kuat.
Matanya tidak sengaja memperhatikan gerak-gerik di dalam rimbunan pohon di Bukit seberang, seperti ada sesuatu yang akan keluar dari rimbunan tersebut dan ya, seekor serigala dewasa dengan warna bulu cokelat keemasan muncul dari balik rimbunan pohon-pohon tersebut. Lyra langsung terkejut ketika sosok itu melempar tatapan tepat padanya, matanya berkilat sepintas lalu dan dahinya sedikit berkerut untuk waktu yang cukup lama.
Lyra tersentak ketika teringat tatapan itu, tatapan yang sebenarnya adalah ketidaksengajaan yang dilakukannya saat di sekolah waktu itu. Serigala itu lalu mencoba melarikan diri atau dia memang ingin berlari menjauh dari bukit itu.
Rasa penasaran Lyra memuncak dan memutuskan ikut berlari mengejarnya yang masih nampak di antara kegelapan malam itu. Telinganya cukup mampu mendengar suara-suara dedaunan mati yang diinjaknya dan napas yang menderu hebat karena batin serigalanya. Alih-alih takut akan kehilangan jejaknya dan kakinya juga sudah lelah sekali untuk berlari, Lyra merubah dirinya menjadi serigala juga.
Kali ini dia juga bisa bercakap dengannya meski jauh dari jarak yang mampu didengar manusia pada umumnya. Sekitar enam mil jaraknya dengan serigala cokelat itu, Lyra mendengar sesuatu seraya berlari mengikutinya dari belakang. Serigala itu tentu saja tahu kalau Lyra mengikutinya dan dia mengetahui Lyra bisa berubah menjadi serigala.
Kau bisa mendengarku?
Lyra mendengus, tentu saja serigala Amerika. Balasnya.
Apa yang kau lakukan? Kenapa di tengah malam kau di sana sendirian? Apakah kau sedang patroli?
Aku? Bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan di seberang sana? Kau nampaknya tahu wilayah ini, tapi bukankah kau hanyalah serigala Amerika.
Dia terkekeh, aku, sebenarnya aku sudah lama di sini.
Oh, jadi kau hanya mengaku sebagai murid pindahan dari Amerika? Bagus sekali.
Tidak juga, aku memang serigala Amerika dan aku hanya ditugaskan. Lyra bisa mendengar serigala itu melambatkan langkah kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Feather
FantasyBuku 1 [TAMAT] Tetua, akan selalu ada sebagai penengah untuk semuanya dan mereka dibagi menjadi beberapa golongan yaitu Ducis, Feroces, Civitas. Sampai suatu waktu, warna bulu menjadi masalah besar bagi Tetua G, mereka mencari sosok pembangkang yang...