WaO 7

2.3K 332 42
                                    

.
.
.
.
.

Rosé duduk didepan Jisoo yang masih menunggunya membuka obrolan. Rosé memandang jarinya, mengigit bibir bawahnya. Jisoo menarik tangan Rosé membawa wajah Rosé memandangnya, mencium bibir Rosé. Rosé kembali menunduk melakukan kebiasaannya lagi, Jisoo menghela nafasnya malas melihat Rosé yang kembali menghindari kontak mata dengannya. Jisoo menangkup wajah Rosé dengan kedua tangannya.



"Jangan terus menunduk, kalau aku hilang kamu juga yang rugi."

"Cuma aku yang rugi?"

"Maunya siapa lagi, aku ? Tinggal cari lagi masih banyak yang nganggur diluar sana atau dengan Chaeyoung."

"Ya sudah sana cari atau aku panggilkan Chaeyoung?"

"Kamu pikir aku tidak laku gitu?"

"Emang ada yang mau sama cewek bodoh kayak kamu?"

"Ada."

"Siapa?"

"Roséanne Park."




Rosé yang akan menjawab Jisoo kembali menutup mulutnya, Jisoo tersenyum penuh kemenangan kali ini memainkan alisnya didepan Rosé. Rosé menggaruk lehernya yang tidak gatal sudah pasti, Jisoo kembali menarik tangan Rosé menghentikan kebiasaan Rosé yang sangat mudah di ingatnya.



"Rosé apa yang sebenarnya terjadi kenapa kamu membawaku ke tempat di antah berantah ini ? Bagaimana dengan kost dan kerjaanku?"

"Ibuku dia tahu tentang kita, dan dia sedang mencari kita."

"Memang apa yang akan dia lakukan kalau bertemu dengan kita?"

"Ibu pasti akan mencari masalah dengan keluargamu Ji dan maaf tapi aku bersyukur karena kamu hidup sendiri, jadi itu sedikit membuatku tenang. Aku sudah menerima laporan, ibu sudah mematikan semua kartu ATM dan CC ku. Dengan kata lain kita atau aku tepatnya, miskin."

"Lalu kita ini di apartment siapa?"

"Chaeyoung."

"Huh ?! Chaeyoung itukan kamu juga Rosé, ampun dah jangan suka bikin orang bingung Rosé."

"Kan aku membeli apartment ini atas nama Chaeyoung jadi ini punya Chaeyoung bukan punyaku."






Jisoo pasrah dengan pemikiran Rosé, pergi kearah dapur tapi kosong tidak ada apapun disana. Kembali lagi keruang tengah tapi sudah tidak ada penampakan Rosé disana. Jisoo meraih ponselnya mencari makanan yang bisa mereka pesan untuk makan malam mereka. Jisoo membuka dompetnya memastikan masih ada uang disana. Rosé kembali duduk disamping Jisoo melirik memastikan apa yang sedang Jisoo lakukan, mata Rosé berbinar melihat menu di layar ponsel Jisoo dan seperti anak kecil Rosé menunjuk pada Jisoo agar memesankan satu porsi untuknya.




"Jadi mau sampai kapan kita sembunyi disini Rosé?"

"Sampai aku bisa memutuskan sesuatu."

"Sesuatu?"

"Kamu tahu kenapa ibu tiriku yang sangat membenciku tidak membuangku ? Pasti akan lebih mudah baginya kalau aku tidak ada dalam keluarganya."

"Karena harta ayahmu atas namamu?"

"Bisa dibilang seperti itu, dalam beberapa hal ibuku masih membutuhkan tanda tanganku dan yeah sebagian harta ayah memang atas namaku tapi tidak sepenuhnya dan kalau aku ingin mengambil seluruh aset atas namaku tetap harus dengan persetujuan ibu. Pada intinya ayah sengaja membuat kami saling membutuhkan. Itu yang pengacara keluarga katakan."

"Lalu maksudmu memutuskan sesuatu?"

"Jika aku bisa aku ingin melepas seluruh harta ayah dan lepas dari kukungan ibu. Impianku hanya sederhana Ji. Hidup damai dengan orang yang aku cintai walau dengan kehidupan sederhana tapi asal hatiku merasa damai, aku tidak masalah."

We are One ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang