WaO 24

1.6K 250 21
                                    

Rosé menutup telepon dari sekertarisnya dan menunggu Lisa yang diantar masuk oleh sekertarisnya dengan senyum liciknya. Lisa menunggu sampai sekertaris Rosé keluar dari ruangan sebelum mendekat kearah Rosé yang tetap diam duduk di kursi kebesarannya tanpa melepaskan pandangan matanya kearah Lisa. Mata Lisa sekilas melihat cincin di jari tangan Rosé sambil menarik kursi didepan Rosé, jadi benar yang ayahnya katakan, mereka sudah menikah itulah sebabnya nyonya Kim memutuskan menerima tawaran dari Rosé.


"Apa kabar?"

"Sangat baik apalagi jika aku tidak perlu melihat wajahmu."

"Haha, tidak akan ada ruginya melihat wajahku atau bahkan itu bisa dibilang sebuah keberuntungan."

"Sudahlah, apa maumu? Aku tidak ingin membuang waktuku hanya untuk bicara denganmu." Lisa melipat kedua tangannya diatas meja kerja Rosé dan memajukan tubuhnya membuat Rosé memundurkan kursinya menjauh dari jangkauan Lisa.


"Kamu sayang dengan kakakmu?"

"Apa yang kamu lakukan sekarang?"

"Kakakmu ada bersamaku, ah tapi tentu bukan di tempat yang sama. Aku tidak mau selalu gagal berulang kali tentunya."

"Mau sampai kapan kamu akan terus seperti ini Lisa?  Bukankah lebih baik kalau kamu itu mencari pasangan hidup, menikah punya anak daripada seperti ini tidak ada untungnya."

"Serahkan saja apa yang ayahku inginkan seperti yang kamu lakukan untuk ibumu."

"Lisa, apa hartamu itu masih kurang banyak sampai perusahaan kecil seperti ini saja mau diambil alih."

"Ini bukan tentang besar atau kecil, banyak atau sedikit Roséanne tapi tentang harga diri."

"Lalu dimana harga dirimu mengambil alih perusahaan ini dengan cara licik?"



Lisa berdiri dan menggebrak meja kerja Rosé yang terlonjak kaget menutup matanya mencoba mencegah bangunnya Chaeyoung tapi suara Lisa yang meninggi justru memperburuk keadaannya.

"Jaga mulutmu Roséanne!!!"

"Bisa ngga sih ngga pakai teriak-teriak gitu, berisik tahu bisa tuli telingaku."

"Aku berikan waktu sampai sore ini, kalau tidak ada jawaban darimu, aku anggap kamu memang tidak peduli pada kucing betina."

"Kucing betina? Jawaban apa?"

"Jangan pura-pura bodoh Rosé!!"

"Yah, aku bilang jangan berteriak Lisa!!"

"Cukup Park, aku tunggu sore ini."



Chaeyoung langsung bangkit memutar mejanya mencegah Lisa yang akan pergi, gila saja dia harus memberi jawaban tapi tidak tahu akar masalahnya karena pasti Rosé akan bangun besok pagi bukan sore ini. Chaeyoung menarik tangan Lisa yang berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Chaeyoung yang berusaha sekuat tenaga agar tidak terlepas.



"Manoban, siapa kucing betina yang kamu maksud?"

"Ck, semua orang juga tahu siapa yang aku maksud."

"Dalam otakku ada dua orang yang muncul jadi sudah katakan saja agar cepat selesai siapa yang kamu maksud."

"Lepaskan tanganmu Rosé atau aku akan membalasnya pada kakakmu tersayang."

"Nenek lampir? Apa hubungannya dengan nenek lampir?"


Lisa berusaha memukul Chaeyoung dengan satu tangannya yang terbebas tapi berhasil ditahan oleh Chaeyoung, tanpa aba-aba Lisa menendang tubuh Chaeyoung yang terdorong kebelakang tapi dengan tangan terus berpegangan pada Lisa yang membuat keduanya terjatuh.




We are One ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang