.
.
.
.
.
.Rosé bangun dengan keadaan pusing, mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Ini bukan kamarnya jadi dimana dia, Rosé memegang kepalanya yang terasa sangat berat. Sial, apa yang Chaeyoung lakukan kali ini. Rosé mengangkat kepalanya sekali lagi memeriksa dimana dia berada saat ini. Terdengar banyak suara dari luar tapi suara siapa dia sama sekali tidak mengenalnya.
Jisoo membuka kamar kostnya membawa sebuah nampan, tak lupa mengunci kamar kostnya karena sangat berbahaya dengan kebiasaan teman-teman kostnya yang sering masuk begitu saja tanpa permisi. Jisoo meletakkan nampan disamping tempat tidurnya, memijat pelan kepala Rosé yang masih menunduk dan tersentak kaget melihat Jisoo didepannya.
"Makan dulu buburnya, aku ambilkan obat biar hilang pusingnya."
"Tunggu. Apa yang terjadi?"
"Makan saja dulu, pusingkan?" Rosé mengangguk melepaskan tangan Jisoo yang pergi mencari kotak obatnya.
Jisoo menyingkirkan nampan buburnya setelah Rosé selesai, agar tak mengganggu duduknya, maklum sajalah kamar kostnya tidak terlalu besar hanya cukup dengan barang seadanya juga. Jisoo memberikan pijatan ringan dikepala Rosé yang berada di hadapannya.
"Keberatan memberitahuku apa yang terjadi?"
"Tidak perlu mabuk karena kamu tidak mabuk saja sudah melupakan semuanya."
"Aku.. aku mabuk?" Rosé menunjuk hidungnya yang mendapat anggukan kepala Jisoo
"Tapi tenang saja kamu mabuk disini tidak diluar sana. Banyak masalah?"
"Mungkin aku hidup saja sudah menjadi masalah."
"Jangan bicara sembarangan." Jisoo memukul mulut Rosé yang melotot, baru kali ini ada orang yang berani memukul mulutnya.
"Kenapa melotot? Tidak boleh? Tidak suka?" Rosé dengan cepat menggeleng, Jisoo tersenyum, kembali memijit pelipis Rosé yang sudah memejamkan matanya lagi.
"Kita dimana Jisoo?"
"Kamar kostku, maaf kalau sempit."
"Jangan meminta maaf, aku hanya ingin tahu kita dimana karena ini pertama kalinya aku bangun ditempat lain selain kamarku."
"Kamu datang ketempat kerjaku, kelihatan kacau, membawa beer, wine, dan entah apalagi aku tidak tahu namanya. Kamu tidak mau pulang takut jika mengotori apartmentmu dengan sampah itu."
Jisoo menunjuk kantong plastik hitam disudut kamarnya, Rosé menepuk jidatnya, alasan macam apa ini. Tidak mau mabuk di apartmentnya sendiri karena takut kotor tapi justru datang ke kamar orang lain dan meninggalkan sampah. Chaeyoung kenapa kamu begitu bodoh.
"Aku tidak terbiasa mabuk."
"Yeah bisa aku lihat itu. Baru beberapa gelas kamu sudah mengoceh tidak jelas tapi tidak mau berhenti minum jadi aku biarkan saja sampai kamu pingsan sendiri."
"Hehe maaf sudah merepotkanmu."
"Bukankah lebih bagus jika merepotkanku bukan orang lain."
"Huh?"
"Aku kekasihmu kan? Jadi bagus kalau kamu mau mabuk mencariku, entah apa yang akan terjadi jika bukan denganku."
Rosé mati kutu lagi, ada benarnya juga apa yang dikatakan Jisoo, tapi kekasihnya? Bagaimana jika keluarganya tahu terutama ibunya. Bukan dirinya yang dia khawatirkan tapi justru Jisoo. Tapi setelah yang terjadi antara mereka bagaimana bisa dia akan meninggalkan Jisoo begitu saja dan bagaimana dengan Chaeyoung, dia pasti tidak mau berpisah dengan Jisoo juga. Rosé kembali menunduk, menutup kedua matanya dengan ujung tangannya. Jisoo menarik tangan Rosé membawa kedua tangan Rosé turun menggenggamnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/252648454-288-k97745.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We are One ( End )
FanfictionNo description, curious ? Baca aja... ;) Bahasa suka - suka.... #Chaesoo #gxg #girlxgirl Homophobia skip ya