Lee menghentikan Jisoo yang sudah mondar mandi didepannya sejak tadi, dia sendiri merasa lelah melihat keponakannya itu. Lee membawa Jisoo duduk di sofa ruang tunggu, Lee menggenggam kedua tangan Jisoo yang sangat dingin membuat Lee tersenyum, keponakannya ini sangat gugup.
"Atur nafasmu Jisoo. Jangan terlalu gugup seperti ini tenang saja semua akan berjalan lancar."
"Paman bilang tidak akan ada acara seperti ini, kenapa tiba-tiba."
"Ji, cukup sulit membawa kalian keluar dari negara kita untuk melakukan hal ini dengan banyaknya mata-mata dari Manoban itu. Jadi ini ada kesempatan kenapa tidak. Dan jangan lupa kamu harus berterima kasih dengan Jennie itu, dia benar-benar membuat Lisa sibuk dengan kelakuan anehnya."
"Tapi Jisoo jadi gugup paman, Jisoo tidak ada persiapan apapun paman."
"Kamu sudah mempersiapkan hatimu untuk ini jadi itu sudah cukup."
"Bagaimana dengan speechnya nanti, Jisoo tidak tahu harus bicara apa paman."
"Katakan saja apa yang ada dalam pikiran dan hatimu. Jangan terlalu dibuat lebay atay alay biar mengalir sendiri."
"Paman enak banget ya ngomongnya."
"Ji, paman dulu juga tanpa ada persiapan dialog apapun. Tenang saja, kamu pasti bisa. Tarik nafasmu, ayo ini sudah waktu."
Jisoo merasa kakinya sangat berat membuatnya tetap duduk tidak ingin beranjak dari tempatnya. Lee merasa geram pada ponakannya ini. Lee memukul kepala Jisoo yang tetap tak bergeming dari duduknya.
"Bangun bodoh, mau Lisa merebut Park dari tanganmu?"
"Tidaklah paman, enak aja."
"Kalau begitu jangan jadi keong, lamban."
Jisoo berdiri dari duduknya, jantungnya semakin tak karu-karuan rasanya. Lee mendorong tubuh Jisoo agar lebih cepat berjalannya. Jika ponakannya ini laki-laki sudah bisa dia pastikan melempar tubuh Jisoo agar segera sampai di tempat tujuannya, tapi sayangnya keponakannya ini perempuan dan satu-satunya yang mau tak mau membuat dia sangat menyayanginya.
Jisoo menunggu Rosé dengan keringat dingin yang diam-diam keluar di wajahnya dan tangannya yang semakin terasa dingin. Dia tidak pernah tahu kalau akan menjadi sangat gugup seperti ini. Pikiran Jisoo kembali kosong saat teringat dia belum menyiapkan kata apapun. Apa yang harus dia katakan nanti, dia pikir hanya cukup dengan tanda tangan saja semua selesai. Jisoo kembali kedunia nyata saat melihat Rosé berjalan bersama pamannya. Mata Jisoo tak bisa tidak memandang terus kearah Rosé yang tersipu entah karena malu atau apa.
"Aku tidak bisa berjanji apapun padamu, aku tidak bisa menjanjikan hubungan sempurna tanpa pertengkaran atau perdebatan. Tapi percayalah selama kita berusaha aku akan tetap bersamamu tidak peduli seberapa sering kita bertengkar aku akan terus mencintaimu. Karena hubungan yang sempurna adalah ketika dua orang yang tidak sempurna menolak untuk saling menyerah. Dan dibalik segala ketidak sempurnaan itu aku akan memilihmu lagi dan lagi dan lagi tanpa ada sedikit keraguan dalam hatiku, aku akan tetap memilih dan mencintaimu." -Js
"Mencintai bukan berarti harus selalu setuju dan tanpa pertengkaran, cinta bukan selalu tentang kesempurnaan. Cerita cinta kita bukan cerita dongeng atau buku cerita dan pasti tidak akan pernah mudah. Aku akan memilihmu walau kamu akan membuatku marah tapi cintaku tidak akan pudar karena itu. Aku tahu kita pasti akan merasa lelah dan frustasi karena kita adalah manusia tapi aku akan berjuang untukmu untuk kita. Karena pada akhirnya aku akan tetap selalu memilihmu. Baik buruknya setiap detik sangat berarti karena kita melakukannya bersama." - Rs
KAMU SEDANG MEMBACA
We are One ( End )
FanfictionNo description, curious ? Baca aja... ;) Bahasa suka - suka.... #Chaesoo #gxg #girlxgirl Homophobia skip ya