Perihal Larry, Lyra menceritakannya kepada Sean. Dia mengajak Sean bertemu di Kafe yang dia sarankan, yang dekat dengan pusat Kota yang sebenarnya tidaklah bagus untuk pembahasan itu. Namun, tetap mereka berdua lakukan.
Tempat itu dia perkirakan berukuran 8 × 6 meter, dindingnya di cat putih dan langit-langitnya di penuhi lampu-lampu gantung yang terbuat dari ranting kayu, konternya dihuni para laki-laki saja dan perempuan sebagai pelayan. Di pagi hari, situasi kafe masih sepi tetapi ada beberapa orang yang sudah datang hanya untuk menikmati minuman dingin di bulan Juli yang panas. Bangunan ini dilengkapi dengan meja bundar yang di tengah-tengahnya disediakan pot porselin berwarna putih yang memiliki corak cantik satu warna, yang ditumbuhi bunga hiasan pakis Asparagus.
Lyra dan Sean memilih duduk di bagian paling sudut agar jauh dari pendengaran telinga manusia normal alih-alih mencari ketenangan.
"Aku tidak menyangka, kau tahu, dia tidak seperti penyihir, atau bahkan dia sudah menyihir ku." Sahut Sean usai menyesap minuman dinginnya, sejenis limun.
Lyra tertawa dibuatnya karena hal itu dan akhirnya dia mengerti, orang tuanya memisahkan mereka agar mereka berdua tetap hidup. Setelah itu dia menimbang-nimbang apakah dia harus pergi menjauh dari dua orang asing itu—Orance dan Peal—atau tidak.
Cukup ironis bila Peal mengatakan bahwa dia benci penyihir tetapi akhirnya menikah dengan penyihir karena dia tidak tahu bahwa Orance adalah keduanya, dia seorang penyihir dan manusia serigala. Dia mengatakannya agar Lyra tidak menaruh curiga dan, ya, benar saja, Lyra sama sekali tidak terpikiran tentang hal itu, tentang siapa kedua orang asing itu. Namun, sekarang, status mereka hanyalah orang tua asuhnya dan Lyra akan membiasakan diri untuk tidak memanggil mereka dengan sebutan ayah dan ibu lagi.
"Hei, kau melamun soal apa?" Sean melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Lyra entah sejak kapan.
Lyra sudah terlalu nyaman dengan pikirannya yang sudah tidak lagi mendung karena dia telah mencoba menerima semua kenyataan itu. Dari mulai hidup dengan orang asing yang dipercayai sebagai ibunya sendiri untuk merawatnya, kemudian mereka menjadikan Lyra anak mereka sendiri karena mereka kehilangan anak mereka yang sesungguhnya. Lalu kenyataan bahwa dia harus hidup terpisah dengan kembarannya sendiri, hal itu masih membuatnya merasa ada yang aneh. Pepatah macam apa yang mendefinisikan soal bulan Gemini dengan penyatuan jiwa seperti itu. Lyra sebenarnya ingin sekali menyangkal, tetapi dia tidak mampu melakukan apa-apa.
"Aku hanya terpikirkan untuk bertemu keluargaku, Sean, kau tahu, sejak berumur jagung, aku sudah terpisah dari mereka dan betapa beruntungnya Larry bisa bersama orang tua kami." Tiba-tiba rasa iri muncul di dalam hati Lyra, entah kenapa dia jadi tidak bisa mengendalikan dirinya seperti biasanya.
Sean berdeham, "Kau tidak kepikiran untuk mendatangi mereka?"
Lyra diam saja, dia sangat sangat ingin bertemu orang tuanya. Namun, apa yang bisa dia lakukan selain menunggu keajaiban datang padanya yang mana peluangnya sangat kecil sekali.
"Lyra, kau menciumnya?" kedua tangan Sean memegang lengan kursi kayu yang dia duduki, kepalanya agak maju ke depan dengan hidung yang mengendus-ngendus, seperti hewan yang mengendus sesuatu pada umumnya.
Dari sudut matanya, Lyra bisa melihat beberapa orang berjalan kemari. Dorian, Martin dan Ed masuk bersamaan ke dalam kafe dan langsung menuju ke arah mereka berdua tanpa senyuman. Langkah demi langkah mengeluarkan aura menyeramkan terpancar dari ketiga orang itu. Lyra hanya berucap dalam hati bahwa keadaan mental mereka sedang terganggu oleh sesuatu.
"Kami tidak akan meminta izin untuk duduk di sini, kan?" Sergah Dorian tiba-tiba setelah sampai dan lalu diikuti kedua kawanannya.
"Kuduga kalian sedang tertimpa sesuatu?" Sean berupaya bersikap normal meski Lyra tahu di dalam hatinya dia sangat penasaran ada apa sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Feather
FantasyBuku 1 [TAMAT] Tetua, akan selalu ada sebagai penengah untuk semuanya dan mereka dibagi menjadi beberapa golongan yaitu Ducis, Feroces, Civitas. Sampai suatu waktu, warna bulu menjadi masalah besar bagi Tetua G, mereka mencari sosok pembangkang yang...