Bagian 57 : Gelagat Baik yang Berakhir Buruk

7 4 0
                                    

Aku sudah ingat semuanya, batin Sean.

Saat berpisah dengan Lyra di hutan untuk berburu, Sean bersama dua gadis yang tidak waras dan entah bagaimana bisa menjadi partnernya kala itu. Jadi dia merelakan Lyra bersama laki-laki yang sukar dipercayai, tetapi Sean tetap melepaskan Lyra berduaan bersama laki-laki itu. Bukan karena dia tidak bisa membantah atau karena dia tidak menyukai adanya laki-laki lain selain dirinya yang bisa berduaan bersama Lyra, Sean hanya tidak ingin Lyra merasa terus diawasi alih-alih dilindungi olehnya hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengiyakan ajakan para gadis itu dan pergi ke arah lain yang berlawanan dengan arah kemana Lyra pergi.

Sampai mereka tiba di suatu tempat yang lumayan jauh dari pondok semula, mereka menemukan beberapa ekor kelinci hutan yang langsung mengetahui keberadaan mereka sehingga kelinci-kelinci tersebut masuk ke dalam rumah mereka di dalam tanah. Namun, salah satu dari dua gadis itu—yang bernama Grace—ingin menangkap kelinci tersebut karena menurutnya mereka sangat lucu. Sean memakluminya begitu saja karena dia pikir Grace hanyalah gadis yang tidak bisa menyembunyikan sisi lembutnya, yang menyukai hal-hal lucu menggemaskan dan tidak tahan kalau tidak menyentuhnya.

Karena Sean merasa tidak puas hanya menunggu dua gadis itu selesai dengan urusan mereka, Sean berjalan ke depan dengan asal-asalan tanpa berpikir bahwa dia akan melewati jalan yang sama untuk pulang karena hutan itu sangat luas. Padahal, sejak awal semuanya memang jebakan yang dipersiapkan untuk menjebaknya.

"Kau jangan pergi sendirian begitu, beberapa orang sering tersesat. Tapi ah, ya, kau seorang manusia serigala." kata salah satu gadis itu padanya.

Sean tidak mengindahkan sama sekali, toh dia punya indera penciuman yang tajam dan telinga yang sangat peka untuk mendengar suara-suara di kejauhan yang tidak masuk akal bagi manusia normal. Satu sampai dua langkah membuatnya semakin ingin pergi ke dalam hutan dengan keadaan yang sudah sore, tapi belom gelap sepenuhnya. Entah apa yang sedang berkecamuk di dalam kepalanya, tetapi seolah-olah ada sesuatu yang memanggilnya sehingga dia terus melangkahkan kakinya untuk bergegas dari sana.

"Hei!" teriak gadis yang tadi, "kau hanya akan kembali dengan tangan kosong jika pergi tanpa kami!" lanjutnya lagi sambil menggeram kesal, dia menatap Sean dengan nanar.

"Sepertinya dia bukan tipe yang bisa kau tundukkan dengan suaramu saja." celetuk gadis yang satunya lagi sembari berdecak kesal.

Sean lupa nama mereka, tapi itu tidaklah penting, dia hanya ingin pergi dari sana dan mengikuti suara dalam kepalanya. Sampai pada akhirnya dia merubah dirinya menjadi serigala dan dia tidak menyadari sama sekali kalau arlojinya terjatuh kala itu, Sean hanya melihat seseorang yang sedang melihatnya juga, mengenakan pakaian serba hitam.

Meskipun aku bicara padanya, kurasa dia tidak akan mendengarnya. Gumamnya, bahkan suaranya pun ikut menghilang.

"Kau mau pergi kemana? Hutan perbatasan sangat berbahaya, ayo kembali!" seru orang itu ke arahnya yang berjalan semakin dekat.

Apa? Apakah dia baru saja menyuruhku untuk kembali? Mereka bahkan tidak mengatakan tentang hutan perbatasan. Gerutu Sean yang sama sekali tidak terdengar oleh siapapun.

"Kepala suku memintaku untuk menjaga perbatasan agar tidak seorangpun yang boleh masuk atau keluar, sebab itu bukan lagi wilayah kami. Kau mengerti 'kan maksudku?" kata orang itu lagi menerangkan, dia berhenti di sebuah pohon dan menyandarkan tubuhnya, kedua tangannya di dalam saku jaket kulit hitam miliknya yang mengkilap.

Sean dengan cepat mengubah dirinya menjadi manusia untuk sekedar berbicara pada orang itu, yang mana dia sama sekali tidak mengenal orang tersebut.

"Jadi, siapa kau?" orang itu bersuara kembali, dia membenarkan topi fedora hitam berbulunya untuk memperlihatkan wajahnya, kemudian orang itu tersenyum.

Silver FeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang