Chaeyoung menahan tangan Lisa yang akan menyentuh wajahnya. Tatapan mata Chaeyoung sangat tajam memandang Lisa, jika saat itu dia tidak dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar karena mereka membiusnya, sudah bisa dia pastikan mereka tidak akan bisa membawanya ketempat ini. Tak perlu ada kata lagi yang dia butuhkan kenapa dirinya berada dalam tubuh Rosé saat ini. Dengan melihat Lisa, Jennie dan ibu tirinya disini sudah cukup jelas baginya. Karena dia sendiri merasakan emosi yang sangat memuncak.
Ketiga orang ini dalam satu ruangan sudah jelas ini bukan sesuatu yang baik untuknya. Lisa berusaha menarik tangannya yang masih Chaeyoung genggam dengan erat. Lisa merasakan lagi perubahan pada diri Rosé yang terlihat sangat mencolok. Bukan hanya kali ini saja bahkan sejak mereka masih duduk di bangku sekolah dulu. Terkadang Rosé hanya diam ketika teman - temannya membullynya tapi satu waktu Rosé membalas mereka tanpa ada rasa takut sama sekali.
Lisa masih terus mencoba menarik tangannya yang justru membuatnya semakin merasa sakit. Chaeyoung melepaskan tangan Lisa saat Lisa berusaha sekuat tenaga menariknya membuat tubuh Lisa hampir kehilangan keseimbangan kebelakang, Chaeyoung menaikkan satu sudut bibirnya mengejek Lisa.
"Kemana kalian membawa Jisoo?"
"Kenapa tidak pikirkan saja nasibmu sendiri." Lisa mengelus tangannya yang memerah.
"Nasibku? Apa yang bisa kalian lakukan? Kalian hanya bisa melakukan dengan cara licik seperti ini. Mengancam, mengurung atau memaksa. Jangan bilang kalian sudah sampai tahap membunuh?" Tanya Chaeyoung memandang Lisa, ibu tiri dan Jennie bergantian.
"Haha, aku tidak perlu mengotori tanganku dengan darah orang."
"Jadi aku ada disini karena kalian ingin sesuatu dariku. Cepat katakan saja, aku bosan berada dihadapan kalian." Tanya Chaeyoung sambil menghela nafasnya.
"Menikah denganku." Chaeyoung tertawa hambar dan kembali memandang Lisa yang tanpa ekspresi didepannya.
"Seorang Lalisa Manoban meminta Roséanne Park menikah dengannya, katakan saja ada apa dibalik sebuah pernikahan itu?"
"Apa aku harus mengatakannya?"
"Kenapa kamu tidak menikah saja dengan nenek lampir itu yang jelas hartanya lebih banyak." Chaeyoung melirik Jennie yang memasang wajah marah mendengar sebutan untuk dirinya.
"Itulah bodohnya kamu Rosé, jika harta dia lebih banyak untuk apa susah payah aku menculikmu." Jawab Lisa dengan senyum sinis melirik nyonya Kim.
Chaeyoung melirik kearah ibu dan kakak tirinya yang hanya diam, tidak biasanya mereka hanya diam seperti ini, perjanjian apa yang mereka sepakati dengan Lisa. Ibu tirinya tidak akan pernah diam saja melihat dia bersama Lisa atau dengan wanita manapun tapi ini dia hanya diam tanpa membantah sedikitpun. Otak Chaeyoung kembali fokus pada pertanyaan yang Lisa utarakan untuknya, sungguh mengesalkan kalau dia harus menggunakan otaknya.
Hanya satu yang bisa dia simpulkan yaitu harta ayahnya kemungkinan adalah miliknya, tapi itu tidak mungkin, ayahnya tidak mungkin tidak memberikan hartanya untuk kakak dan ibunya. Jadi apa yang sebenarnya mereka sembunyikan. Chaeyoung menghela nafasnya, Jisoo benar, soal otak lebih baik serahkan pada Roséanne bukan dirinya.
"Kalian membuatku pusing." Gerutu Chaeyoung.
"Menikah saja denganku agar semua cepat selesai."
"Aku hanya akan menikah sekali dan itu bukan denganmu."
"Aku tidak memberikan pertanyaan Rosé. Menikah atau aku singkirkan Jisoo selamanya."
"Haha, benarkan kalian hanya bisa mengancam. Bukannya tadi kamu mengatakan tidak akan mengotori tanganmu? Dan lagipula Jisoo bukan gadis yang bisa dengan mudah kalian singkirkan begitu saja. Jadi, tetap big no menikah denganmu. Ciumanmu saja payah apalagi urusan ranjang." Suara tawa Chaeyoung menggelar ke seluruh ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We are One ( End )
FanfictionNo description, curious ? Baca aja... ;) Bahasa suka - suka.... #Chaesoo #gxg #girlxgirl Homophobia skip ya