Nayeon membangunkan Jisoo yang tidak bergerak sama sekali dari posisinya semula, jika orang lain mungkin berpikir Jisoo tidur seperti orang mati karena itu juga yang Nayeon kira dulu. Jisoo hanya menepiskan tangan Nayeon dan kembali tertidur, Tzuyu ikut duduk disamping Nayeon dan mulai keisengan mereka dalam usahanya membangunkan Jisoo.
"Kalian kenapa sih, ngga bisa lihat orang senang aja."
"Ji, sama sekali ngga ada rencana apa gitu?"
"Didepan pintu ini sudah pasti ada orang yang nungguin kita Tzuyu. Jadi biarpun kita bisa buka itu pintu tetap aja harus gebukin mereka dulu."
"Kira-kira kapan paman atau bibimu datang?" Nayeon menarik paksa tangan Jisoo agar segera duduk bersama mereka.
"Tunggu aja, aku masih mengantuk." Jisoo menutup mulutnya yang menguap lebar.
Nayeon menutup mulutnya lagi saat pintu terbuka lebar, Tzuyu tersenyum senang akhirnya pintu itu terbuka walau bukan berarti mereka akan segera bebas tapi terkurung dalam satu ruangan terlalu lama sangat membosankan baginya. Nayeon berusaha menarik tangan Jisoo saat mereka menarik paksa Jisoo agar ikut dengan mereka, Tzuyu berusaha ikut keluar tapi tertahan oleh badan salah satu dari laki-laki itu yang dengan mudahnya mendorong tubuhnya kembali kedalam.
"Aish, kenapa cuma Jisoo sih yang diajak keluar, kan aku juga mau ikut."
"Kamu ngga ada sangkut pautnya sama masalah mereka, ngapain juga ajakin kamu, ga penting banget Tzuyu."
Mereka melepaskan tangan Jisoo disebuah ruangan yang cukup besar, kali ini berbeda dari yang terakhir kali dia lihat sebelum Lisa mengurungnya. Jika Jisoo perhatikan ruangan ini lebih banyak anak buah yang berjaga. Jisoo hanya diam sambil mengamati pergerakan disekelilingnya, dari pintu yang berlawanan arah dengan pintu yang di gunakan oleh Jisoo datang seorang pria paruh baya tapi masih tetap dengan kharismanya yang kental terasa diikuti oleh Lisa dibelakangnya, jadi bisa Jisoo simpulkan pria ini pasti adalah ayah dari Lalisa.
"Jadi dia umpan yang kamu gunakan untuk memancing Park?"
"Iya ayah."
"Umpan, mancing, emang aku cacing dan Rosé ikan." Lisa memutar bola matanya malas mendengar ocehan Jisoo yang memang pelan tapi masih bisa dia dengar dengan jelas.
"Hanya berurusan dengan seorang Roséanne Park saja sampai kamu harus membuat ayah turun tangan Lisa."
"Dia sangat liar ayah."
Jisoo tertawa, liar, pasti Chaeyoung membuat kepala Lisa pusing dengan tingkahnya. Mereka belum tahu saja sedang berurusan dengan siapa. Lagi Lisa merasa sangat sebal pada Jisoo, sejak bertemu pertama kali dengan gadis ini, mulut Jisoo sangat menyebalkan baginya. Tuan Manoba menatap wajah Jisoo dengan pandangan tidak suka, tertawa seperti tidak punya sopan santun sama sekali.
"Dia siapa Lisa?"
"Kekasih Rosé."
Kali ini Jisoo tersenyum bangga saat Lisa menyebutnya sebagai kekasih Rosé walau dia sendiri sebenarnya belum tahu apa nama hubungan mereka, tapi dia juga tidak akan menolak jika orang lain menganggapnya sebagai kekasih seorang Roséanne Park. Rasanya Lisa ingin mengacak-acak wajah Jisoo yang sengaja memamerkan wajah bodohnya.
"Seharusnya kalian jangan menganggap remeh Rosé. Kalian terlalu meremehkannya."
"Tidak ada yang bicara padamu, diamlah."
KAMU SEDANG MEMBACA
We are One ( End )
FanfictionNo description, curious ? Baca aja... ;) Bahasa suka - suka.... #Chaesoo #gxg #girlxgirl Homophobia skip ya