Bagian 21 : Hampir Mati

21 4 1
                                    

Dengan sedikit rasa kasihan yang berusaha ditepiskan berulang kali, Lyra membiarkan Rick berada di bak mobilnya untuk sementara waktu. Meskipun Lyra dan Sean sadar kalau Rick adalah bahaya yang selalu mengintai. Lyra berterus terang kalau ucapan Rick yang menginginkannya itu kemungkinan memiliki banyak arti, dia tetap yakin kalau mereka, bukan, tetapi dirinya sendiri, dirinya sedang dalam bahaya.

"Lyra, tetaplah fokus!" seru Sean yang membuat Lyra terus membayang-bayangkan wajah Rick tanpa sengaja.

Seruan demi seruan yang diterimanya dari Sean tidak mengembalikan fokusnya sama sekali terhadap jalanan yang licin dihadapan mereka. Pikirannya kemana-mana tanpa berpusat ke satu titik, rasanya dia ingin membanting setir ke kanan lalu dengan sengaja menghantam pepohonan yang ada di pinggiran jalan. Dia ingin sekali berteriak sekencang-kencangnya karena benci dengan keadaan itu kemudian membuka pintu dan melompat dari mobil walaupun pada akhirnya dia ketakutan sendirian dengan pikirannya yang terlewat mengada-ngada.

Entah sejak kapan beberapa serigala sudah menghalangi jalanan, warna mereka bermacam-macam tapi tidak ada yang berwarna putih seperti Ducis dan mirip dengan miliknya sama sekali. Lyra tidak dapat mendengar gerutuan Sean yang seiring laju mobil melambat semakin nyaring, atau dia memang kesal terhadap apa yang terjadi dengan mereka saat itu.

"Sial! Bahkan untuk bernapas saja rasanya sulit sekali!" dia meninju dashboard mobil dengan pukulan yang kuat sehingga Lyra bisa mendengar adanya sedikit suara retakan.

Lyra menggeleng tidak habis pikir, "kurasa aku harus menabrak mereka hidup-hidup."

Karena Lyra pikir bahwa dia memang tidak bisa menghindar lagi dan juga tidak bisa memutar balik. Mereka benar-benar sudah menutupi ruas jalanan walaupun dalam keadaan kehujanan begitu.

"Lakukan apapun, aku setuju." ujar Sean yang kemudian melihat ke belakang untuk memastikan situasi.

Rick masih berdiri di sana, Lyra penasaran dengan apa yang dipikirkannya sampai-sampai mau berdiri di bawah derasnya hujan seperti itu.

Ketika Lyra sudah yakin dengan keputusannya yang dipenuhi kekesalan yang membuncah sejak tadi, dia memejamkan mata sekilas seraya berdoa sekaligus meminta maaf karena mungkin dia akan membunuh salah satu dari mereka. Lyra benar-benar takut melakukannya, tetapi mau tidak mau dia harus selamat sampai dia bertemu dengan orang tuanya, sebab itu adalah tujuan awalnya.

Sean dan Lyra terkejut secara bersamaan dengan mobil yang mengeluarkan bunyi yang nyaring, yang mana membuat Lyra membanting setir secara tidak sengaja ke kiri. Hal itu hampir membuat mereka masuk ke dalam hutan, dan kemudian dengan cepat dia membawa mobil kembali ke jalur sebelumnya, sementara itu Sean menyadari kalau mobil sudah ditabrak oleh sesuatu dari samping dan dia tidak bisa melihatnya sehingga dia celingak-celinguk mencari ke sana kemari.

"Br*ngs*k!" dia terus menggerutu tak karuan karena kesal. "Aku harusnya bisa lebih cepat menyadari kalau peringatan dari Rick memang benar adanya, tapi aku sedikit bersyukur, dia berada dipihak yang sama, setidaknya untuk saat ini." Sean menoleh ke belakang lalu menyunggingkan senyum sinis sekilas.

Butuh beberapa menit untuk Lyra menyaring maksud dari perkataan Sean dan dia langsung mengindahkan hal itu, kemudian kembali menaruh perhatian ke situasi yang sungguh tidak menyenangkan itu.

Dia berusaha semaksimal mungkin agar mobil tidak kembali oleng dan sesekali melirik kaca dalam mobil untuk memastikan Rick masih ada di sana. Namun, lagi-lagi tabrakan itu terjadi lagi, tetapi kali ini Lyra bisa melihat sesuatu yang menabrak mobilnya. Itu adalah seekor serigala dengan telinga panjang yang tidak seperti biasanya, matanya merah menyala seperti monster meskipun warna bulunya dominan hitam. Lyra bersumpah kalau serigala itu sedang menyeringai kepadanya, menampakkan giginya yang tajam, bahkan tatapannya yang benar-benar mengerikan itu membuat dadanya terasa terhujam, seperti pedang yang menghunus tubuhnya begitu kuat. Lyra merasa sesak dalam hitungan detik setelahnya, rasanya dia memang akan mati saat itu juga.

Silver FeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang