WaO 2

3.8K 430 42
                                    

.
.
.
.
.
.

Rosé berusaha secepat mungkin menyelesaikan pekerjaannya, dia sudah memutuskan akan menemui Jisoo, dan meminta maaf pada gadis itu. Hampir seminggu ini dia sama sekali tidak tenang dan selalu saja pemikirannya kembali pada sosok gadis itu. Walau dia masih belum tahu sama sekali apa yang sebenarnya terjadi antara mereka berdua, minus kejadian diranjangnya karena tanpa bertanya pun semua juga tahu apa yang mereka lakukan disana. Rosé berjalan menuju parkiran dimana mobilnya terparkir, langkahnya memelan melihat satu sosok yang berdiri disamping mobilnya.




"Minggir." Rosé mencoba mendorong tubuh Lisa agar menggeser kakinya.

"Kenapa buru-buru." Rosé menjauhkan wajahnya mundur kebelakang saat Lisa memajukan wajahnya seperti akan mencium Rosé. Rosé mencoba menahan amarahnya tapi sangat sulit terutama saat Lisa dengan kasar menarik pinggangnya mendekat ketubuh Lisa yang tersenyum sinis.



"Jangan sok jual mahal, aku tahu kamu suka denganku kan? Ini kesempatan emas untukmu, aku mau memelukmu seperti ini." Lisa semakin mengeratkan pelukannya.

"Lepaskan Lisa!!" Rosé mencoba berontak membuat tangan Lisa semakin erat mendekapnya. Emosi Rosé semakin memuncak saat bibir Lisa menempel dan mengulum bibirnya. Chaeyoung memukul perut Lisa yang langsung melepaskan pelukan dan ciumannya.




"Siapa kamu berani mencium bibirku yang sexy ini, huh. Belajar mencium dulu sana kalau mau menciumku, ciumanmu payah." Chaeyoung mendorong tubuh Lisa yang menghalangi pintu mobilnya. Lisa terkejut dengan perubahan sifat dari Rosé, sejak kapan gadis itu menjadi sangat kasar seperti ini. Lisa memandang mobil Rosé yang mulai menghilang dari pandangannya, memegang perutnya yang lumayan sakit walau tangan Rosé sangat imut.



"Dia bilang ciumanku payah? Memang dia sejago apa, kalau bukan disuruh ayah, aku juga tak sudi menciumnya." Gerutu Lisa.





Chaeyoung melihat penampilan dirinya disebuah cermin etalase sebuah toko. Menghela nafas melihat pilihan fashionnya, Chaeyoung mengedarkan pandangannya tersenyum licik melihat sebuah toko baju diujung jalan. Dengan riang Chaeyoung melangkahkan kakinya masuk dan memilih baju yang ingin dia pakai. Memandang puas dengan baju yang dia kenakan sekarang, Chaeyoung melanjutkan jalannya mengitari jalanan malam yang selalu penuh dengan hiruk pikuk. Mata Chaeyoung bersinar melihat satu sosok yang sedang ditarik-tarik oleh temannya agar mengikutinya. Chaeyoung sedikit berlari mendekati mereka.




"Hai baby." Chaeyoung mendaratkan ciuman dipipi Jisoo yang terkejut begitu pula dengan Bona yang langsung menarik lengan Jisoo agar menjauh dari Chaeyoung yang tampak tak berdosa.


"Siapa kamu berani cium-cium Jisoo." Omel Bona pada Chaeyoung yang justru tersenyum manis padanya.

"Aku? Park Chaeyoung. Wanita tersexy yang pernah kamu lihat." Bona memutar bola matanya malas mendemgar jawaban dari Chaeyoung, Jisoo hanya diam memperhatikan Chaeyoung, dia berubah lagi kembali ke sosok yang pertama kali dia temui malam itu bukan lagi gadis yang dia temui di pagi harinya. Jisoo semakin heran dan merasa pusing, apa mereka benar orang yang sama tapi mereka sangat jauh berbeda.



"Kamu merindukanku honey?" Tanya Chaeyoung pada Jisoo yang berdiri di belakang Bona. Bona benar-benar sudah habis kesabaran melihat tingkah Chaeyoung yang masih terus menggombal didepannya.

"Heh nona gila, kenapa juga temanku ini harus merindukanmu? Kamu itu kalau gila jangan ajak-ajak orang." Oceh Bona.

"Apa kamu juga mau aku rayu? Tapi antri dulu ya, aku masih tertarik sama temanmu ini. Jadi sana antri dulu kebelakang." Jawab Chaeyoung dengan wajah full senyumnya.

We are One ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang