Jisoo berteriak bosan terkurung didalam apartment selama empat hari ini. Dirinya yang bisa bekerja keras mencari uang sekarang justru terkurung didalam rumah tanpa melakukan apapun hanya membersihkan rumah itupun tidak membutuhkan waktu lama baginya.
"Rosé, aku sangat bosan disini. Tidak bisakah aku keluar dan bekerja?"
"Tidak Jisoo. Aku tidak mau ibuku menemukanmu dan mengirimmu pergi atau memaksa kita harus pisah, aku tidak mau itu terjadi. Jadi duduk saja dan nikmati waktu bebasmu sampai aku tahu apa yang harus kita lakukan."
"Astaga Rosé, kenapa juga ibumu perlu mengurusi aku yang bukan apa-apa?"
"Astaga Jisoo, kenapa kamu sangat bodoh kadang-kadang."
" Apa kamu bilang ? Aku sangat bodoh ?"
" Jisoo, yang jadi masalah itu karena kamu dekat denganku, mengerti ? Jadi dirimu yang bukan apa - apa sekarang menjadi apa - apa. Aku sudah bilangkan dari awal hidupku itu rumit. "
" Aahhhh bosan. Apa yang sedang kamu lakukan ?"
" Bekerja, kita tetap harus membuat uang untuk hidup. Kalau kita berdua menganggur mau makan apa kita. "
" Aku juga ingin bekerja tapi yang tidak perlu pakai otak sepertimu. "
" Masak saja sana itu tidak perlu otak untuk berpikir keras. "
" Masa iya urusan ranjang sama urusan rumah tetap aja jadi submissive. Mau yang adem atau yang panas tetap aja maunya jadi dominant. " Jisoo menggerutu sambil pergi meninggalkan Rosé yang walau lirih masih bisa dia dengar dengan jelas.
" Apaan, pernah juga ngga. "
Jisoo dan Rosé saling memandang, wajah keduanya memerah dan langsung mengalihkan pandangan mereka, Jisoo langsung berjalan cepat kearah dapur dan Rosé kembali mencoba fokus pada laptop didepannya. Jisoo tertawa dalam hati, ini hal yang sangat lucu menurutnya tapi juga aneh. Mungkin jika dia bisa menceritakan hal ini pada Bona, Jisoo yakin temannya itu akan sangat pusing mendengarnya bercerita atau mungkin menganggap dirinya gila. Dia bercinta dengan tubuh Rosé tapi bukan dengan Rosé.
Rosé menghentikan pekerjaannya, merebahkan badannya yang terasa sangat pegal karena duduk terlalu lama dengan posisi yang sama. Ini sudah hampir empat hari Chaeyoung tak pernah muncul sekalipun, apakah Jisoo merindukan sosok Chaeyoung ? Tapi kenapa Jisoo tidak pernah menanyakan apapun tentang Chaeyoung. Yang dia teriakkan justru rasa bosannya yang tidak bisa bekerja.
Rosé kembali membuka emailnya, wajahnya berubah menjadi sangat serius membuka sebuah laporan dari karyawan yang memang sudah menjadi orang kepercayaan Rosé.
" Apa maksudnya ini. " Rosé berguman sambil terus membaca laporan yang sangat panjang dengan angka - angka yang sangat banyak.
" Belum selesai ?"
" Ada yang aneh dengan laporan ini. "
" Aneh apanya ?"
" Kalau aku jelaskan kamu bakal paham ?"
" Enggak. "
" Kalau begitu aku ingin bertanya saja padamu. "
" Boleh tapi bisa nanti aja ngga ? Keburu dingin makannya aku malas kalau harus hangatin lagi. "
Jennie memberanikan diri menemui pengacara keluarga mereka, dia belum berani menghadap pada ibunya. Tapi Jennie juga ragu pengacara mereka akan dengan mudah mengatakan padanya, darimana Lisa tahu tentang masalah ini. Jennie memutar arah jalannya menuju ke kantor Lisa. Lebih baik bertanya pada Lisa dibandingkan mengambil resiko ibunya tahu dia curiga akan harta warisan ayah tirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We are One ( End )
FanfictionNo description, curious ? Baca aja... ;) Bahasa suka - suka.... #Chaesoo #gxg #girlxgirl Homophobia skip ya