WaO 17

1.7K 290 18
                                    

Jisoo ikut duduk bersama dengan bibinya saat pamannya Lee menyuruhnya ikut bersama mereka. Rosé menutup pintu kamarnya dengan wajah cemberutnya, dia masih ingin bersama Jisoo tapi apalah dia harus menahan semua yang ingin dia luapkan pada Jisoo, terutama dua gadis yang bersama Jisoo, siapa mereka kenapa terlihat begitu akrab.



Rosé yang merasa bosan beranjak keluar dari kamar dan mendapatkan dua manusia yang sedang dia pertanyakan dalam benaknya sedang memamerkan gigi mereka didepan pintu kamarnya.




"Kami ingin bertanya sesuatu."

"Tentang?"

"Kalau kami mau makan boleh? Kami lapar tapi takut mengganggu Jisoo."

"Ohh, aku antarkan kedapur. Aku juga mau bikin minum."

"Hehe, terima kasih."





Rosé menunjukkan pada Nayeon letak sayuran yang kebetulan dia melihat bibi Lee masukkan kedalam lemari pendingin. Tzuyu menyuruh Rosé agar duduk saja sementara mereka berdua sudah mulai memasak yang sekiranya bisa mereka masak.


Tak lama Jisoo ikut menyusul mereka dan ikut duduk disamping Rosé yang berusaha sok jual mahal walau susah rasanya agar wajahnya tetap fokus pada Tzuyu dan Nayeon.




"Ngga kangen? Kok malah yang diliatin mereka."

"Kamu aja ngga kangen, ngapain aku kangen sama orang yang ngga kangen."

"Masa ngga kangen sama sekali? Kok tadi main nyo..."





Rosé menutup mulut Jisoo sebelum Jisoo bisa menyelesaikan kata-katanya. Wajah Rosé merah padam, bagaimana bisa tadi dia bertindak seperti itu begitu melihat Jisoo, seharusnya dia pikirkan terlebih dahulu apalagi disana tadi ada pamannya Jisoo bersama mereka.

Jisoo membawa tangan Rosé turun dari mulutnya berusaha menahan tawanya, belum saatnya dia membuat keributan seperti biasa dengan Rosé.




"Kok malu? Ngga sadar tadi? Refleks ya?"

"Tadi.. tadi ngga sengaja."


Satu tangan Jisoo meraih satu tangan Rosé yang lain yang mulai menggaruk kepalanya. Rosé tidak tahu harus menatap kemana saat ini, wajah Jisoo cukup dekat dengan wajahnya. Seolah mereka berdua lupa dengan dua sosok lain yang antara malas melihat orang bermesraan tapi juga merasa rugi jika melewatkan.




"Mau nambah lagi?"

"Hentikan Ji. Ini bukan di apartmentku atau dikamar."

"Kalau udah dikamar boleh lebih?"

"Yak, Kim Jisoo kenapa kamu jadi seperti ini?"

"Aku kangen Rosé, aku ngrasa gila tanpa kamu. Rosé, aku sangat sangat sangat merindukanmu."

"Otakmu beres kan?"

"Hahaha, tidak. Otakku sudah tidak waras lagi, semua karena kamu."

"Ji, aku juga... sama. Tapi.."

"Tapi?"





Rosé yang akan membuka mulutnya kembali menutup mulutnya saat Nayeon tak sengaja membuat suara yang membuat Jisoo dan Rosé kembali sadar mereka tidak hanya berdua saja. Rosé dengan cepat menarik kedua tangannya dari genggam tangan Jisoo yang tersenyum.




"Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu kalian. Tidak sengaja, kalian lanjutkan saja, anggap saja kami ini udara. Ada tapi tidak terlihat."

"Maaf Nayeon, aku tidak bermaksud seperti itu. Kamu juga, ngga pernah lihat sikon."




We are One ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang