WaO 19

1.7K 282 24
                                    

Jennie sangat malas duduk diantara ibu dan Lisa yang menunggu tuan Manoban datang. Entah mengapa dia harus duduk disini sementara dia tidak pernah ikut andil dalam hal apapun. Jadi bukankah dia tidak perlu berada disini bersama mereka. Jennie memeriksa ponselnya membalas beberapa chat dari teman-temannya dan juga dari beberapa pria yang berlomba merebut hatinya. Ini akan jauh lebih menyenangkan jika dia bisa berkumpul dengan temannya atau dengan salah satu pemujanya, Jennie memasukkan ponselnya dengan memandang Lisa malas saat dia tahu Lisa memperhatikan gerak geriknya.


"Masih lama bu? Jennie ada janji."

"Duduk saja dan jangan banyak bertanya."


Lisa menaikan sudut bibirnya mengejek Jennie yang menatapnya tajam. Biarpun adik tiri rasanya dia juga tak akan pernah sudi menerima Lisa sebagai saudara iparnya. Gadis ini membuatnya sangat jengkel dan tidak bebas sejak ibunya menyetujui perjanjian bodoh dengan Manoban.

Jennie kembali meraih ponselnya dengan kesal, kembali menyibukkan diri sendiri dengan chat bersama temannya atau dia akan mati bosan berada disana. Belum lama suara pintu terbuka mengalihkan pandangan mereka, Lisa berdiri dan menyambut ayahnya.



"Jadi, apa rencana kita selanjutnya?" Nyonya Kim memulai pembicaraan mereka.

"Wanita itu tidak sebodoh yang aku kira. Dan gadis itu dia juga tidak semiskin yang kalian bilang."

"Apa maksud ayah? Kami sudah memastikan dia hanya tinggal disebuah tempat kost sempit dan bekerja di sebuah restaurant sebelumnya."

"Jadi Jisoo juga berasal dari keluarga kaya pantas saja Rosé mau sama dia." Jennie mencibir pelan

"Jadi apa masalahnya sekarang?"

"Nyonya Kim, laki-laki yang datang kerumah kami, dia mantan bodyguard keluarga Kim Jisoo atau orang yang sama yang sedang menjalin hubungan dengan putri anda. Dia punya reputasi yang cukup baik dulu, dan saya juga sudah mengirimkan anak buah saya untuk memastikan tempat tinggal mereka dan tentu saja, dia meminta teman baiknya menjaga sarangnya."

"Anda punya anak buah yang banyak tuan, kenapa tidak sanggup menghadapi mereka." Jennie tersenyum tipis mendengar pertanyaan ibunya dan melirik Lisa yang menatap ibunya malas.

"Nyonya Kim kenapa tidak anda sendiri saja yang melakukan itu. Bukankah anda sudah biasa melakukannya?" Kali ini Lisa yang tersenyum mengejek pada Jennie.

"Bukankah perjanjian kita mengatakan saya hanya akan mengikuti rencana anda saja." Jennie menyatukan tangannya didepan dadanya bersedekap menantang Lisa, merasa sangat bangga pada ibunya yang tidak menyerah kalah pada keluarga Manoban.

"Baiklah sekarang saya tanya, anda punya rencana lain? Mendobrak masuk ke rumah mereka dengan penjagaan itu sangat bodoh untuk saya."

"Jadi maksud anda kita hanya akan diam saja?"

"Apa? Kita harus menculik mereka lagi? Menggunakan cara yang sama berulang-ulang?"

"Berikan pada saya alamat mereka. Kita pergi Jen, selamat siang."



Jennie melambai pada Lisa yang berdecak muak melihat Jennie. Sudah pernah dia bilang pada ibunya percuma mereka berkerja sama lebih baik mereka bekerja sendiri lebih baik. Tuan Manoban memberi kode pada Lisa agar segera mengikuti anak dan ibu itu memastikan mereka tidak akan melanggar perjanjian yang sudah mereka sepakati bersama.

Lisa mengeluarkan sumpah serapahnya dalam diam, lebih baik dia pergi kekantornya dan menyelesaikan semua pekerjaannya dibandingkan harus membuang waktu mengikuti Jennie dan ibunya yang tidak penting itu. Lisa memghentikan mobilnya melihat mobil Jennie berhenti didepan sebuah rumah. Mereka tidak keluar hanya berhenti seperti mengamati sesuatu. Tak lama Lisa melihat sebuah mobil keluar dari dalam bagasi, awalnya tidak terlalu jelas siapa tapi saat mobil itu melewatinya dia masih bisa melihat sekilas itu wanita gila yang membawa polisi kerumahnya tempo hari.

We are One ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang