Rosé memberikan pada Jennie berkas dokumen yang diberikan oleh paman Lee dan menunggu Jennie yang sudah selesai membacanya tapi masih terdiam berpikir. Lee dan Kang masih dengan sabar duduk menunggu keputusan apa yang akan di berikan oleh Jennie, menerima tawaran yang diajukan oleh keluarga Manoban atau tetap melanjutkan proses hukumnya. Jennie mengetuk pelan meja didepannya yang menampakkan dia sedang berpikir keras. Satu sisi dia ingin menerima tawaran dari Manoban tapi sisi lain dia juga ingin terus melanjutkan proses hukumnya agar mereka merasakan bagaimana rasanya dikurung tapi dia juga merasa tidak yakin bukan tidak yakin dengan kemampuan keluarga Lee yang selalu membantunya tapi lebih pada Manoban yang bisa saja melakukan hal yang tidak diduga dan dia tidak yakin akan menang dengan kasusnya.
"Apapun keputusanmu kami akan tetap mendampingimu nona Kim jangan khawatir."
"Terima kasih Kang, bukan itu yang sedang aku pikirkan."
"Lalu apa Jen?" Tanya Lee
"Menurut paman kesempatan kita menang bagaimana?"
"Jujur aku tidak bisa memprediksinya, dan kemungkinan Manoban juga sama jadi menurutku tawaran yang mereka ajukan ini sebagai jalan aman untuk mereka. Mereka tidak mau ambil resiko jika sampai Lisa di penjara pastinya. Itu berarti Manoban juga memperhitungkan kemampuan kita."
"Dan tawaran ini sudah final?"
"Belum, Jisoo ingin menambahkan satu hal disana jika keputusan akhirmu adalah menerima tawaran ini."
"Jisoo sudah tahu?"
"Sudah Rosé, pagi ini kami bicara di kantor bibimu. Dia tetap menyerahkan semua keputusan pada Jennie karena ini adalah kasus Jennie."
"Apa yang ingin adik iparku itu tambahkan disini?"
"Apalagi tentunya menjauhkan Manoban dari Rosé. Kesempatan dalam kesempitan, ya kan."
"Kalau gitu aku terima saja tawaran damai dari mereka selama mereka juga mau menerima semua syarat dari kita. Posisi kita 50:50 kan jadi kenapa tidak, selama kita juga mendapat keuntungan."
"Kalau gitu aku bisa kasih info ke Manoban dan untuk syarat dari kalian menyusul tapi kalian sudah setuju dengan yang mereka ajukan ini?"
Rosé membaca ulang berkas dari Manoban, tidak ada yang memberatkan untuk mereka sejauh ini, Rosé mengangguk pelan kearah Jennie yang juga mengangguk setuju dan dengan itu Kang meraih kembali dokumen yang diulurkan oleh Rosé dan pamit pergi bersama dengan Lee meninggalkan kantor Rosé.
"Jadi kalian berdua sudah baikan?"
"Sejak kapan kami tidak baik?"
"Giliran udah baikan aja balik gilanya. Ngga ngaca kemarin mewek-mewek."
"Emang kakak enggak? Kakak malah lebih sekedar dari kata mewek."
"Yak, tapi setidaknya aku tidak memungkiri kayak kamu barusan."
"Jisoo sudah setuju dengan permintaanku kak. Itu membuatku bahagia."
"Untung Jisoo itu sama gilanya dengan kamu ya, kalau engga aku yakin siapapun yang jadi pendampingmu selain Jisoo udah kabur duluan. Aku ngga bisa bayangin kalau Manoban yang jadi patner kamu, dia pyscho, kamu kalau udah bangun yang satunya hancur. Bisa bunuh-bunuhan kalian."
"Ogah juga sama Lisa."
"Ya sudah aku mau lanjut kerja dulu, biar ngga dbilang makan gaji buta."
"Mana ada aku bilang seperti itu?!"
"Siapa yang tahu. See you Rosé."
Rosé menggelengkan kepala, andai saja dulu kakaknya ini seperti ini pasti hidupnya akan jauh lebih menyenangkan tapi, Rosé kembali menggeleng, tidak jika semua berubah ada kemungkinan Chaeyoung tidak pernah ada dalam dirinya dan Jisoo, apa dia akan bertemu dengan Jisoo jika tidak ada Chaeyoung. Tapi jika Jisoo benar jodohnya dengan cara apapun mereka pasti akan tetap bertemu tapi apa cerita mereka tidak akan sama seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
We are One ( End )
FanfictionNo description, curious ? Baca aja... ;) Bahasa suka - suka.... #Chaesoo #gxg #girlxgirl Homophobia skip ya