WaO 27

1.7K 232 8
                                    

Jennie duduk di samping Lee dengan melipat kedua tangannya setelah memberikan pernyataan tentang kejadian yang menimpanya. Jennie hanya mendengarkan apa yang selanjutnya sedang Lee dan polisi didepannya ini. Seperti yang sudah dia duga sebelumnya, tidak akan mudah berurusan dengan keluarga Manoban. Jelas polisi didepannya ini berusaha memutar balikkan fakta yang sudah dia ceritakan sebelumnya. Sekarang Jennie tahu bagaimana perasaan orang - orang yang dulu sering di perlakukan seperti ini oleh ibunya jika dia atau Rosé membuat masalah.


Suatu hal yang sangat menjengkelkan, mungkin inilah yang disebut dengan roda kehidupan, sekarang dia merasakannya sendiri. Lee mengakhiri pembicaraan mereka dan tampak wajahnya yang sangat tidak bersahabat menandakan dia sedang dalam mood yang tidak baik. Jennie hanya sesekali melirik kearah Lee yang hanya diam didalam mobil mereka, Jennie mengamati jalanan dan ini bukan jalan menuju rumah mereka.



"Kita akan kemana paman?"

"Bertemu dengan Kang, orang itu jelas dibayar oleh Manoban."

"Mereka akan membayar siapapun yang bertugas dengan kasus ini paman."

"Kita lihat saja apa bisa teman Kang yang akan menangani kasusmu. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba kepolisian merubah orang yang menanganinya."

"Apalagi paman kalau sudah ada uang di meja masa mau ditolak. Mereka pasti juga melepaskan Lisa."

"Lisa jadi tahanan rumah, itu juga sangat aneh."

"Manoban tidak mau kehilangan muka paman, Lisa putri mereka satu-satunya pasti akan dijaga dengan baik. Tidak seperti ibuku."


Jennie berbisik pada kata-kata terakhirnya dengan membuang mukanya mengamati jalanan. Lee melirik ke arah Jennie walau lirih dia masih bisa mendengarnya. Jennie menutup matanya menahan rasa sakit hatinya setiap kali dia mengingat tentang ibunya sendiri.




Nayeon mencolek Tzuyu melihat tidak biasanya Jisoo dan Rosé dalam mode 'akur', Tzuyu berbalik menghadap Nayeon dan berbisik pada Nayeon agar Jisoo dan Rosé tak mendengarnya.



"Kan udah dua hari ngga bisa gitu."

"Kasihan, gara-gara kakak ipar."

"Kapan kita punya keponakan?"

"Kok tanya aku sih Tzuyu, yang buat kan mereka bukan aku."

"Kalian gosipin apa?"

"Tzuyu pengen bikin mie ramen, kangen sama kedainya." Tzuyu mengangguk dengan cepat dengan jawaban dari Nayeon yang menjawab seadanya. Jisoo tetap memandang kedua temannya dengan curiga.

"Kalian berbohong pasti."

"Untuk apa kami bohong? Ayo Tzuyu kita cari bahan buat bikin ramen sebelum yang lain pulang."

"Khusus buat Jisoo kita buatkan level 10."

"Yak Tzuyu apa salahku? Kamu ingin membunuhku?"

"Salah, kalian daritadi duduk sambil pelukan padahal tempatnya masih luas, kalian pikir kami ngga pengen apa?"

"Tapi aku ngga pengen Tzuyu, apalagi kalau harus sama kamu."

"Nay kamu itu temanku atau ngga sih?"

"Tapi memang aku ngga pengen Tzuyu."

"Jadi mau bikin ramen ngga kita? Menyebalkan."





Nayeon berlari mengikuti Tzuyu yang sudah pergi meninggalkan mereka karena merasa kesal dengan Nayeon yang tidak membantunya sama sekali. Rosé tertawa melihat bagaimana Nayeon yang masih terlihat merayu Tzuyu agar tidak lagi jengkel padanya. Jisoo kembali menyandarkan tubuhnya bersandar pada tubuh Rosé yang memeluknya dari belakang.




We are One ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang